“Aku pergi ke rumah teman," balas Laura acuh tak acuh menggendong putrinya. Amel berbinar melihat Lucian dan mengulurkan tangannya. "Papa!" Lucian mengambilnya dan menggendongnya. Laura mau tak mau melepaskan putrinya untuk digendong Lucian. Dia berjalan lebih dulu masuk ke dalam rumah sementara Lucian menyusulnya dari belakang."Teman macam apa yang membuatmu selalu pulang larut. Apakah kamu lupa kamu memiliki anak? Kenapa membawanya ke rumah orang lain dan pulang larut?" Laura meliriknya untuk mengomelinya agar tidak ikut campur, tapi karena ada Amel, dia memutuskan tidak mengatakan apa pun."Apa kamu dan Amel sudah makan?" Lucian bertanya saat mereka sudah berada di dalam rumah."Ya," balas Laura lalu berbalik menghadap Lucian dan menatap putrinya yang masih menempel pada papanya. "Ayo, sayang, ganti bajumu dan tidur.""Papa, Amel mau dengar cerita dongeng seperti tadi malam." Amel menatap papanya dengan mata berkedip polos sambil memeluk lehernya.Sudut bibir Laura berkedut. Ke
"Jangan disentuh, ini sangat panas..." Lucian menahan tangan Laura yang menyentuh sup yang tumpah di nampan.Lucian mengambil nampan dari tangan Laura dan memperbaiki mangkuk sup yang tumpah. Dia melihat tangan Laura yang basah dan merah karena menyentuh sup panas itu, wajahnya terlihat cemas. "Kamu baik-baik saja? Hati-hati, tanganmu melepuh..." Dia buru-buru menarik Laura ke kamar mereka, meninggalkan nampan di atas meja vas bunga.Laura hanya bisa terdiam saat Lucian membawanya ke kamar mandi. Dia menghidupkan kran air wastafel dan menyodorkan jari-jari Laura yang terkena sup panas di bawah air yang mengalir. Laura merasakan jarinya mulai merasa lebih baik dari panas dan perih, tetapi dia menyadari bahwa Lucian terkena sup panas di tubuhnya.Mengapa Lucian hanya peduli dengan jari Laura sementara dia sendiri terkena tumpahan sup di tubuhnya? Laura merasa bersalah dan khawatir, lalu buru-buru menarik tangannya. "Aku baik-baik saja," katanya, kemudian mengambil handuk kecil, memb
Setelah malam itu, Lucian tidak berada di rumah lagi selama berhari-hari.Laura tidak tahu apa yang dia lakukan dan tidak ingin tahu. Dia mencoba fokus pada kuliahnya dan membesarkan putrinya.Dia semakin sibuk dan tidak tidur nyenyak mengerjakan tugas kuliah sambil mengurus anak. Amel mulai rewel karena tidak melihat papanya selama beberapa hari.Itu membuat Laura terganggu dan tidak bisa menenangkan putrinya. Namun dia terlalu gengsi menghubungi Lucian lebih dulu karena dia mengusir pria itu.Jika dia menghubungi Lucian, pria itu pasti berpikir Laura ingin dia kembali ke rumah.“Laura!”Laura tersentak ketika Tristan menjentikkan jarinya di depan wajahnya.“Maaf, Kak, aku melamun dan mengantuk.” Laura meringis, mengusap wajahnya dan mengerjapkan matanya yang mengantuk.Dia berada di perusahaan Tristan, meminta bimbingan kakaknya untuk pelajarannya.Setiap pulang dari kampus, dia akan singgah di kantor Tristan untuk belajar manajemen bisnis langsung darinya.“Ada apa denganmu? Bebera
Hari-hari berlalu dengan lancar. Dia menjalani kuliahnya dengan tenang, meskipun kadang-kadang Windy dan Amy sangat menyebalkan mencari kesempatan untuk mengganggunya. Lucian masih belum pulang ke rumah, dan Amel mulai merengek mencari papanya. Laura selalu beralasan bahwa Lucian sangat sibuk dengan pekerjaannya. Laura menyelesaikan kuliahnya sore hari dan keluar dari kelas dengan Mia, mengobrol tentang tugas. Lalu mereka melihat orang-orang berkerumun di luar gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis. “Ada apa ini?” tanya Mia penasaran melihat kerumunan dan bertanya pada seorang mahasiswi. “Tuan Muda Glen Hastings akan datang ke kampus kita! Sudah lama sekali Tuan Muda Hastings tidak berkunjung, kali ini dia berkunjung ke fakultas kita,” seru mahasiswi itu gembira dengan wajah memerah. “Apa? Tuan Muda Glen Hastings akan datang!” Bahkan Mia yang biasanya tenang menjadi heboh dan seperti gadis-gadis lain yang bertemu idola populer. Dia berjinjit-jinjit mencoba melihat ke halaman fakult
“Bahkan jika Laura anak keluarga Samson, dia tetap tumbuh di keluarga kaya. Kalian pikir kalian yang punya uang? Atau...,” Mia menatap mereka berdua dan mengerutkan kening.“Kalian terus berbicara tentang menjual tubuh, atau kalian sebenarnya yang menjual tubuh kalian sendiri untuk mendapatkan uang? Kok kalian bisa tahu praktik seperti itu...”“Tutup mulutmu!” Amy membentak marah dan gelisah. “Kamu pikir kami miskin seperti kalian!” Dia mengangkat tangan ingin menampar Mia.Laura menangkap tangannya dan menatap Amy tajam.“Mia hanya menduga, kenapa kalian marah? Merasa ketahuan ya?”Wajah Amy memerah marah dan malu.“Tentu saja tidak! Berbicara dengan kalian membuatku jengkel saja. Cepat transferkan uangnya padaku sekarang!”Laura mendengus dan hendak mentransfer ketika sebuah tangan menghentikan tangannya.“Tunggu sebentar, Nona Adams.” Seorang wanita berambut merah muncul tanpa diminta.Cassie berdiri di samping Laura dan mendengus menatap Amy dingin. “Kamu yakin bajumu seharga 80 j
Laura tersenyum canggung ketika pandangan mahasiswi tertuju padanya karena ucapan Glen.“Maaf, Siapa kamu? Aku tak mengenalmu.”Glen hanya tersenyum, “apa kamu ingat kita bertemu di kantor kakakmu. Kamu menjatuhkan bukumu,” ujarnya lalu menunjukkan buku di tangannya pada Laura.“Benar … itu bukuku.” Laura ragu-ragu mengambil buku itu tapi Glen menjauhkan buku itu dari jangkauannya.“Ayo, aku akan mengantarmu pulang. Bibi Willy memintaku untuk menjemputmu pulang.”Laura terdiam merasakan pandangan semua mahasiswa semakin menusuk.Windy dan Amy menatapnya cemburu, termasuk Mia dan Cassie.Untuk pertama kalinya Laura merasakan dimusuhi karena terlihat dekat dengan Prince Charming alumni kampusSetelah dipermalukan, Amy tidak berani mencoba menarik perhatian. Hanya Windy sangat geram dan iri pada Laura yanh menjadi pusat perhatian dan yang tampaknya memiliki hubungan yang tak biasa dengan Tuan Muda Glen.“Tuan Muda Glen, apakah kamu memiliki hubungan dengan keluarga Samson?” Windy bertany
Mata Mia melebar, menatap antara Laura dan Glen, tidak menyangka Laura begitu dekat dengan Glen Hastings, salah satu Tuan Muda dan pewaris tunggal keluarga Hastings. Laura punya koneksi dengan orang-orang terkemuka."Kalau kalian tidak keberatan, izinkan kami pergi dulu. Aku datang menjemputnya dan mengantarnya pulang. Nanti besok pagi, aku akan menghadiri seminar di kampus. Kita bisa berfoto sepuasnya," ujar Glen menenangkan para fans mahasiswi.Para mahasiswi itu terlihat lega. Rupanya Glen tidak memiliki hubungan romantis, dia hanya teman masa kecil Laura."Baiklah, sampai jumpa besok semuanya. Belajarlah yang rajin." Glen memperlakukan para mahasiswi itu seperti junior dan sangat ramah, membuat para mahasiswi tersipu dan menatapnya dengan penuh kekaguman."Ayo Laura, kita akan telat makan malam."Laura tak bisa berkata-kata ketika Glen menarik tangannya menuju ke mobilnya. Dia berbalik dan melambai pada Mia yang terpaku menatap ke arah mereka."Mia, sampai jumpa besok!"Mia mengan
Suasana dalam mobil itu canggung. Laura tidak tahu bagaimana menanggapi Glen, tunangan masa kecilnya.“Jangan khawatir, aku tahu kamu sudah menikah dan punya anak,” Glen menatap lurus ke depan. “Tristan sudah menceritakan keadaanmu padaku. Aku prihatin atas apa yang dilakukan suamimu padamu.” Laura meringis menatap keluar jendela. Masalah rumah tangganya bukan sesuatu yang ingin dia dengar dari orang lain.Glen menoleh melihat Laura yang tak menanggapinya.“Apa kamu tidak nyaman?”“Tidak, aku baik-baik saja,” balas Laura tenang tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela.Melihat Laura tidak ingin membicarakan tentang rumah tanggannya, Glen mengerti dan tidak membahas lagi tentang masalah rumah tangganya.Dia akan pelan-pelan mendekatinya, membuatnya membuka diri padanya.Dia merindukan gadis kecilnya yang dulu selalu berteriak memanggilnya calon suaminya. Tapi sekarang gadis kecil itu telah tumbuh dewasa dan tidak lagi sombong seperti dulu.Keluarga Adams telah menceritakan bagaima
Posisi asisten pribadinya yang dia pertahankan dengan susah payah selama dua tahun begitu mudah ditolak oleh wanita itu saat Tristan Adams sendiri yang menawarkan padanya.Laura turun dari mobil Bentley ketika tiba di restoran Swift Bite. Dia bertabrakan dengan seseorang di pintu masuk.“Maafkan, apa kamu baik-baik saja Nona Adams?” Pria itu menahan tubuh Laura agar tidak terjatuh setelah mereka bertabrakan.Laura bergegas menjauh setelah mengetahui siapa pria itu.Riko Edward, suami Cassie. Dia tersenyum elegan padanya, sorot matanya mengamati Laura dengan tatapan penuh perhitungan.“Nona Adams, kita bertemu lagi. Aku dengar istriku dan kamu ada janji makan siang bersama. Jadi aku mengantarnya ke mari. Kita bertemu nggak sengaja di sini.Laura tersenyum paksa. ‘Jadi ini alasan Riko mengubah sikapnya padaku karena dia sudah mengetahui identitasku.’“Oh, baiklah aku pergi sekarang,” katanya acuh tak acuh, meninggalkan Riko.“Nona Adams!” Riko menahan tangannya, tapi Laura menepisnya, m
“Tsk!” Laura menggerutu sambil berjalan menuju mobil Bentley di tempat parkir.Ada yang aneh dengan Lucian. Dia tampak berbeda dengan tiga tahun yang lalu, seorang pria brengsek yang suka memaksakan kehendaknya dan menjengkelkan.“Direktur, lebih baik kamu menggunakan pengawal untuk melindungimu dan menghalangi Tuan Wilson mendekati Anda.”“Kamu benar. Cari pengawal yang bisa diandalkan, juga pengawal untuk Amel agar bisa menghalangi Lucian mendekati putriku. Lucian Wilson bukan orang yang mudah menyerah. Dia akan berusaha mendekati Amel.”“Baik, Direktur.”“Laura, bisa tunggu sebentar!”Laura menoleh melihat Mia berlari mendekatinya. Dia tidak melihatnya bersama Lucian tadi.“Mia, ada apa?” tanya Laura setelah Mia berhenti di depannya dengan napas terengah-engah.“Maafkan aku atas apa yang terjadi hari ini. Semua salahku,” ujarnya, raut wajahnya penuh penyesalan.Laura mengangkat sebelah alisnya. “Memangnya apa salahmu?”“Kamu ingat janji kita tadi pagi? Kamu, aku, dan Cassie berjanj
Mata Laura melotot marah. Apa yang dibencinya adalah orang-orang meremehkan kemampuannya dan menyuruhnya menjadi muda yang manja saja.Sebagai satu-satunya putri di keluarga Adams dan memiliki tiga kakak laki-laki elite, Laura tak diharapkan untuk bekerja dan menjalani hidupnya sebagai Nona Muda. Tapi Laura tak akan hidup seperti itu. Dia tidak pernah beristirahat selama tiga tahun ini dan belajar keras dan menerima pekerjaan yang diberi Tristan. Kakaknya ketika sudah berurusan dengan pekerjaan akan menjadi orang bengis bahkan terhadap adik perempuanya sendiri. Berkat itu Laura bisa beradaptasi dengan pekerjaannya sebagai Direktur Departemen Store.Ucapan Lucian jelas meremehkan kemampuannya dan mengandalkan nama keluarga Adams.“Tuan Wilson, kamu orang yang licik menyabotase janji temu aku dan Nyonya Joe. Karena kamu sudah membuat kesepakatan dengan CEO Luna Chic, apa yang bisa aku lakukan? Mengamuk? Itu hanya membuatku terlihat kekanak-kanakan! Luna Chic bukan satu-satu brand yang
Laura berhenti sejenak di halaman parkir, menatap Anna.“Philip? Kupikir aku akan mendengar bahwa Lucian yang mendukung Viola, ternyata mantan ayah mertuaku yang mendukungnya, ya?” Dia tampak berpikir. “Apa Viola lebih dekat dengan Philip dibanding dengan Lucian?”“Ada desas-desus tentang kedekatan antara Philip Wilson dan Viola Samson. Itu karena Nona Viola calon menantu Tuan Philip yang sudah memberinya cucu. Keluarga Wilson dan Samson sudah sangat dekat selama tiga tahun terakhir ini berkat cucu laki-laki pertama mereka.”Laura terdiam dengan senyum sinis.“Wow, mereka menjalani hidup yang sangat bahagia sekali sementara putri menderita melawan penyakitnya.”“Nona Laura ….” Anna menatap dengan tatapan prihatin. “Apa Anda ingin membalas dendam pada mereka?”Balas dendam?Laura belum memikirkannya. Sebelumnya ketika dia terbangun di kehidupan ini setelah dibunuh, dia dipenuhi dengan amarah dan hasrat balas dendam.Tapi tahun yang jalani bersama Lucian setelah terlahir kembali, sangat
Nyonya Joe tertawa canggung dengan senyum yang tidak nyaman.“Nona Adams, maafkan aku karena telah membatalkan janji temu kita. Mungkin di masa depan kami bisa bekerja sama lagi. Putraku memiliki perusahaan di bidang teknologi. Jika Anda berkenan, mungkin Anda berdua bisa berkenalan dan bekerja sama.”“Maaf, saya tidak memiliki waktu untuk itu.” Laura tersenyum dingin, jelas tidak bisa melupakan penghinaan yang diterimanya. Seolah-olah Nyonya Joe dan Lucian sengaja memainkannya.Tidak ada ketulusan dalam permintaan maaf Nyonya Joe. Tampaknya dia meremehkan Laura, membatalkan janji temu begitu saja. Melihat Nyonya Joe dan Lucian begitu cepat menandatangani kontrak kerja sama Melihat Nyonya Joe dan Lucian selesai begitu cepat menandatangani kontrak kerja sama, tampaknya Nyonya sudah berencana melakukan kerja sama dengan Wilson Group dan bertemu dengan Lucian sejam yang lalu, tapi mempermainkannya dengan memberi janji temu hari ini. Apa dia merasa senang membuat rumor bahwa Wilson Grou
Dia pernah menjadi seorang Nona Muda dari keluarga kaya yang memiliki harga diri. Namun, keluarganya bangkrut, menyebabkan mereka kesulitan finansial yang parah. Ibu tirinya selalu menuntut uang darinya, sementara ayah kandungnya seorang pecandu judi, membuat Mia tidak bisa berharap banyak pada keluarganya.Namun, Mia tidak mau merendahkan dirinya dengan menerima uang dari pria yang memperkosanya dan menghina harga dirinya. Beruntung, dia lolos dalam seleksi beasiswa Wilson Group dan ditawarkan kuliah di luar negeri. Di luar negeri, Mia mengetahui bahwa dia hamil anak kembar. Dia bertekad untuk tidak memberitahukan tentang anak-anaknya pada keluarga Adams apalagi Tristan Adams, karena rasa sakit dan penghinaan yang masih ditinggalkan oleh pria itu. Mia takut Tristan akan merendahkan anak-anaknya juga.Dia bahkan berbohong bahwa dia sudah menikah di luar negeri, agar anak-anaknya tidak dianggap sebagai anak haram.“ … Kamu hidup dengan baik di luar negeri? Bagaimana kamu menjadi sekret
Suasana menjadi hening setelah Mia melontarkan kata-kata itu. Dia merasakan tatapan Tristan dan Laura tertuju padanya, sementara Lucian justru terlihat kesal dan menatapnya dengan tajam.“Hm, sepertinya bawahan lebih berpikir logis daripada atasan. Kualitas kepemimpinan Wilson Group sudah menurun,” suara Tristan terdengar merendahkan.Lucian menggertakkan giginya dengan tangan terkepal. Mia menahan lengan pria itu agar tidak menerjang Tristan, berusaha mencegah perkelahian antara kedua pria itu.“Tuan Wilson, tolong tenangkan dirimu…,” Mia mencoba menenangkan.Lucian memelototinya, tatapannya seolah berkata, ‘Memangnya kamu pikir kamu siapa?’“Tuan Wilson, Tuan Billy akan marah jika mendengar Anda berkelahi dengan keluarga Adams.”“Tsk!” Lucian membuang muka dengan marah, raut wajahnya tetap gelap.Mia menghela nafas lega, lalu berbalik menghadap pasangan kakak-adik Adams di depannya. Mereka menatapnya dengan tatapan aneh. Laura mengerutkan kening, melihat tangan Mia yang masih mence
“Laura, di mana kamu selama tiga tahun ini? Mengapa kamu tidak mengatakan apa pun dan membawa putriku pergi? Kamu tahu aku sangat merindukanmu dan Amel! Di mana putriku sekarang?”“Putrimu? Amel bukan putrimu. Dia adalah anakku. Kamu sendiri yang menyangkal dan tidak mengakui Amel sebagai anak kandungmu!” ujar Laura dengan emosional.“Laura, aku sungguh minta maaf atas kebodohanku saat itu. Di mana Amel sekarang? Kumohon … aku ingin bertemu dengannya.” kata Lucian dengan nada putus asa.“Kamu tidak berhak menemuinya sekarang! Dia sudah melupakanmu. Kamu bukan papanya lagi!”“Bagaimana bisa seperti itu!” Lucian menggertakkan gigi. “Kamu yang membawa putriku pergi dan membuatnya melupakan aku! Tolong, Laura aku sangat merindukan Amel.”“Berhenti mengatakan itu. Kamu membuatku jijik. Kamu yang menyangkal hubunganmu dengan Amel. Apakah kamu ingat waktu itu, ketika kamu dan Viola bersenang-senang menerima calon bayi kalian, sementara Amel divonis menderita leukemia?”Ekspresi Lucian tampak
Wajah Laura tak banyak berubah. Dia semakin cantik dan bersinar dengan gaun merah memikat yang membungkus tubuhnya yang ramping.“Laura… apakah itu sungguh kamu?” Lucian meraih pundak Laura dengan penuh kerinduan, ingin memeluknya, tetapi wanita itu mendorongnya.“Tuan Wilson, kamu sangat tidak sopan!”Laura menatapnya dengan tatapan yang lebih tajam dibandingkan tiga tahun yang lalu. Lucian merasa seolah disiram air dingin saat menatap mata Laura yang sangat dingin dan acuh tak acuh.“Apa Anda berdua saling mengenal?” Nyonya Joe bertanya dengan rasa penasaran.“Tidak. Aku tak mengenalnya,” jawab Laura acuh tak acuh.“Laura, ini sungguh kamu… kamu tahu aku sudah merindukanmu selama tiga tahun ini. Di mana Amel, putri kita? Aku sangat merindukannya.”Lucian tampak mengabaikan sekelilingnya, mengoceh seperti pria yang kurang waras dan terlihat begitu putus asa. Dia mencoba meraih Laura untuk memeluknya. Namun, wanita itu menepisnya lagi.“Tuan Wilson, kamu sangat kurang ajar.”Lucian ti