Di hatinya, Juna membatin, 'Astaga, Nik. Mana mungkin aku bisa bilang kalau kamu yang paling aku cintai melebihi siapa pun?'Juna tersenyum lebih dulu sebelum dia menjawab, "Ya, tentu saja aku mencintai kalian bertiga sama banyaknya."Sebagai lelaki, harus bisa menyenangkan hati wanita, gumam Juna menambahkan itu di hatinya.Daripada mengatakan hal jujur yang akan menimbulkan prahara cinta dan rumah tangga, lebih baik sedikit berbohong untuk kebaikan bersama.'Semoga saja, lambat laun, waktu akan membuat aku mencintai Shevia dan Rinjani sebesar aku mencintai Anika.' Demikian harapan Juna di benaknya.Meski dia tak terlalu yakin itu bisa terjadi.***"Ha ha ha! Aku merasa sangat kuat saat ini!" Lexus menatap dirinya sendiri.Kedua tangan direntangkan dan dia pandangi. Di sana ada urat-urat berwarna ungu kehitaman yang berdenyut dan memancarkan binar warna terang seperti cahaya yang berjalan di sepanjang urat-uratnya."Jangan dulu mencari gara-gara dengan musuhmu itu. Kau baru saja puli
“Hah? Investor menarik diri dari kita?” Juna kaget mendengarnya.Si sekretaris mengangguk dan kemudian menyerahkan folder ke Juna untuk menunjukkan berkas di dalamnya.Juna segera saja duduk di kursinya dan Rinjani bergegas berdiri di sebelahnya untuk ikut melihat berkas yang diserahkan sekretaris Juna.Meski si sekretaris merasa bingung dan heran dengan tindakan Rinjani yang seenaknya melihat ke berkas penting milik perusahaan Juna, nyatanya si bos tenang-tenang saja membiarkan itu terjadi.“Sepertinya ini mereka mendapatkan masukan dan bujukan dari satu orang, Jun.” Rinjani langsung memberikan penilaiannya ketika dia sudah melihat berkas di depannya.“Kamu juga berpikir demikian?” Juna menoleh ke istrinya.Ternyata mereka memiliki pemikiran yang sama. Rinjani sebagai wanita pebisnis, dia juga bisa menganalisis dengan cepat apa yang terjadi dengan para investor itu.Sementara itu, sekretaris Juna hanya bisa membatin, ‘Astaga, memangnya boleh segamblang itu mengomentari bisnis di peru
“Ermgh!” Juna mengernyitkan dahinya karena mendadak saja ada yang terasa menyengat seperti sebuah cubitan di kepalanya. Meski begitu, dia tidak memperlihatkan ekspresi berlebihan di depan ketiga istrinya. Dia bertanya-tanya, ada apa ini? Apakah Lexus berulah lagi? “Jangan khawatir, Jun! Soal investormu yang kabur itu, biar aku dan papa yang urus.” Rinjani berkata ke Juna ketika mereka sudah berempat saja dalam satu ruangan. Sebenarnya Juna terharu dengan tawaran bantuan Rinjani. Tapi …. “Terima kasih, Rin, tapi kurasa tidak perlu. Biarkan aku yang mengatasi ini sendiri dengan kemampuanku sebagai pelatihan bagiku.” Juna menolaknya secara halus. Sebagai panglima di kehidupan lalunya, dia tak mudah menerima bantuan siapa pun. Selama otak, tangan, dan kakinya masih berfungsi, maka dia akan mencari jalan keluar sendiri. Dia sudah terbiasa demikian. Menyadari suaminya memiliki harga dirinya sendiri, maka Rinjani tidak memaksa. “Oh, oke. Baiklah kalau begitu.” Senyumnya menggambarkan p
“Hah?” Juna sampai terperanjat dan berseru kaget atas laporan dari Saini siang itu melalui telepon. “Mereka mengundurkan diri dari pembelian unit?” Padahal sebentar lagi gedung baru Juna selesai dan akan ada ceremony untuk grand opening. Semua karena Lexus! “Ada apa, Jun? Kenapa sepertinya kau tegang begitu?” Rinjani dan 2 istri Juna lainnya masuk ke ruangan pribadi Juna di kantor. Mereka bertiga baru saja mencoba makan di kantin kantor. “Baiklah, Pak Saini. Terima kasih atas laporannya. Nanti saya akan hubungi Bapak lagi.” Juna menyudahi pembicaraannya dengan Saini. Kemudian, dia melambaikan tangan ke sekretarisnya yang mengisyaratkan agar pria muda itu keluar dari ruangannya dan membiarkan dia bersama ketiga istrinya saja di ruangan tersebut. Setelah sekretaris Juna keluar ruangan, Anika mendekat dan berkata, “Apa lagi yang diperbuat Lexus?” Juna terkejut dan menatap takjub ke istri tercintanya karena tak menyangka Anika bisa sepeka itu mengetahui bahwa ada masalah dan keter
Hari ini, di sore yang tenang, Juna mendadak saja merasakan hawa yang tak enak. “Perasaanku mengatakan akan terjadi sesuatu yang buruk.” Dia berkata pelan ke Anika di sampingnya. Segera saja Anika memejamkan mata sambil tangannya menggenggam tangan suaminya. “Gawat, Mas! Ada banyak sekali jin jahat yang mereka … mereka menuju ke sini!” Anika membuka mata sambil melaporkan apa yang dia dapatkan dari suara alam ketika berkonsentrasi. “Lexus! Dia mulai menyerang?” Juna menggeram marah. Segera saja Juna memperbesar ajian pelindung untuk gedung apartemennya ini. “Ada apa? Kenapa rasanya seperti sesak dan tak nyaman, yah?” Rinjani keluar kamar, segera menemui Juna dan Anika di ruang tengah. Shevia ikut keluar dari kamarnya juga karena merasakan hal sama seperti Rinjani. Sebagai para istri yang telah menyatu dengan Juna, kepekaan supranatural mereka mulai bangkit dan terus tumbuh. “Apakah musuh datang untuk menyerang lagi?” tanya Shevia sambil ikut berkumpul dengan yang lainnya di rua
“Kerasukan massal!” Juna mendengar pekikan istrinya dan dia menatap ke bawah sana. Nyatanya, di bawah memang mendadak saja ada banyak orang mulai bertingkah aneh. Ada yang menangis keras, ada yang berteriak-teriak, ada pula yang menggeram sambil tubuhnya bergerak bagaikan binatang. Jiwa Juna bergerak melesat ke bawah untuk menolong orang-orang yang terkena serangan jin jahat. “Humph!” Juna berusaha mengeluarkan satu demi satu jin yang merasuki penghuni apartemen yang ada di luar gedung. Namun, mereka terlalu banyak. Juna agak kewalahan. Di tempatnya, Rafa gelisah dan menangis keras. Wenti segera menggendongnya untuk menenangkan si bocah. “Eh?” Wenti kaget karena begitu putranya dia gendong, Rafa langsung tertidur seperti orang pingsan dan keluarlah Narendrarana. “Ibu, aku akan membantu Kak Juna. Tolong Ibu dan Ayah tetap di sini, jangan keluar. Wenti mengangguk sambil melongo saja dan melihat kepergian Narendrarana. Tak lupa, sebelum dia pergi, Narendrarana yang berwujud jiwa
“Jagorano!” pekik jiwa Juna penuh amarah sambil mendongak ke langit di atasnya. Di sana ada Lexus yang melayang secara solid bersama Lenita. “Ha ha ha! Siapa itu Jagorano? Aku adalah Lexus!” Setelah mengucapkan itu, Lexus lekas menembakkan energi kegelapan dia ke jiwa Juna. Juna lekas menyilangkan kedua tangannya di depan sambil membentuk mantra tameng. Dhaarr! Meski sudah menggunakan mantra tameng pelindung, tapi ternyata jiwa Juna masih juga terpental cukup sampai puluhan meter. ‘Apakah dia memang sekuat ini sekarang?’ batin Juna. ‘Padahal aku sudah mendapatkan kekuatan baru.’ Dia bertanya-tanya. “Ha ha ha! Sepertinya aku akan lekas menguburkan kamu, Panglima! Lalu setelah itu, aku bisa mengambil ketiga istri cantikmu itu. Hm, kira-kira akan aku apakan mereka nanti, yah?” Lexus tertawa sambil membayangkan hal tak bermoral yang ingin dia lakukan terhadap Anika, Shevia, dan Rinjani. Lelaki mana yang tahan mendengar istrinya hendak dilecehkan? Juna menggunakan kekuatan besar unt
“Haaahh!” Anika yang diserang langsung oleh Lenita, segera saja tangannya membentuk mudra.Dia melesat ke belakang sambil dikejar Lenita dan dari mudra tangannya, keluar cahaya yang bisa memblokir serangan Lenita.Karena kedua wanita itu sudah memiliki tempat bertarungnya sendiri, maka Juna dan Lexus tidak perlu sungkan lagi. Mereka saling mengeluarkan ajian masing-masing.“Harrghh!” Juna menembakkan energi murni dia dalam jumlah besar.Lexus segera membentuk perisai dengan energi gelapnya. “Huh!”Segera, kedua jenis kekuatan itu saling bertabrakan di angkasa dan menimbulkan ledakan. Karena segel dari Narendrarana, maka bunyi ledakan tadi tidak akan sampai di telinga manusia fana.Lexus terdorong ke belakang belasan meter, sedangkan Juna terdorong mundur dua puluhan meter.Ada raut terkejut di wajah Lexus. ‘Dia sekuat itu? Bagaimana bisa?’Awalnya, Lexus berpikir dia tidak akan terkalahkan karena telah menggunakan bantuan iblis. Apalagi dia sudah melakukan ritual mandi darah secara ru
Juna dan ketiga istrinya mengangguk. “Kami akan berusaha untuk itu, Ma. Terus doakan kami agar selalu memiliki hal baik.” Juna menanggapi Wenti. Kemudian, keningnya berkerut, “Ma, apakah Mama akhir-akhir ini sering cepat lelah dan mual?” “Eh, kok tahu?” Wenti terhenyak kaget. Namun, kemudian dia sadar bahwa putra angkatnya ini bukan manusia sembarangan. “Selamat, Ma!” Juna maju untuk memberikan pelukan tulus ke Wenti. Anika dan Shevia paham makna ucapan Juna dan mereka bergantian mengucapkan selamat pula sambil memeluk Wenti. “Eh? Mama kenapa?” Rinjani belum paham. “Mama sudah hamil lagi, Kak.” Shevia menjelaskan. Di antara mereka, Rinjani memang yang paling hebat jika itu mengenai intuisi bisnis, tapi dia payah dalam aspek lainnya yang berkaitan dengan hubungan antar manusia. Wenti menanggapinya dengan senyum simpul dan sedikit malu-malu. *** “Ya ampun, lihat mereka! Sungguh keluarga besar yang ramai.” Seseorang menahan pekikannya ketika melihat Juna dan keluarga kecil dia tu
“Ya ampun, lucu sekali dia! Cantiknya ….” Rinjani sambil menggendong bayinya, dia menoleh ke bayi Shevia.“Dedek bayinya Kak Rin juga ganteng, tuh!” Shevia menunjuk bayi di gendongan Rinjani dengan dagunya.Mereka saling memuji bayi milik madu masing-masing.“Mbak Anika masih menyusui anaknya, yah?” tanya Shevia setelah dia berhasil menidurkan bayinya.“Iya. Masih di kamar. Semua anaknya tenang sekali, jarang menangis. Benar-benar bayi kalem seperti ibunya.” Rinjani mengomentari anak kembar Anika.Kemudian, pintu depan terbuka dan masuklah Juna yang baru pulang dari kantornya.“Mana jagoan-jagoanku?” tanya Juna sambil mendekat ke mereka dan mulai mencium bayi-bayinya di gendongan ibunya masing-masing. “BIntang … umcchh! Wulan … umchh! Sudah wangi semua!”“Lah ini anakku masa sih dipanggil jagoan?” Shevia sambil mengangkat sedikit bayi perempuan di gendongannya.“Lho, dia ini nantinya seorang jagoan wanita! Menjadi perempuan kuat yang akan melindungi orang tertindas dan menebar kebajik
“Wah, gedungmu begitu wow sekali, Jun!” Rinjani menatap gedung baru Juna. Matanya berkeliling menelisik semua interior di sana.“Ini juga berkat bantuanmu.” Juna berkata di dekat telinga Rinjani.“Kok aku?” tanya Rinjani sambil menjauhkan kepalanya dari Juna untuk menatap suaminya dari jarak yang tepat.“Kamu kira aku tidak tahu kalau kau mengirim investor gadungan untuk membantu pendanaan untuk gedung ini, hm?” Juna sambil mencubit lembut pinggang Rinjani.Karena sudah ketahuan begitu, Rinjani hanya bisa tertawa. Shevia dan Anika di sebelahnya tersenyum.Siang ini, mereka baru saja mengadakan peresmian gedung baru apartemen Juna yang besar dan spektakuler. Meski bukan merupakan apartemen paling wah dan nomor satu di Samanggi, namun tetap mencuri perhatian publik karena dimiliki oleh pengusaha muda dengan berbagai gonjang-ganjing isu di belakangnya.Isu paling sering dibicarakan publik mengenai Juna belakangan ini tentu saja tidak lain dan tak bukan adalah mengenai ketiga istrinya yan
“Hah? Om Fer yakin dengan berita yang Om terima?” tanya Juna saat dia berbicara dengan pengacaranya, Ferdinand, di telepon. “Sangat yakin, Jun! Periksa saja ke rutan kejaksaan. Oh, atau untuk lebih akuratnya, datang saja ke rumahnya, pasti sedang ramai di sana.” Ferdinand menyahut dari seberang. Juna tak bisa berkata-kata. Dia segera mengakhiri teleponnya dengan si pengacara. “Ada apa, Jun?” tanya Rinjani dengan wajah ingin tahu. “Berita apa? Ada berita apa dari Om Fer?” Dia semakin mendekat ke Juna di sofa ruang tengah. Anika datang sambil membawa nampan berisi beberapa cangkir wedang cokelat jahe dan camilan buatannya seperti kue pukis dan bakwan jagung. “Bobby meninggal tadi sore.” Juna berkata sambil menatap Anika dan Rinjani secara bergantian. “Hah?!” pekik Rinjani karena terlalu kaget dengan berita yang diucapkan suaminya. Juna mengangguk ke istrinya. “Ada apa? Siapa yang meninggal?” Shevia keluar dari kamarnya karena suara pekikan Rinjani terdengar hingga ke telinganya.
“Ti—Tidak begitu! Ular sialan!” geram Nyai Mirah dan dia mulai mengejar Nyai Wungu yang melarikan diri sambil tertawa melengking meledek permaisuri Ki Amok itu.Kemudian, Ki Amok memanggil Nyai Mirah untuk pulang bersamanya ke istana mereka. Nyai Mirah segera berdiri melayang di sebelah Ki Amok dengan wajah merona menyebabkan kulitnya semakin memerah.“Kami pulang dulu. Nanti jika Mirah dibutuhkan lagi oleh istrimu, panggil saja, tak apa, tapi itu harus benar-benar gawat. Kalian pasti mengerti maksudku, ‘kan?” Ki Amok berkata ke Juna yang masih membopong Anika.‘Ya, ya, ya, aku paham. Intinya kami tidak boleh mengganggu kemesraan kalian berdua kecuali sangat gawat darurat.’ Juna membatin menanggapi Ki Amok.“Ya, kami paham, Ki. Terima kasih, sekali lagi untuk Anda dan pasukan, juga terima kasih pada Nyai Mirah atas bantuannya.” Juna mengangguk sebagai tanda dia menghargai mereka.Kemudian, kereta kencana Ki Amok pun pergi dari sana.Juna menoleh ke Nyai Wungu dan bertanya, “Apakah Nya
‘Apakah Dewi Salwapadmi menyaksikan aku dan Nik … bercinta selama ini?’ Juna memiliki pemikiran demikian. Ya ampun, Juna mendadak saja super malu jika mengingat seperti apa dia memesumi Anika selama ini. Belum lagi tingkah dia saat menggauli Anika. Dia bertanya-tanya, apakah itu disaksikan dan juga dirasakan sang dewi? Mendadak saja senyum lebar dan menahan geli dari Dewi Salwapadmi muncul saat dia bertutur ke Juna, “Jangan khawatir mengenai itu, Tuan Panglima. Aku selama ini tertidur di raga Anika dan mulai terbangkitkan ketika bertarung melawan mantan istrimu.” Mendengar ucapan Dewi Salwapadmi melalui mulut Anika, Juna merasa sangat lega sekaligus malu karena pikirannya ternyata bisa dibaca sang dewi. “A—Ah, iya, baiklah, Ndoro Dewi. Terima kasih penjelasannya.” Juna sedikit merona karena malu. Kemudian, Dewi Salwapadmi menoleh ke Nyai Mirah, dia berkata, “Nyai Mirah, aku sungguh tersentuh dengan pengabdianmu yang luar biasa pada ndoro putrimu ini. Tingkah lakumu sejak dulu jug
“Semua sudah usai?” Juna terengah-engah sambil menanyakan itu pada dirinya sendiri meski itu sebuah gumaman rendah. Anika bergegas terbang ke suaminya dan menyebelahinya di angkasa. Sedangkan Juna mulai merasakan armor yang melingkupi tubuhnya mulai memudar hilang secara perlahan. “Mas … semua sudah selesai. Pertarungan telah Mas menangkan.” Anika tersenyum lembut. Benar, semua sudah usai. Segala ancaman bahaya dan mimpi buruk yang pernah ditakutkan Anika, yang telah menjadi momok baginya selama beberapa minggu ini sekarang lenyap. Seakan batu besar yang mengimpit dada Anika, kini telah terangkat dengan kematian Lexus. Juna menengok ke istrinya sembari dia ikut tersenyum. “Kita yang memenangkan ini, Nik. Kita. Bukan aku saja. Kau, dan semua yang lainnya.” Tentu saja dia tidak boleh mengambil semua kredit yang ada. Bergegas, tangan Juna meraih Anika untuk memeluk wanita itu sembari hatinya berucap syukur pada semesta dan penciptanya yang telah memberikan restu sehingga dia bisa m
“Hm?” Juna mendadak saja merasakan dirinya menjadi lebih bertenaga, energi murninya melonjak tinggi.Setelah dia berpikir cepat, dia merasakan adanya energi dari Shevia dan Rinjani.‘Ternyata mereka.’ Juna tersenyum setelah memahami dari mana energi tambahan untuknya datang secara tak terduga.Saat ini, pedang di tangan Juna menebas tegas ke depan sehingga dengan cepat menyebabkan udara mengalir berputar mengakibatkan munculnya pusaran udara hanya dari ayunan pedang tersebut.Wusshh!Kibasan pedang Juna memicu beberapa ledakan bunyi memekakkan telinga ketika gelombang udara yang tadinya hanya memunculkan pusaran angin, kini berubah menjadi badai, menyapu udara di sekitar Lexus.Energi petir beserta angin badai dari kibasan pedang Juna menyerbu ke Lexus, bagaikan ular raksasa membuka mulutnya hendak menelan Lexus untuk mengunyahnya menjadi ketiadaaan.“Jangan harap semudah itu!” seru Lexus ketika dia juga mengibaskan pedang api hitam di tangannya sehingga energi api miliknya bertabraka
“Jangan sombong dulu, manusia bangs4t!” teriak Lexus pada Juna. “Jangan kau kira karena kau memiliki zirah itu maka kau bisa sekuat aku!”Lexus merobek udara hampa dan mengempaskan angin panas yang bisa membakar kulit manusia biasa dengan segera meski hanya dari hempasan anginnya saja.Juna tidak gentar meski fisik Lexus sudah semirip iblis. Dia memiliki banyak dendam terhadap sosok di depannya. “Kau yang akan berakhir mengenaskan, Lexus!”Zirah di tangan Juna mengumpulkan energi murni yang kini bermuatan energi keilahian.Dhuaarr!Ketika pukulan Juna bertabrakan dengan tinju iblis Lexus, mereka berdua sama-sama terdorong ke belakang. Tapi Juna lekas menerjang maju lagi, tak memberi kesempatan Lexus untuk menarik napas berikutnya.“Kau sudah tak sabar mati, hah?” teriak Lexus sambil mendorongkan energi iblisnya ke arah Juna.Tangan berzirah Juna menangkap kepalan tangan Lexus dan mendorongnya ke samping agar dia bisa menyarangkan tinju di tangan lain ke tubuh Lexus.Dhaakk!Betapa kag