Beranda / Fantasi / Pandu Kesatria Genda Yaksa / Kejahatan Senapati Gukurajma Terungkap

Share

Kejahatan Senapati Gukurajma Terungkap

Penulis: CahyaGumilar79
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Wiriadinata tersenyum lebar menatap wajah Panglima Pandu. Kemudian berkata, "Aku meminta maaf kepadamu, Panglima. Kesalahan yang pernah aku perbuat, semata-mata karena aku dibutakan oleh bayaran yang besar dari seseorang yang sengaja ingin melenyapkan Panglima dari istana."

Panglima Pandu tersenyum sambil menganggukkan kepala. Kemudian menarik napas dalam-dalam, dua bola matanya terus bergulir memandangi wajah Wiridinata dan beberapa orang pendekar yang ada di ruangan tersebut.

"Kalian adalah bagian dari rakyat kerajaan Genda Yaksa. Tidak mungkin aku menaruh rasa dendam terhadap kalian, aku hanya minta kejujuran kalian saja!" pinta Pandu lirih. "Sebutkan siapa orangnya yang sudah membayar kalian untuk mencelakai aku?" tanya Panglima Pandu menambahkan.

Mendengar pertanyaan dari Panglima Pandu, Wiriadinata, Dumaya, dan para pendekar lainnya saling berpandangan. Mereka tampak ragu untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Karena mereka merasa takut jika mengatakannya k

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Barunda dan Kawan-kawannya Berhasil Ditangkap

    Senapati Gukurajma, seakan-akan tidak mau mendengar perkataan dari Tamaraka. Justru, ia balas memarahi prajurit senior itu, dan hampir memukulnya.Namun, Panglima Pandu bergerak cepat. Ia langsung menangkis tangan kekar sang senapati dan melipatnya hingga ke belakang, sehingga Senapati Gukurajma sudah tidak dapat bergerak lagi."Maaf, Senapati. Jangan bertindak bodoh! Ini adalah perintah dari sang raja," kata Panglima Pandu dengan posisi memegang erat tubuh sang senapati."Bedebah kalau! Aku tidak akan memaafkan kesalahan kalian!" bentak Senapati Gukurajma berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman kuat tangan sang panglima."Maafkan aku, Panglima." Panglima Pandu langsung mengayunkan tangan dan memukul keras kepala sang senapati, hingga membuat pria paruh baya itu jatuh tak sadarkan diri."Bawa dia ke dalam penjara!" perintah sang panglima kepada Tamaraka.

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Gelar Senapati Diberikan kepada Panglima Pandu

    Seminggu kemudian....Panglima Pandu yang ditunjuk oleh sang raja sebagai pimpinan tertinggi dari tim penyelidik. Telah berhasil mengungkap siapa pelaku pencurian keris pusaka tersebut. Di hadapan para petinggi istana, Panglima Pandu menegaskan bahwa pelaku pencuri keris pusaka itu adalah Andaresta berdasarkan perintah dari Ki Kusumo yang merupakan otak di balik rencana jahat tersebut."Bagaimana dengan pelaku pencurian keris pusaka itu? Apakah orangnya sudah diketahui?" tanya Wira Karma kepada Reksa Pati yang baru saja pulang dari istana setelah bertemu dengan Panglima Pandu."Sudah, Paman. Meskipun Senapati Gukurajma tutup mulut dan memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri di dalam penjara. Namun, Pandu sudah berhasil mengungkap semuanya," jawab Reksa Pati."Senapati Gukurajma bunuh diri?" tanya Wira Karma tampak kaget mendengar kabar tersebut. Ia saling berpandangan dengan Damara dan Jalamangkara."Benar, Paman. Senapati Gukurajma telah tew

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Kedekatan Pandu dengan Anak Buahnya

    Malam harinya, Panglima Pandu langsung memanggil Tamaraka, Denda, dan Jaka Tira. Mereka adalah tiga orang prajurit yang akan diangkat oleh Panglima Pandu sebagai pengawal pribadinya ditambah Reksa Pati yang akan dijemputnya esok hari."Mohon maaf, Panglima. Ada hal apa yang hendak Panglima bicarakan, sehingga Panglima mengumpulkan kami malam ini?" tanya Denda dengan sikap ramahnya."Ada hal penting yang ingin aku utarakan kepada kalian," jawab Panglima Pandu lirih.Ia menghela napas sejenak, kemudian berkata lagi, "Kalian bertiga mulai saat ini akan menjadi pendampingku, nanti akan ditambah lagi satu orang yang akan menjadi kawan baru kalian."Denda dan kedua kawannya saling berpandangan, mereka sangat bahagia sekali mendengar kabar tersebut. Namun, Tamaraka merasa penasaran sekali dengan apa yang diutarakan oleh panglimanya."Sungguh, Panglima?" tanya Tamaraka meluruskan pandangannya ke arah sang panglima.Panglima Pandu tersenyum lebar mem

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Panglima Pandu Menjumpai Raden Rangga Wihesa

    Malam itu, Panglima Pandu melewatkan waktu bersama keempat anak buahnya, berbincang santai sambil menikmati makanan dan minuman yang disajikan oleh pelayan istana yang bertugas melayani para prajurit di barak tersebut.Ada banyak hal yang mereka bicarakan bersama, terkait isu keamanan istana dan seluruh wilayah kedaulatan kerajaan Genda Yaksa."Besok siang aku akan berangkat untuk menjemput keluargaku, diperkirakan aku akan berada di sana selama tiga hari," ujar Panglima Pandu. "Untuk kalian ... aku harap dapat menggantikan peranku di istana!" sambungnya lirih."Apakah Panglima akan berangkat seorang diri?" tanya Jaka Tira menatap wajah sang panglima."Ya, aku akan berangkat sendirian. Aku harap kalian dapat menjaga keamanan istana dengan baik!" jawab Panglima Pandu berpaling ke arah Jaka Tira."Baik, Panglima. Kami akan menjalankan tugas ini dengan baik, dan kami berharap, Panglima selamat sampai tujuan dan bisa secepatnya kembali lagi ke istana,"

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Empat Algojo Iblis di Gedung Tua

    Panglima Pandu segera memperlambat derap langkah kudanya. Kemudian berpaling ke arah belakang. Tampak dua orang pria tengah menunggangi kuda mulai menghampirinya.Panglima Pandu terus mengamati pergerakan dua ekor kuda yang ditunggangi oleh dua orang pria tidak dikenal itu.'Siapa mereka?' kata Panglima Pandu dalam hati.Setelah kedua pendekar itu berada di hadapan Panglima Pandu. Tiba-tiba saja, mereka menudingkan jari telunjuknya ke arah sang panglima sambil berkata, "Kau adalah orang yang selama ini aku cari, beruntung sekali kami bisa berjumpa denganmu di tengah hutan ini. Jadi, kami tidak perlu repot-repot mencari keberadaanmu."Panglima Pandu tetap bersikap tenang dan tidak terpancing oleh sikap kasar pendekar tersebut."Kalian ini siapa? Dan hendak bermaksud apa menghentikan perjalananku?" tanya sang panglima mengerutkan kening."Kau adalah target buruan kami, Panglima Pandu. Aku akan membunuhmu, karena kau adalah penye

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Perseteruan di Tengah Hutan

    Mendengar seruan tersebut, Panglima Pandu tampak kaget dan terperanjat. Sejatinya, sang panglima telah mengerahkan jurus Halimunan yang tidak dapat terlihat oleh orang lain."Kenapa para pendekar itu dapat melihatku dengan jelas?" desis Panglima Pandu. "Tidak kelirukah aku? Apakah benar mereka adalah para pendekar Algojo Iblis, seperti apa yang pernah dibicarakan oleh Paman Damara?"sambung Panglima Pandu terus mengamati pergerakan para pendekar itu.Tidak lama kemudian, salah seorang dari mereka kembali berteriak memanggil sang panglima, "Panglima, keluarlah! Hadapi kami!"Pendekar tersebut terus berteriak keras menantang Panglima Pandu untuk keluar dan bertarung dengan mereka."Mau tidak mau aku harus keluar dan menghampiri mereka," desis Panglima Pandu langsung meloncat keluar dari balik semak belukar yang ada di sekitaran tempat tersebut.Panglima Pandu sudah bersiap untuk melakukan pertarungan dengan para pendekar itu. Karena tidak ada jalan la

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Menggempur Pertahanan Musuh

    Demikianlah, maka kedua pendekar tersebut langsung bergerak cepat meloncat tinggi dan terbang melayang meninggalkan tempat tersebut. Mereka tampak takut sekali dengan ancaman yang terlontar dari mulut orang tua tersebut.Panglima Pandu hanya tersenyum-senyum saja menyaksikan detik-detik larinya dua orang pendekar itu. Sementara itu, orang tua yang sudah membantunya tertawa terkekeh-kekeh melihat sikap dua orang pendekar yang sudah berlalu dari hadapannya. Kemudian, ia berpaling ke arah Panglima Pandu seraya berkata, "Lanjutkan perjalananmu, Anak muda! Kau sudah aman."Panglima Pandu tersenyum sambil menjura kepada pria berusia senja itu. Kemudian, sang panglima melangkah hendak menghampiri orang tua tersebut. Namun, belum sempat mendekatinya, tiba-tiba saja orang tua itu sudah hilang dari pandangan sang panglima. Entah ke mana perginya.Orang tua tersebut, pergi tanpa pamit sepatah kata pun. Seakan-akan tidak peduli kepada Panglima Pandu yang hendak menghampirin

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Donggala Banggai Sang Dewa Pedang

    Panglima Durga segera meloncat dari atas pelana kudanya, dan segera melangkah mendekati prajurit pemberontak yang gagah berani itu."Maksudmu kita bertarung sebagai seorang kesatria. Satu lawan satu untuk mengadu ilmu?" tanya Panglima Durga sedikit membentak."Benar sekali. Jika kau mau, kau orang yang pertama yang harus bertarung denganku!" jawab pendekar tersebut, tidak sedikitpun merasa gentar menghadapi Panglima Durga yang merupakan seorang pemimpin prajurit kerajaan Genda Yaksa."Baiklah, kita bertarung satu lawan satu. Siapa yang kalah berarti akan mati! Kau setuju?" tanya Panglima Durga."Ya, aku sangat setuju! Majulah!" Pendekar itu menantang sambil memasang kuda-kuda.Para prajurit kerajaan Genda Yaksa dan delapan orang pendekar dari pihak pemberontak saling berpandangan. Mereka tampak antusias menyaksikan detik-detik pertarungan dua orang kesatria itu.Panglima Durga memandang ke sekeliling tempat tersebut. Para pasukan kerajaan su

Bab terbaru

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Akhir Perjalanan Hidup Andaresta

    Demikianlah, maka para prajurit itu langsung mundur dan menjauh dari posisi Senapati Pandu. Namun, meskipun demikian, beberapa orang di antara mereka tetap mengawal Senapati Pandu dari jarak sekitar lima tombak. Sementara para prajurit lainnya masih tetap melakukan serangan terhadap orang-orang dari kelompok pemberontak.Senapati Pandu langsung melompat ke arah Rangga Wihesa yang sedang bertarung sengit melawan Andaresta dan Ki Kusumo.Sebagian dari pasukan pemberontak saat itu sudah berhamburan ke ujung hutan untuk menyelamatkan diri dari serbuan para prajurit kerajaan Genda Yaksa.Pertempuran hari itu, benar-benar berjalan dengan begitu sengit. Pasukan Genda Yaksa tidak mau memberikan luang sedikit pun untuk para pemberontak beristirahat. Mereka terus digempur habis-habisan.Dalam pertarungan tersebut, Rangga Wihesa benar-benar merasakan tubuhnya bagaikan menjadi semakin terhimpit oleh kekuatan Andaresta dan Ki Kusumo. Itulah sebabnya, maka ia tidak mempunyai pilihan lain daripada m

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Ada Andaresta di Dalam Pasukan Itu

    Dengan demikian, pasukan yang dipimpin oleh Rangga Wihesa langsung berjalan bersama-sama dengan pasukan yang dipimpin oleh Senapati Pandu.Ketika para prajurit itu sudah tiba di tengah lembah. Tiba-tiba saja, terdengar suara seruan dari semak-semak yang ada di hutan tersebut, kemudian keluar sekelompok orang dengan mengenakan pakaian serba hitam.Secara serentak, mereka langsung melakukan serangan terhadap para prajurit kerajaan."Lawan mereka! Jangan biarkan mereka lolos!" seru Senapati Pandu menghunus pedangnya dan langsung membantu para prajuritnya melakukan perlawanan terhadap orang-orang tersebut Dengan demikian, para prajurit kerajaan Genda Yaksa langsung menggempur kelompok tersebut.Hanya beberapa menit saja, pertempuran itu telah berubah bentuk menjadi sebuah pertempuran yang begitu sengit."Apa yang Senapati katakan memang benar, para pelaku teror itu ternyata ada hubungannya dengan kelompok Andaresta," desis Rangga Wihesa yang baru saja berhasil menjatuhkan beberapa orang

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Pasukan Genda Yaksa Menyisir Sebuah Lembah

    Melihat pemandangan seperti itu, Rangga Wihesa dan para perwira senior saling berpandangan. Mereka tampak senang sekali, karena Mustika Sari sudah mulai membuka diri tentang perasaannya terhadap Senapati Pandu. Meskipun belum sepenuhnya terbuka.Namun hal itu, sudah dapat diartikan oleh Rangga Wihesa dan para perwira senior, bahwa sesungguhnya rasa suka dan rasa cinta dalam diri kesatria wanita itu sudah tumbuh semakin subur saja."Ya, sudah. Kalau memang demikian, kau dan pasukanmu tetap berada di lapis kedua, sementara aku dan Mustika Sari memimpin pasukan di barisan terdepan!""Nah, ini baru formasi yang bagus," sahut Rangga Wihesa sedikit bergurau kepada Senapati Pandu.Setelah selesai berbicara panjang lebar dengan sang senapati, Rangga Wihesa dan para perwira senior langsung pamit dan undur dari hadapan Senapati Pandu dan juga Mustika Sari."Kenapa kau masih ada di sini? Apakah kau tidak kembali ke tendamu?" tanya Senapati Pandu memandangi wajah Mustika Sari."Izinkan malam ini

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Mustika Sari Semakin Jatuh Cinta Kepada Senapati Pandu

    Dengan demikian, Senapati Pandu memutuskan untuk menghentikan penyisiran tersebut. Ia meminta agar para prajuritnya beristirahat sejenak dengan mendirikan tenda-tenda perkemahan di tengah hutan itu. Karena penelusuran tersebut tidak mungkin dapat dilanjutkan lagi, mengingat waktu yang sudah semakin sore, dan sebentar lagi hutan tersebut akan gelap gulita."Sebentar lagi hari akan mulai gelap, sebaiknya kalian dirikan tenda di sini. Untuk sementara kita hentikan dulu penyisiran hari ini, esok pagi baru kita akan kembali melanjutkannya!" perintah sang senapati kepada para prajuritnya."Baik, Gusti Senapati," jawab mereka serentak.Kemudian, para prajurit itu langsung mendirikan puluhan tenda di sebuah padang rumput yang ada di tengah-tengah hutan belantara itu. Mustika Sari pun langsung mengatur anak buahnya untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi para prajurit yang ikut dalam rombongan tersebut.Para prajurit wanita dengan dibantu puluhan orang prajurit pria langsung menyiapkan dapur

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Menelusuri Hutan Belantara Mencari Kelompok Pemberontak

    Setibanya di barak, Senapati Pandu dan Ki Bastari tercengang ketika mendengar keterangan dari Panglima Durga dan Rangga Wihesa yang menyatakan bahwa salah seorang prajurit yang ikut dengan mereka hampir saja binasa karena pengaruh sihir dari para penjahat itu."Sudah jelas sekali, mereka tidak dapat dipandang rendah. Terbukti bahwa mereka memiliki kesaktian yang sangat luar biasa," desis Senapati Pandu sambil menerawang jauh ke depan. Sorot matanya yang tajam menembus kegelapan malam di sekitaran barak tersebut."Selain itu jumlah mereka tidak sedikit, mereka sangat banyak dan berjumlah ratusan," ujar Panglima Durga."Besok siapkan 300 prajurit panah api, kita akan menyisir lokasi hutan yang ada di selatan sana!" tegas Senapati Pandu memberikan perintah."Apakah hamba ikut juga, Gusti Senapati?" tanya Ki Bastari dengan sikap hormatnya."Ki Bastari dan Panglima Durga tetap di sini! Ki Bastari mulai saat ini menjadi panglima prajurit mendampingi Panglima Durga, biarkan Rangga Wishesa da

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Pertarungan dengan Para Pelaku Teror

    Namun, setelah sekian lamanya mereka melakukan pencarian. Tak ada seorang pun yang mereka temui di hutan itu."Sudah menjelang pagi, sebaiknya kita kembali ke barak!" ajak Mustika Sari kepada para prajurit yang ikut dengannya."Baik, Nyai," jawab para prajurit itu secara bersamaan.Dengan demikian, maka Mustika Sari dan para prajurit tersebut langsung melangkah untuk keluar dari hutan tersebut, mereka hendak kembali ke barak.Sementara itu, rombongan Panglima Durga dan Rangga Wihesa masih tetap melanjutkan pencarian, bahkan mereka sudah berada di kedalaman hutan belantara itu hampir mendekati wilayah kerajaan Purba Yaksa."Kalian sudah pasti kelelahan, sebaiknya kita istirahat saja dulu!" kata Rangga Wihesa memberikan saran kepada lima orang prajurit yang ikut serta dalam pencarian tersebut.Salah seorang prajurit menyahut, "Baik, Raden."Demikianlah, maka mereka pun langsung beristirahat sejenak. Karena perjalanan dari barak menuju ke ujung hutan itu, bukanlah jarak yang dekat. Selai

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Serangan Teror Kembali Datang

    Demikianlah, maka Panglima Durga langsung memilih enam orang prajurit yang ia percaya memiliki kemampuan tinggi dibandingkan para prajurit lainnya untuk ikut dengannya bersama Rangga Wihesa dalam melakukan penyisiran ke dalam hutan tempat pelarian para pelaku serangan itu. "Kalian harus membawa obor!" pinta sang panglima. "Baik, Panglima," sahut salah seorang dari keenam prajurit itu. Setelah menyalakan lima obor, keenam orang prajurit itu langsung melangkah mengikuti Panglima Durga dan Rangga Wihesa. Senapati Pandu dan para perwira senior lainnya hanya berdiri memandangi langkah Rangga Wihesa dan Panglima Durga serta enam orang prajurit yang sudah berjalan menuju ke arah hutan yang berada di depan barak pasukan kerajaan Genda Yaksa. Setelah itu, Senapati Pandu menghimbau kepada para prajurit yang bertugas menjaga keamanan di pintu gerbang area barak tersebut, agar mereka waspada dan jangan lengah. "Kalian harus waspada dan tidak boleh lengah! Karena ada kemungkinan para pelaku l

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Teror Mematikan

    Setelah melakukan perjalanan selama tujuh hari tujuh malam, akhirnya Rangga Wihesa bersama Ki Bastari tiba di barak prajurit kerajaan Genda Yaksa. Mereka tiba pada malam hari, kedatangannya langsung disambut hangat oleh Senapati Pandu dan Panglima Durga beserta para perwira senior yang kebetulan tengah berkumpul di beranda barak. Senapati Pandu dan para perwira senior yang bertugas di barak tersebut langsung memberi hormat kepada kepada Rangga Wihesa dan Ki Bastari dengan membungkukkan badan dan merangkapkan kedua telapak tangan mereka secara bersamaan. Begitu juga yang dilakukan oleh para perwira senior, secara serentak mereka menjura kepada Rangga Wihesa dan Ki Bastari. Setelah itu, Senapati Pandu langsung mempersilakan Rangga Wihesa dan Ki Bastari untuk duduk. Dengan demikian, Rangga Wihesa dan Ki Bastari langsung duduk di atas tikar pandan yang digelar di beranda barak tersebut. Setelah duduk, Rangga Wihesa langsung memperkenalkan Ki Bastari kepada Senapati Pandu dan para perw

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Rangga Wihesa dan Ki Bastari

    Pagi harinya .... Sebelum matahari terbit, Rangga Wihesa langsung pamit kepada Widiarti Puja dan juga kepada Patih Wira Karma serta para petinggi istana kepatihan kuta Dalam Genda. Setelah pamit, ia langsung melangkah menuju pintu gerbang istana kepatihan, kuda yang hendak ditungganginya dituntun oleh seorang prajurit yang mengikutinya dari belakang. Ketika sudah berada di hadapan para prajurit penjaga keamanan istana, Rangga Wihesa berpesan, "Selama aku pergi ke wilayah perbatasan, kalian harus hati-hati dalam menjaga keamanan istana kepatihan!" "Baik, Gusti Pangeran. Hamba akan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan titah ini!" tegas salah seorang pimpinan prajurit keamanan itu sambil menjura. Rangga Wihesa tersenyum lebar, kemudian langsung naik ke atas kuda, dan memacu derap langkah kudanya meninggalkan istana kepatihan menuju perbatasan tempat ribuan prajurit sedang bertugas mengamankan wilayah tersebut dari gangguan kelompok-kelompok pemberontak. Untuk menuju ke tempat yang

DMCA.com Protection Status