Beranda / Fantasi / Pandu Kesatria Genda Yaksa / Keberangkatan Senapati Pandu dengan Wadiya baladnya

Share

Keberangkatan Senapati Pandu dengan Wadiya baladnya

Penulis: CahyaGumilar79
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pada kesempatan itu, Senapati Pandu sedikit memberikan keterangan tentang siasat perang kepada empat orang prajurit pendampingnya. Karena mereka akan dipercaya sebagai pemimpin kelompok-kelompok prajurit. Ketika mereka sudah tiba di wilayah konflik.

"Di sana kita akan melakukan serangan gerilya. Kita akan masuk ke dalam hutan dan melakukan penyergapan terhadap para kelompok pemberontak itu," ujar sang senapati.

"Mohon maaf, Senapati. Bagaimana jika mereka memasang perangkap ranjau di sepanjang jalan yang hendak menuju markas mereka?" tanya Jaka Tira bersikap penuh hormat terhadap sang senapati.

"Kita akan menugaskan para prajurit telik sandi agar menyusup ke wilayah-wilayah terdalam yang ada di ujung perbatasan itu, untuk memastikan medan dan kendala di jalur tersebut," jawab Senapati Pandu. "Seperti kejadian di masa lalu, Paman Rakuti telah melakukan penyisiran secara besar-besaran di sepanjang hutan yang berbatasan langsung den

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Rencana Baik dari Sang Raja

    Ketika Senapati Pandu dan ratusan prajurit sudah meninggalkan istana, Wira Karma, Jalamangkara, dan Damara langsung berangkat menuju ke ladang yang sedang mereka garap yang berada di belakang barak prajurit.Seperti hari-hari biasanya, mereka melakukan aktivitas sebagai petani yang menggarap sebidang tanah yang berada di area barak prajurit yang sengaja disediakan oleh sang raja untuk aktivitas mereka agar mereka tidak merasa jenuh selama tinggal di area istana.Hasil dari pertanian tersebut, akan dibeli oleh pihak kerajaan untuk bahan makanan para prajurit kerajaan. Wira Karma tidak harus repot-repot menjual hasil pertanian yang ia garap bersama Jalamangkara dan juga Damara."Apakah kalian tidak mendengar kabar terbaru dari istana?" tanya Wira Karma mengarah kepada Jalamangkara dan Damara yang sudah memulai pekerjaannya mencangkul tanah yang hendak mereka tanami jagung."Kabar tentang apa, Wira?" tanya Damara menghentikan aktivitasnya sejenak. Ia berdiri sambil mena

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Rangga Wihesa dan Radipati

    Rangga Wihesa dan gurunya–Ki Durkakira telah mendengar kabar kematian tiga orang prajurit kerajaan tersebut dari seorang prajurit kerajaan yang bertugas di wilayah kademangan tempat tinggal mereka.Rangga Wihesa tampak gusar mendengar kabar itu, sehingga langsung meminta pendapat kepada sang guru, apa yang mesti ia lakukan untuk membantu kakaknya–Prabu Surya Darma Wihesa dalam mengatasi pergerakan para pendekar dari kelompok pemberontak yang semakin meresahkan rakyat dan para prajurit kerajaan."Aku rasa, kau harus segera menemui rakamu. Karena itu sangat penting, kau ini bagian dari keluarga kerajaan Genda Yaksa, sudah sepantasnya ikut andil dalam persoalan yang tengah dihadapi oleh kerajaan!" ujar Ki Durkakira berkata penuh kelembutan kepada murid satu-satunya itu."Iya, Guru. Aku pun berpikir demikian, ingin rasanya segera ambil bagian dalam melakukan pencegahan terhadap pergerakan para pemberontak itu," sahut Rangga Wihesa menjura hormat kepada s

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Radipati Menjumpai Rasyudita

    Radipati pun berpikir bahwa dirinya harus menemui Rasyudita saat itu juga, sebelum ia berangkat ke istana bersama Rangga Wihesa. Ia tampak penasaran dan ingin memastikan apakah pelaku pembunuhan tersebut adalah Rasyudita?"Aku harus menemui Rasyudita sekarang. Aku yakin, saat ini dia ada di rumahnya," desis pemuda itu.Radipati berkeyakinan kuat bahwa Rasyudita masih berada di kediamannya. Hanya dirinya yang mengetahui tempat tinggal pendekar itu.Dengan demikian, ia pun segera bersiap hendak berangkat menemui Rasyudita yang ada di desa sebelah. Seperti yang ia ketahui bahwa Rasyudita memiliki rumah di dekat hutan yang jauh dari pemukiman warga lainnya, dan rumah tersebut menjadi persembunyian yang aman bagi pendekar itu.Radipati langsung berpacu menunggangi kuda miliknya menelusuri jalan setapak menuju tepi hutan yang ada di desa sebelah.Menjelang sore, ia sudah tiba di tempat tujuan. Tampak beberapa orang tengah berkumpul di rumah tersebut, ter

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Tugas Pertama untuk Reksa Pati

    Menjelang sore, Senapati Pandu dan rombongan para prajurit yang dipimpinnya sudah tiba di tengah hutan yang ada di wilayah Kademangan Suradana. Tepatnya mereka berada di Alas Sura yang sebentar lagi akan memasuki wilayah kepatihan Turi Yaksa Mekar."Jalan ini cukup mudah dilewati, karena tidak terdapat banyak rintangan. Tapi, kenapa sepi? Aku tidak melihat para penduduk yang melewati jalur ini. Apakah yang mereka takutkan, sehingga tidak ada yang berani melewati jalan ini?" desis salah seorang prajurit menghentikan langkah kudanya tepat di sebelah kuda yang ditunggangi oleh kawannya."Hutan ini bukan hutan biasa, di sini terdapat banyak bahaya yang sudah banyak memakan korban dari kalangan para penduduk yang ada di wilayah ini," sahut kawannya."Pantas saja jalanan ini sangat sepi sekali," ucap prajurit itu.Senapati Pandu dan keempat prajurit pengawal, saat itu sudah turun dari kuda mereka dan bersiap untuk segera beristirahat di tempat tersebut.

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Tugas untuk Rangga Wihesa

    Ketika rombongan prajurit yang dipimpin oleh Reksa Pati sudah melewati sebuah lembah yang ada di kedalaman hutan tersebut. Tiba-tiba saja, mereka langsung diserang oleh sekelompok orang tidak dikenal. Hingga pada akhirnya, para prajurit itu langsung melakukan perlawanan terhadap orang-orang tersebut."Mereka adalah para perampok yang tengah kita cari. Binasakan mereka!" seru Reksa Pati menghunus pedangnya dan langsung bergerak cepat melakukan perlawanan terhadap orang-orang tersebut.Dengan demikian, pertempuran itu sudah tidak dapat dihindari lagi. Serangan ganas dari para perampok itu semakin gencar.Trang! Trang! Trang! Terdengar nyaring senjata-senjata dari kedua belah pihak saling berbenturan.Beberapa orang dari kelompok perampok sudah mulai berjatuhan. Selain itu, ada sekitar empat orang prajurit yang sudah tumbang akibat sabetan pedang dan golok dari para perampok tersebut."Panah mereka! Jangan biarkan mereka kabur dari tempat ini

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Keangkuhan Wiriatami

    Ketika mereka sudah mendekati sebuah desa yang ada di wilayah kadipaten Citra Marga, Rangga Wihesa sedikit memperlambat derap langkah kudanya. Ia berpaling ke arah Radipati."Kita cari warung, dan makan siang dulu! Nanti kita lanjutkan kembali perjalanan menuju padepokan-padepokan silat yang ada di desa Bolak!" kata Rangga Wihesa lirih."Apakah ini sudah masuk wilayah desa Bolak?" tanya Radipati meluruskan pandangannya ke sahabat baiknya itu."Iya, ini desa Bolak yang kita tuju," jawab Rangga Wihesa.Tanpa berkata apa-apa lagi, Radipati terus memacu derap langkah kudanya mengikuti langkah kuda yang ditunggangi oleh Rangga Wihesa.Setelah masuk ke dalam wilayah desa Bolak, Rangga Wihesa langsung memperlambat laju kudanya dan langsung masuk ke halaman sebuah warung makan yang ada di pinggiran jalan utama desa tersebut."Kita makan siang di sini! Sekalian beristirahat dulu!" Rangga Wihesa langsung menghentikan laju kudanya, kemudian turun dan s

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Rangga Wihesa dan Radipati Berada di Desa Bolak

    "Kami sudah memaafkanmu, sebaiknya kau segera pergi dari hadapan kami!" usir Radipati. "Kau ini bersikap sangat kasar, tidak seperti kawanmu ini," jawab Wiriatami sedikit berpaling ke arah Rangga Wihesa. Rangga Wihesa tersenyum lebar, dan langsung duduk kembali di tempat semula. "Pendekar tampan! Aku pamit," pungkas Wiriatami mengarah kepada Rangga Wihesa. Rangga hanya tersenyum dingin sambil menganggukkan kepalanya. Kemudian, ia langsung memanggil sang pemilik warung makan tersebut, "Ki! Kemarilah!" Pria paruh baya itu bergegas melangkah menghampiri Rangga Wihesa. "Ada apa, Den?" tanya pria paruh baya itu. "Mohon maaf atas kegaduhan yang telah kami buat, Aki tenang saja! Semua kerusakan ini akan aku ganti. "Iya, Den." Dengan demikian, Rangga Wihesa langsung memberikan beberapa keping uang kepada pemilik warung. Setelah itu, ia dan Radipati langsung pamit dan berlalu dari warung tersebut. "Kita akan akan singgah

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Senapati Pandu dan Pasukannya Sudah Tiba di Wilayah Perbatasan

    Di barak prajurit yang ada di wilayah perbatasan antara wilayah kerajaan Genda Yaksa dengan wilayah kerajaan Purba Yaksa, Panglima Durga dan para prajuritnya sudah bersiap menyambut kedatangan para prajurit kerajaan Genda Yaksa yang dipimpin oleh Senapati Pandu.Diperkirakan mereka akan tiba di barak tersebut pada sore harinya. Dua orang prajurit utusan Senapati Pandu, saat itu sudah lebih dulu tiba di barak tersebut. Mereka menyampaikan permintaan Senapati Pandu kepada Panglima Durga agar segera memerintahkan para prajuritnya untuk menyiapkan tempat bagi ratusan prajurit yang akan segera tiba di barak itu."Aku rasa, barak yang ada di ujung timur cukup untuk menampung ratusan prajurit," ujar Panglima Durga di sela perbincangannya dengan dua orang prajurit utusan Senapati Pandu."Menurut Senapati Pandu, jika barak tidak cukup tidak apa-apa. Para prajurit yang baru datang nanti bisa mendirikan perkemahan di sekitar halaman barak, Panglima," kata prajurit itu bers

Bab terbaru

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Akhir Perjalanan Hidup Andaresta

    Demikianlah, maka para prajurit itu langsung mundur dan menjauh dari posisi Senapati Pandu. Namun, meskipun demikian, beberapa orang di antara mereka tetap mengawal Senapati Pandu dari jarak sekitar lima tombak. Sementara para prajurit lainnya masih tetap melakukan serangan terhadap orang-orang dari kelompok pemberontak.Senapati Pandu langsung melompat ke arah Rangga Wihesa yang sedang bertarung sengit melawan Andaresta dan Ki Kusumo.Sebagian dari pasukan pemberontak saat itu sudah berhamburan ke ujung hutan untuk menyelamatkan diri dari serbuan para prajurit kerajaan Genda Yaksa.Pertempuran hari itu, benar-benar berjalan dengan begitu sengit. Pasukan Genda Yaksa tidak mau memberikan luang sedikit pun untuk para pemberontak beristirahat. Mereka terus digempur habis-habisan.Dalam pertarungan tersebut, Rangga Wihesa benar-benar merasakan tubuhnya bagaikan menjadi semakin terhimpit oleh kekuatan Andaresta dan Ki Kusumo. Itulah sebabnya, maka ia tidak mempunyai pilihan lain daripada m

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Ada Andaresta di Dalam Pasukan Itu

    Dengan demikian, pasukan yang dipimpin oleh Rangga Wihesa langsung berjalan bersama-sama dengan pasukan yang dipimpin oleh Senapati Pandu.Ketika para prajurit itu sudah tiba di tengah lembah. Tiba-tiba saja, terdengar suara seruan dari semak-semak yang ada di hutan tersebut, kemudian keluar sekelompok orang dengan mengenakan pakaian serba hitam.Secara serentak, mereka langsung melakukan serangan terhadap para prajurit kerajaan."Lawan mereka! Jangan biarkan mereka lolos!" seru Senapati Pandu menghunus pedangnya dan langsung membantu para prajuritnya melakukan perlawanan terhadap orang-orang tersebut Dengan demikian, para prajurit kerajaan Genda Yaksa langsung menggempur kelompok tersebut.Hanya beberapa menit saja, pertempuran itu telah berubah bentuk menjadi sebuah pertempuran yang begitu sengit."Apa yang Senapati katakan memang benar, para pelaku teror itu ternyata ada hubungannya dengan kelompok Andaresta," desis Rangga Wihesa yang baru saja berhasil menjatuhkan beberapa orang

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Pasukan Genda Yaksa Menyisir Sebuah Lembah

    Melihat pemandangan seperti itu, Rangga Wihesa dan para perwira senior saling berpandangan. Mereka tampak senang sekali, karena Mustika Sari sudah mulai membuka diri tentang perasaannya terhadap Senapati Pandu. Meskipun belum sepenuhnya terbuka.Namun hal itu, sudah dapat diartikan oleh Rangga Wihesa dan para perwira senior, bahwa sesungguhnya rasa suka dan rasa cinta dalam diri kesatria wanita itu sudah tumbuh semakin subur saja."Ya, sudah. Kalau memang demikian, kau dan pasukanmu tetap berada di lapis kedua, sementara aku dan Mustika Sari memimpin pasukan di barisan terdepan!""Nah, ini baru formasi yang bagus," sahut Rangga Wihesa sedikit bergurau kepada Senapati Pandu.Setelah selesai berbicara panjang lebar dengan sang senapati, Rangga Wihesa dan para perwira senior langsung pamit dan undur dari hadapan Senapati Pandu dan juga Mustika Sari."Kenapa kau masih ada di sini? Apakah kau tidak kembali ke tendamu?" tanya Senapati Pandu memandangi wajah Mustika Sari."Izinkan malam ini

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Mustika Sari Semakin Jatuh Cinta Kepada Senapati Pandu

    Dengan demikian, Senapati Pandu memutuskan untuk menghentikan penyisiran tersebut. Ia meminta agar para prajuritnya beristirahat sejenak dengan mendirikan tenda-tenda perkemahan di tengah hutan itu. Karena penelusuran tersebut tidak mungkin dapat dilanjutkan lagi, mengingat waktu yang sudah semakin sore, dan sebentar lagi hutan tersebut akan gelap gulita."Sebentar lagi hari akan mulai gelap, sebaiknya kalian dirikan tenda di sini. Untuk sementara kita hentikan dulu penyisiran hari ini, esok pagi baru kita akan kembali melanjutkannya!" perintah sang senapati kepada para prajuritnya."Baik, Gusti Senapati," jawab mereka serentak.Kemudian, para prajurit itu langsung mendirikan puluhan tenda di sebuah padang rumput yang ada di tengah-tengah hutan belantara itu. Mustika Sari pun langsung mengatur anak buahnya untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi para prajurit yang ikut dalam rombongan tersebut.Para prajurit wanita dengan dibantu puluhan orang prajurit pria langsung menyiapkan dapur

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Menelusuri Hutan Belantara Mencari Kelompok Pemberontak

    Setibanya di barak, Senapati Pandu dan Ki Bastari tercengang ketika mendengar keterangan dari Panglima Durga dan Rangga Wihesa yang menyatakan bahwa salah seorang prajurit yang ikut dengan mereka hampir saja binasa karena pengaruh sihir dari para penjahat itu."Sudah jelas sekali, mereka tidak dapat dipandang rendah. Terbukti bahwa mereka memiliki kesaktian yang sangat luar biasa," desis Senapati Pandu sambil menerawang jauh ke depan. Sorot matanya yang tajam menembus kegelapan malam di sekitaran barak tersebut."Selain itu jumlah mereka tidak sedikit, mereka sangat banyak dan berjumlah ratusan," ujar Panglima Durga."Besok siapkan 300 prajurit panah api, kita akan menyisir lokasi hutan yang ada di selatan sana!" tegas Senapati Pandu memberikan perintah."Apakah hamba ikut juga, Gusti Senapati?" tanya Ki Bastari dengan sikap hormatnya."Ki Bastari dan Panglima Durga tetap di sini! Ki Bastari mulai saat ini menjadi panglima prajurit mendampingi Panglima Durga, biarkan Rangga Wishesa da

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Pertarungan dengan Para Pelaku Teror

    Namun, setelah sekian lamanya mereka melakukan pencarian. Tak ada seorang pun yang mereka temui di hutan itu."Sudah menjelang pagi, sebaiknya kita kembali ke barak!" ajak Mustika Sari kepada para prajurit yang ikut dengannya."Baik, Nyai," jawab para prajurit itu secara bersamaan.Dengan demikian, maka Mustika Sari dan para prajurit tersebut langsung melangkah untuk keluar dari hutan tersebut, mereka hendak kembali ke barak.Sementara itu, rombongan Panglima Durga dan Rangga Wihesa masih tetap melanjutkan pencarian, bahkan mereka sudah berada di kedalaman hutan belantara itu hampir mendekati wilayah kerajaan Purba Yaksa."Kalian sudah pasti kelelahan, sebaiknya kita istirahat saja dulu!" kata Rangga Wihesa memberikan saran kepada lima orang prajurit yang ikut serta dalam pencarian tersebut.Salah seorang prajurit menyahut, "Baik, Raden."Demikianlah, maka mereka pun langsung beristirahat sejenak. Karena perjalanan dari barak menuju ke ujung hutan itu, bukanlah jarak yang dekat. Selai

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Serangan Teror Kembali Datang

    Demikianlah, maka Panglima Durga langsung memilih enam orang prajurit yang ia percaya memiliki kemampuan tinggi dibandingkan para prajurit lainnya untuk ikut dengannya bersama Rangga Wihesa dalam melakukan penyisiran ke dalam hutan tempat pelarian para pelaku serangan itu. "Kalian harus membawa obor!" pinta sang panglima. "Baik, Panglima," sahut salah seorang dari keenam prajurit itu. Setelah menyalakan lima obor, keenam orang prajurit itu langsung melangkah mengikuti Panglima Durga dan Rangga Wihesa. Senapati Pandu dan para perwira senior lainnya hanya berdiri memandangi langkah Rangga Wihesa dan Panglima Durga serta enam orang prajurit yang sudah berjalan menuju ke arah hutan yang berada di depan barak pasukan kerajaan Genda Yaksa. Setelah itu, Senapati Pandu menghimbau kepada para prajurit yang bertugas menjaga keamanan di pintu gerbang area barak tersebut, agar mereka waspada dan jangan lengah. "Kalian harus waspada dan tidak boleh lengah! Karena ada kemungkinan para pelaku l

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Teror Mematikan

    Setelah melakukan perjalanan selama tujuh hari tujuh malam, akhirnya Rangga Wihesa bersama Ki Bastari tiba di barak prajurit kerajaan Genda Yaksa. Mereka tiba pada malam hari, kedatangannya langsung disambut hangat oleh Senapati Pandu dan Panglima Durga beserta para perwira senior yang kebetulan tengah berkumpul di beranda barak. Senapati Pandu dan para perwira senior yang bertugas di barak tersebut langsung memberi hormat kepada kepada Rangga Wihesa dan Ki Bastari dengan membungkukkan badan dan merangkapkan kedua telapak tangan mereka secara bersamaan. Begitu juga yang dilakukan oleh para perwira senior, secara serentak mereka menjura kepada Rangga Wihesa dan Ki Bastari. Setelah itu, Senapati Pandu langsung mempersilakan Rangga Wihesa dan Ki Bastari untuk duduk. Dengan demikian, Rangga Wihesa dan Ki Bastari langsung duduk di atas tikar pandan yang digelar di beranda barak tersebut. Setelah duduk, Rangga Wihesa langsung memperkenalkan Ki Bastari kepada Senapati Pandu dan para perw

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Rangga Wihesa dan Ki Bastari

    Pagi harinya .... Sebelum matahari terbit, Rangga Wihesa langsung pamit kepada Widiarti Puja dan juga kepada Patih Wira Karma serta para petinggi istana kepatihan kuta Dalam Genda. Setelah pamit, ia langsung melangkah menuju pintu gerbang istana kepatihan, kuda yang hendak ditungganginya dituntun oleh seorang prajurit yang mengikutinya dari belakang. Ketika sudah berada di hadapan para prajurit penjaga keamanan istana, Rangga Wihesa berpesan, "Selama aku pergi ke wilayah perbatasan, kalian harus hati-hati dalam menjaga keamanan istana kepatihan!" "Baik, Gusti Pangeran. Hamba akan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan titah ini!" tegas salah seorang pimpinan prajurit keamanan itu sambil menjura. Rangga Wihesa tersenyum lebar, kemudian langsung naik ke atas kuda, dan memacu derap langkah kudanya meninggalkan istana kepatihan menuju perbatasan tempat ribuan prajurit sedang bertugas mengamankan wilayah tersebut dari gangguan kelompok-kelompok pemberontak. Untuk menuju ke tempat yang

DMCA.com Protection Status