Beranda / Fantasi / Pandu Kesatria Genda Yaksa / Wira Karma Resmi Menjadi Pemimpin Kuta Utama Dalam Genda

Share

Wira Karma Resmi Menjadi Pemimpin Kuta Utama Dalam Genda

Penulis: CahyaGumilar79
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pagi harinya, menjelang matahari terbit. Para prajurit sudah berkumpul di halaman istana kerajaan Genda Yaksa, mereka bersiap untuk mengamankan acara pelantikan Wira Karma menjadi seorang pemimpin di wilayah kuta utama Dalam Genda.

Di depan istana kerajaan, sudah hadir ribuan penduduk dari berbagai kadipaten yang ada di wilayah kuta utama Dalam Genda. Mereka datang pagi-pagi buta. Bahkan ada di antara mereka yang datang malam harinya dan menginap di depan istana, karena ingin menghadiri acara tersebut, meskipun mereka tidak mendapatkan izin masuk ke dalam istana kerajaan. Namun, mereka sangat antusias dalam menyambut pemimpin baru mereka.

"Aku sangat bahagia mendengar kabar bahwa Ki Wira akan menjadi seorang pemimpin kita," desis salah seorang penduduk yang sudah ada di antara ribuan penduduk lainnya yang sudah memenuhi halaman depan istana.

"Ya, aku pun demikian. Semoga Ki Wira bisa memberikan yang terbaik untuk kita semua," sah

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Bertemu Empat Orang Pendekar Teratai Emas

    Tiga hari setelah menjabat sebagai Patih, Wira Karma langsung menugaskan para prajuritnya untuk melakukan penyelidikan terkait kasus pembunuhan terhadap tiga orang penduduk yang ada di sebuah desa tidak jauh dari istana kepatihan kuta utama Dalam Genda."Apakah kau yakin, jika pelaku pembunuhan itu merupakan para pendekar dari kelompok pemberontak?" tanya Patih Wira Karma kepada Damara yang kini menjabat sebagai dewan kehormatan kuta utama Dalam Genda untuk istana kerajaan."Aku pikir bukan mereka pelakunya," jawab Damara lirih."Lantas siapa pelakunya yang kau curigai, Damara?" tanya Patih Wira Karma menatap wajah sahabat baiknya itu."Orang dalam di pemerintahan kadipaten Luhur!" jawab Damara tampak yakin sekali. "Sebaiknya, Patih tugaskan Wandalika untuk menyelidiki kasus tersebut! Aku yakin, Wandalika mampu menjalankan tugas dengan baik!" sambung Damara memberikan saran kepada sang patih.Patih Wira Karma terdiam sejenak, seakan-akan tengah men

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Pertarungan di Depan Klenteng

    Mendengar tantangan dari pendekar itu, Wandalika menjawab sambil tertawa dingin."Aku peringatkan kepada kalian wahai para pendekar Teratai Emas! Aku Wandalika seorang punggawa kerajaan Genda Yaksa, aku bukanlah orang pengecut yang mudah kalian hina!" seru Wandalika tampak semakin gusar melihat sikap jemawa para pendekar itu. "Aku siap bertarung dengan kalian! Aku tidak peduli apa akibatnya yang akan terjadi lagi!"Rangga Wihesa tercengang mendengar perkataan dari Wandalika, ia tampak kagum akan keberanian kawannya itu dalam menghadapi empat orang pendekar yang memiliki kemampuan tinggi dalam hal ilmu kanuragan.Salah seorang dari mereka yang bernama Ki Jonggrang mendongakkan kepala sambil tertawa lepas, "Hahaha!""Kau telah membuat kekacauan di klenteng ini, hingga puluhan murid-muridku tewas di tanganmu, Andaresta! Apa kau masih belum puas dan berani masuk lagi untuk kedua kalinya? Apa kau berpikir kami akan diam saja?! bentak Ki Jonggrang penuh kegusar

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Kehebatan Rara Wulan

    Sejatinya, Wandalika hanya bermaksud hendak membela diri saja. Setelah berhasil mengalahkan lawannya, ia langsung mundur dua langkah, kemudian langsung meloncat tinggi dan mendarat sempurna di hadapan Rangga Wihesa dan Rara Wulan. "Hebat sekali kau, Wanda," puji Rangga Wihesa tersenyum lebar menatap wajah kawannya yang baru saja mengalahkan dua orang pendekar Teratai Emas. Baru saja ia menginjakkan kaki, serangan tersebut kembali datang dari dua orang pendekar lainnya. Kali ini, Rara Wulan yang langsung bertindak menghalau serangan dua orang pendekar itu. Rara Wulan berputar-putar di atas udara sambil tertawa nyaring. Seakan-akan mengejek dua orang lawannya itu, kemudian melayang turun ke tanah. Tiba-tiba saja, dua orang pendekar datang lagi menghampiri kawan mereka yang tengah berhadap-hadapan dengan gadis cantik itu. "Hai, Gadis kecil! Kau sebaiknya mundur saja, jangan ikut campur dalam urusan ini! Apakah kau tidak sayang dengan nyawamu?" bentak sal

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Akhir dari Sebuah Pertarungan

    Mendengar seruan dari Rangga Wihesa, seketika itu Rara Wulan langsung menghentikan tindakannya. Ia mundur beberapa langkah ke belakang. Namun, dua orang pendekar lainnya justru balas melakukan serangan terhadap Rara Wulan, mereka jengkel melihat kawannya terluka para oleh gadis itu. Dua orang pendekar itu kembali menyerang dengan menggunakan tipu serangannya yang selama ini pertama kali digunakan, namun dengan sangat cepat Rangga Wihesa maju untuk melindungi Rara Wulan. Dengan gerakan yang sangat cepat Rangga Wihesa telah melakukan serangan terhadap dua pendekar tersebut. "Berhati-hatilah, Kakang!" teriak Rara Wulan mengkhawatirkan keselamatan Rangga Wihesa. Rangga Wihesa sedikit berpaling dan tersenyum lebar ke arah Rara Wulan. Kemudian kembali menggempur pertahanan para pendekar tersebut. Ternyata serangannya ini mengandung kekuatan yang sangat luar biasa hebat. Ki Jonggrang menjadi korban pertama keganasan jurus yang dikeluarkan oleh Rangga Wihesa.

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Senapati Pandu dan Para Prajuritnya Tiba di Desa Terpencil

    Hari itu, Senapati Pandu tengah melakukan penelusuran di wilayah perbatasan kerajaan Genda Yaksa dengan wilayah kerajaan Purba Yaksa.Tiba di jalan setapak yang di arah kirinya terdapat tebing tinggi, Senapati Pandu menghentikan langkah kudanya. Kemudian memberikan isyarat kepada pasukannya dengan mengangkat tangan tinggi agar para prajurit berhenti sejenak.Jaka Tira segera memacu derap langkah kudanya mendekati sang senapati. Lalu bertanya, "Ada apa, Senapati?"Senapati Pandu berpaling ke arah Jaka Tira, lalu menjawab lirih, "Di tempat ini, kita harus berhati-hati! Ada kemungkinan bahaya sedang mengancam kita!"Setelah itu, Senapati Pandu kembali memacu derap langkah kudanya. Baru beberapa langkah saja kudanya berlari, Senapati Pandu kembali memperlambat laju kudanya. Ia bersikap penuh kewaspadaan dan sangat berhati-hati dalam melewati jalur tersebut."Kita sudah masuk ke dalam wilayah kedaulatan kerajaan Purba Yaksa, kalian bersiaplah untuk meng

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Memburu Ki Bahu Sujiwo

    Senapati melihat jelas pergerakan seorang pria mengenakan penutup wajah di balik pohon besar yang ada di samping rumah tersebut. Senapati Pandu yakin bahwa orang itu merupakan anak buah Bahu Sujiwo yang tengah ia buru di desa tersebut. Orang tersebut sengaja membunuh pria paruh baya itu, agar tidak menunjukkan tempat tinggal Ki Bahu Sujiwo.Para prajurit langsung berlarian mengejar pelaku yang telah melepaskan anak panahnya hingga menewaskan pria paruh baya yang tengah dimintai keterangan oleh sang senapati.Beberapa warga yang menyaksikan detik-detik kematian pria paruh baya itu, segera menghampiri dan langsung mengangkat tubuh pria paruh baya itu, dan segera dibaringkan di atas bebalean rumah tersebut."Siapa keluarga pria paruh baya ini?" tanya Senapati Pandu kepada para penduduk tersebut.Para penduduk itu hanya diam saja, seakan-akan mereka takut dengan kehadiran Senapati Pandu dan

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Dihadang Puluhan Prajurit Purba Yaksa

    Menjelang malam tiba, Senapati Pandu langsung mengajak Jaka Tira dan para prajurit lainnya untuk segera kembali ke barak. Karena saat itu proses pemakaman Ki Dawilan sudah selesai dilaksanakan.Senapati bertanggung jawab sepenuhnya atas tewasnya pria paruh baya itu, peristiwa tersebut terjadi karena kedatangannya ke desa itu, sehingga Ki Dawilan menjadi korban kekejaman anak buah Ki Bahu Sujiwo."Desa Barung memang berada di bagian wilayah kedaulatan kerajaan Purba Yaksa. Namun, desa Barung ini adalah bagian dari kerajaan Genda Yaksa!" tegas sang senapati berbicara di hadapan ratusan para penduduk desa tersebut. "Kalian jangan khawatir! Tiga hari yang akan datang aku akan mengutus dua ratus prajurit untuk membantu kalian dalam mengamankan wilayah ini. Terutama desa Barung, desa Jongka, dan desa Barung Timur yang selama ini terisolasi!" sambung sang senapati."Terima kasih, Gusti Senapati. Kami pun berharap demikian, karena selama ini kami terhimpit di antara pih

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Suasana Tegang di Perbatasan

    Keesokan harinya, di istana kerajaan Purba Yaksa telah digegerkan dengan kabar tewasnya puluhan prajurit kerajaan tersebut. Panglima Jokara sudah melaporkan bahwa tindakan itu dilakukan oleh pasukan prajurit Genda Yaksa.Berdasarkan informasi dari Panglima Jokara, maka sang pemimpin kerajaan tersebut tampak geram dan langsung mengutus beberapa orang prajurit untuk menarik duta agung mereka yang bertugas di wilayah kerajaan Genda Yaksa sebagai perwakilan dari pihak kerajaannya."Kita tidak akan tinggal diam, kita harus segera melakukan pembalasan atas tindakan keji yang telah dilakukan oleh para prajurit kerajaan Genda Yaksa. Aku bersumpah, bahwa aku tidak akan pernah mau bergabung lagi dengan pihak kerajaan Genda Yaksa!" tegas Prabu Muriadaka geram dan penuh kegusaran.Prabu Muriadaka tidak mengetahui jika peristiwa itu terjadi buntut dari tindakan konyol yang dilakukan oleh Panglima Jokara dan pasukannya yang sudah melakukan serangan mendadak terhadap para praj

Bab terbaru

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Akhir Perjalanan Hidup Andaresta

    Demikianlah, maka para prajurit itu langsung mundur dan menjauh dari posisi Senapati Pandu. Namun, meskipun demikian, beberapa orang di antara mereka tetap mengawal Senapati Pandu dari jarak sekitar lima tombak. Sementara para prajurit lainnya masih tetap melakukan serangan terhadap orang-orang dari kelompok pemberontak.Senapati Pandu langsung melompat ke arah Rangga Wihesa yang sedang bertarung sengit melawan Andaresta dan Ki Kusumo.Sebagian dari pasukan pemberontak saat itu sudah berhamburan ke ujung hutan untuk menyelamatkan diri dari serbuan para prajurit kerajaan Genda Yaksa.Pertempuran hari itu, benar-benar berjalan dengan begitu sengit. Pasukan Genda Yaksa tidak mau memberikan luang sedikit pun untuk para pemberontak beristirahat. Mereka terus digempur habis-habisan.Dalam pertarungan tersebut, Rangga Wihesa benar-benar merasakan tubuhnya bagaikan menjadi semakin terhimpit oleh kekuatan Andaresta dan Ki Kusumo. Itulah sebabnya, maka ia tidak mempunyai pilihan lain daripada m

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Ada Andaresta di Dalam Pasukan Itu

    Dengan demikian, pasukan yang dipimpin oleh Rangga Wihesa langsung berjalan bersama-sama dengan pasukan yang dipimpin oleh Senapati Pandu.Ketika para prajurit itu sudah tiba di tengah lembah. Tiba-tiba saja, terdengar suara seruan dari semak-semak yang ada di hutan tersebut, kemudian keluar sekelompok orang dengan mengenakan pakaian serba hitam.Secara serentak, mereka langsung melakukan serangan terhadap para prajurit kerajaan."Lawan mereka! Jangan biarkan mereka lolos!" seru Senapati Pandu menghunus pedangnya dan langsung membantu para prajuritnya melakukan perlawanan terhadap orang-orang tersebut Dengan demikian, para prajurit kerajaan Genda Yaksa langsung menggempur kelompok tersebut.Hanya beberapa menit saja, pertempuran itu telah berubah bentuk menjadi sebuah pertempuran yang begitu sengit."Apa yang Senapati katakan memang benar, para pelaku teror itu ternyata ada hubungannya dengan kelompok Andaresta," desis Rangga Wihesa yang baru saja berhasil menjatuhkan beberapa orang

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Pasukan Genda Yaksa Menyisir Sebuah Lembah

    Melihat pemandangan seperti itu, Rangga Wihesa dan para perwira senior saling berpandangan. Mereka tampak senang sekali, karena Mustika Sari sudah mulai membuka diri tentang perasaannya terhadap Senapati Pandu. Meskipun belum sepenuhnya terbuka.Namun hal itu, sudah dapat diartikan oleh Rangga Wihesa dan para perwira senior, bahwa sesungguhnya rasa suka dan rasa cinta dalam diri kesatria wanita itu sudah tumbuh semakin subur saja."Ya, sudah. Kalau memang demikian, kau dan pasukanmu tetap berada di lapis kedua, sementara aku dan Mustika Sari memimpin pasukan di barisan terdepan!""Nah, ini baru formasi yang bagus," sahut Rangga Wihesa sedikit bergurau kepada Senapati Pandu.Setelah selesai berbicara panjang lebar dengan sang senapati, Rangga Wihesa dan para perwira senior langsung pamit dan undur dari hadapan Senapati Pandu dan juga Mustika Sari."Kenapa kau masih ada di sini? Apakah kau tidak kembali ke tendamu?" tanya Senapati Pandu memandangi wajah Mustika Sari."Izinkan malam ini

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Mustika Sari Semakin Jatuh Cinta Kepada Senapati Pandu

    Dengan demikian, Senapati Pandu memutuskan untuk menghentikan penyisiran tersebut. Ia meminta agar para prajuritnya beristirahat sejenak dengan mendirikan tenda-tenda perkemahan di tengah hutan itu. Karena penelusuran tersebut tidak mungkin dapat dilanjutkan lagi, mengingat waktu yang sudah semakin sore, dan sebentar lagi hutan tersebut akan gelap gulita."Sebentar lagi hari akan mulai gelap, sebaiknya kalian dirikan tenda di sini. Untuk sementara kita hentikan dulu penyisiran hari ini, esok pagi baru kita akan kembali melanjutkannya!" perintah sang senapati kepada para prajuritnya."Baik, Gusti Senapati," jawab mereka serentak.Kemudian, para prajurit itu langsung mendirikan puluhan tenda di sebuah padang rumput yang ada di tengah-tengah hutan belantara itu. Mustika Sari pun langsung mengatur anak buahnya untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi para prajurit yang ikut dalam rombongan tersebut.Para prajurit wanita dengan dibantu puluhan orang prajurit pria langsung menyiapkan dapur

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Menelusuri Hutan Belantara Mencari Kelompok Pemberontak

    Setibanya di barak, Senapati Pandu dan Ki Bastari tercengang ketika mendengar keterangan dari Panglima Durga dan Rangga Wihesa yang menyatakan bahwa salah seorang prajurit yang ikut dengan mereka hampir saja binasa karena pengaruh sihir dari para penjahat itu."Sudah jelas sekali, mereka tidak dapat dipandang rendah. Terbukti bahwa mereka memiliki kesaktian yang sangat luar biasa," desis Senapati Pandu sambil menerawang jauh ke depan. Sorot matanya yang tajam menembus kegelapan malam di sekitaran barak tersebut."Selain itu jumlah mereka tidak sedikit, mereka sangat banyak dan berjumlah ratusan," ujar Panglima Durga."Besok siapkan 300 prajurit panah api, kita akan menyisir lokasi hutan yang ada di selatan sana!" tegas Senapati Pandu memberikan perintah."Apakah hamba ikut juga, Gusti Senapati?" tanya Ki Bastari dengan sikap hormatnya."Ki Bastari dan Panglima Durga tetap di sini! Ki Bastari mulai saat ini menjadi panglima prajurit mendampingi Panglima Durga, biarkan Rangga Wishesa da

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Pertarungan dengan Para Pelaku Teror

    Namun, setelah sekian lamanya mereka melakukan pencarian. Tak ada seorang pun yang mereka temui di hutan itu."Sudah menjelang pagi, sebaiknya kita kembali ke barak!" ajak Mustika Sari kepada para prajurit yang ikut dengannya."Baik, Nyai," jawab para prajurit itu secara bersamaan.Dengan demikian, maka Mustika Sari dan para prajurit tersebut langsung melangkah untuk keluar dari hutan tersebut, mereka hendak kembali ke barak.Sementara itu, rombongan Panglima Durga dan Rangga Wihesa masih tetap melanjutkan pencarian, bahkan mereka sudah berada di kedalaman hutan belantara itu hampir mendekati wilayah kerajaan Purba Yaksa."Kalian sudah pasti kelelahan, sebaiknya kita istirahat saja dulu!" kata Rangga Wihesa memberikan saran kepada lima orang prajurit yang ikut serta dalam pencarian tersebut.Salah seorang prajurit menyahut, "Baik, Raden."Demikianlah, maka mereka pun langsung beristirahat sejenak. Karena perjalanan dari barak menuju ke ujung hutan itu, bukanlah jarak yang dekat. Selai

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Serangan Teror Kembali Datang

    Demikianlah, maka Panglima Durga langsung memilih enam orang prajurit yang ia percaya memiliki kemampuan tinggi dibandingkan para prajurit lainnya untuk ikut dengannya bersama Rangga Wihesa dalam melakukan penyisiran ke dalam hutan tempat pelarian para pelaku serangan itu. "Kalian harus membawa obor!" pinta sang panglima. "Baik, Panglima," sahut salah seorang dari keenam prajurit itu. Setelah menyalakan lima obor, keenam orang prajurit itu langsung melangkah mengikuti Panglima Durga dan Rangga Wihesa. Senapati Pandu dan para perwira senior lainnya hanya berdiri memandangi langkah Rangga Wihesa dan Panglima Durga serta enam orang prajurit yang sudah berjalan menuju ke arah hutan yang berada di depan barak pasukan kerajaan Genda Yaksa. Setelah itu, Senapati Pandu menghimbau kepada para prajurit yang bertugas menjaga keamanan di pintu gerbang area barak tersebut, agar mereka waspada dan jangan lengah. "Kalian harus waspada dan tidak boleh lengah! Karena ada kemungkinan para pelaku l

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Teror Mematikan

    Setelah melakukan perjalanan selama tujuh hari tujuh malam, akhirnya Rangga Wihesa bersama Ki Bastari tiba di barak prajurit kerajaan Genda Yaksa. Mereka tiba pada malam hari, kedatangannya langsung disambut hangat oleh Senapati Pandu dan Panglima Durga beserta para perwira senior yang kebetulan tengah berkumpul di beranda barak. Senapati Pandu dan para perwira senior yang bertugas di barak tersebut langsung memberi hormat kepada kepada Rangga Wihesa dan Ki Bastari dengan membungkukkan badan dan merangkapkan kedua telapak tangan mereka secara bersamaan. Begitu juga yang dilakukan oleh para perwira senior, secara serentak mereka menjura kepada Rangga Wihesa dan Ki Bastari. Setelah itu, Senapati Pandu langsung mempersilakan Rangga Wihesa dan Ki Bastari untuk duduk. Dengan demikian, Rangga Wihesa dan Ki Bastari langsung duduk di atas tikar pandan yang digelar di beranda barak tersebut. Setelah duduk, Rangga Wihesa langsung memperkenalkan Ki Bastari kepada Senapati Pandu dan para perw

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Rangga Wihesa dan Ki Bastari

    Pagi harinya .... Sebelum matahari terbit, Rangga Wihesa langsung pamit kepada Widiarti Puja dan juga kepada Patih Wira Karma serta para petinggi istana kepatihan kuta Dalam Genda. Setelah pamit, ia langsung melangkah menuju pintu gerbang istana kepatihan, kuda yang hendak ditungganginya dituntun oleh seorang prajurit yang mengikutinya dari belakang. Ketika sudah berada di hadapan para prajurit penjaga keamanan istana, Rangga Wihesa berpesan, "Selama aku pergi ke wilayah perbatasan, kalian harus hati-hati dalam menjaga keamanan istana kepatihan!" "Baik, Gusti Pangeran. Hamba akan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan titah ini!" tegas salah seorang pimpinan prajurit keamanan itu sambil menjura. Rangga Wihesa tersenyum lebar, kemudian langsung naik ke atas kuda, dan memacu derap langkah kudanya meninggalkan istana kepatihan menuju perbatasan tempat ribuan prajurit sedang bertugas mengamankan wilayah tersebut dari gangguan kelompok-kelompok pemberontak. Untuk menuju ke tempat yang

DMCA.com Protection Status