Sepertinya dirinya masih harus lebih berusaha.Setelah makan malam, Kelven menerima pesan dari Angel yang mengajaknya bertemu.Sambil mencuci piring, Kelven tidak menyembunyikannya dan melapor pada Delis, “Nanti malam bisa ikut aku keluar sebentar?”Delis yang sedang menggendong putranya yang tertidur di sofa, menoleh dan bertanya, “Keluar malam-malam mau ke mana?”“Ada janji dengan beberapa teman. Kamu juga kenal dengan teman-teman ini.”“Siapa?”Kelven menjawab jujur, “Angel dan adiknya, lalu dua kakakmu.”Mungkin karena mereka sudah tahu bahwa dirinya masih hidup dan ingin bertemu dengannya.Dirinya juga perlu mengucapkan terima kasih secara langsung.Berterima kasih kepada mereka, karena sudah membantunya menjaga Delis dan anaknya, serta keluarganya, saat dirinya tidak ada.Delis bingung dan bertanya, “Untuk apa kamu janjian dengan mereka? Kamu juga dekat dengan kak Angel mereka?”“Iya, dulu kami cukup akrab. Mereka tahu aku sudah kembali, mungkin mau menyambutku.”Delis tidak me
Kelven tidak mengenal Yogi.Dan juga belum pernah bertemu dengannya.Melihat Delis berbicara dengan Yogi, Kelven menggendong anaknya dan diam saja.Tak disangka, Yogi justru melihatnya dan sengaja mengucapkan sesuatu yang bisa membuat pria mana pun merasa terganggu.Namun, Kelven tetap diam. Meskipun wajah tampannya sudah terlihat memuram.Melihat Kelven, Delis menyadari bahwa Kelven terganggu. Dengan tak senang, Delis membalas, “Itu anakmu, aku hanya ingin mengingatkan. Kalau kamu begitu nggak peduli, untuk apa aku harus repot-repot ikut campur.”Dengan marah, Delis masuk ke mobil tanpa melihat pria itu lagi dan langsung melaju pergi.Yogi duduk di dalam mobilnya, tidak terburu-buru untuk pergi.Hanya melihat mobil Delis yang melaju pergi, sudut bibirnya menajam dan tersenyum.Lalu bergumam, “Berbaik hati membiarkan kalian berdua bersama, tapi malah nggak tahu berterima kasih?”Tak mau repot lagi, Yogi pun menyalakan mobil dan pergi.Di dalam mobil.Dengan tidak senang, Kelven berkat
“Joel, Luna nggak pulang.”Joel yang selalu menahan emosinya, tak bisa menahan air mata lagi, memandang Kelven dan bertanya, “Kenapa kamu bisa pulang, tapi nggak membawa luna kembali?”Melihat Joel hendak menangis, seketika Kelven tidak tahu harus berbuat apa.Owen segera datang menarik keponakannya.“Joel, apa yang sudah paman bilang padamu tadi? Kalau kamu nggak mau makan, lebih baik kembali ke kamar untuk mengerjakan PR.”Joel menghempaskan tangan pamannya, berlari ke lantai atas dengan marah.Sambil berlari, Joel tidak bsia menahan tangisannya.Melihat anak itu marah karena Luna tidak pulang, beberapa orang dewasa merasa tidak tega.Hanya Delis yang benar-benar tidak tahu mengapa Joel seperti itu.Dengan penasaran, Delis bertanya, “Ada apa dengannya? Kelven, apa yang kamu bilang dengan Joel? Kenapa dia malah menangis?”“Mungkin karena melihat paman Kelven datang tapi nggak membawakan hadiah, jadi dia marah.”Jawab Owen denga nasal.“Sudahlah, nggak perlu urusi Joel, ayo makan.”U
Yogi tidak tahu jika dirinya datang menjenguk murid kecilnya harus mengetuk pintu lebih dulu.Itu kesalahannya.Yogi memundurkan beberapa langkah ke pintu, berpura-pura mengetuk dan bertanya, “Lia, bolehkah aku masuk?”Lia kehabisan kata-kata.Dengan tidak senang, Lia bertanya, “Kenapa kamu membawakanku makanan? Apa para pelatih juga bertanggung jawab mengawasi murid-murid makan?”Siang tadi dia bertengkar dengan Alfred dan tidak makan siang.Sampai sekarang dia juga belum minum setetes air pun.Meski lapar, Lia bisa menahannya.Dia tidak menyangka pelatih akan membawakannya makanan secara langsung.Yogi masuk dan meletakkan makanan di meja. Meski wajah tampannya tidak menunjukkan ekspresi apa pun, nada suaranya penuh pehatian,“Tentu saja, sebagai pelatih aku harus selalu memperhatikan kondisi murid-muridku. Kalau kamu pingsan di lapangan besok karena nggak makan, aku yang harus bertanggung jawab.”Yogi tahu Lia tidak makan siang hari ini dan saat Latihan Lia kelihatan tidak fokus. T
Alfred melihatnya.Melihat mata Lia berkaca-kaca dan hampir menangis, dadanya terasa sesak.Hatinya sangat sakit, tetapi tidak mau mengalah.“Aku jelas mendengar ada pria yang membawakan makanan di telepon.”Lia tidak membantah, “Iya, memang ada yang membawakanku makanan.”“Karena siang tadi ada orang meninggalkanku, aku merasa sedih dan nggak bisa makan. Setelah Latihan sore, aku juga nggak makan.”“Orang itu hanya bertanggung jawab pada muridnya, khawatir aku akan pingsan di lapangan, jadi membawakanku makanan.”Lia menatapnya, matanya mulai basah.“Lalu bagaimana denganku? Bagaimana kamu memperlakukanku?”Jika benar tidak percaya padanya, merasa dirinya buruk, seharusnya sudah bilang dari awal.Dirinya juga tidak perlu bertahan di sini menyelesaikan ujian sekolahnya demi memuaskan ibunya.Melihat Lia yang begitu kasihan, semua ketidakpuasan dan kemarahan di hati Alfred menghilang, digantikan dengan rasa tidak tega.Alfred melunakkan nada suaranya, “Aku bukan sengaja marah padamu. Si
Alfred berdiri, mengangkat wajah kecil Lia dan menciumnya.Lia masih kesal dan menghindar, “Jangan cium aku, aku masih lapar.”Alfred tidak memaksanya, menggandeng tangannya dan berkata, “Ayo, aku membawamu keluar untuk makan.”“Sudah malam begini, bagaimana kita keluar? Sekolah nggak mengizinkan kita keluar.”“Sekolah ini milikku, aku yang mengizinkanmu.”Alfred tetap menariknya keluar.Meskipun hatinya tidak mau pergi, tetapi tubuhnya tidak menolak dan mengikuti langkah Alfred dengan langkah kecil.“Kalau aku nggak lulus ujian, itu semua salahmu.”Alfred tidak peduli.“Bahkan kalau kamu nggak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh ibuku, aku nggak akan membiarkanmu meninggalkanku. Ingatlah, aku nggak akan pernah membiarkanmu pergi seumur hidupku.”Meskipun kata-kata ini terdengar sombong. Namun, Lia merasa tenang dan nyaman.Setelah berpisah dengan gurunya begitu lama, untuk pertama kalinya Lia merasa telah menemukan tempat berteduh.Melihat pria yang membawanya pergi, Lia diam-diam b
Bahkan ketika Delis melupakan segalanya, dirinya selalu berada di sisinya, merawatnya dengan penuh kasih sayang dan tidak pernah meninggalkannya, mengapa Delis tidak pernah menyukainya sedikit pun?Di depan Delis, Wiliam benar-benar merada dirinya tidak berharga dan sangat gagal.Delis terkejut dan bertanya, “Kamu juga tahu Kelven?”Ekspresi Wiliam langsung berubah sedikit, menyadari bahwa dirinya telah salah bicara dan buru-buru mengalihkan topik.“Karena kamu sudah tahu anak itu bukan milikku dan bahkan nggak mau menemuiku lagi, kita cukup sampai di sini saja.”Wiliam menutup teleponnya.Takut jika nanti tidak sengaja bicara terlalu banyak, Alfred akan datang mencarinya untuk menghabisinya.Delis menatap layar ponsel panggilan yang terputus dengan sedikit bingung.Ternyata Wiliam tahu bahwa anak itu bukan miliknya dan dia juga tahu Kelven.Jika begitu, mungkin Wiliam juga tahu bahwa anak itu adalah anak Kelven?Semua orang tahu keberadaan Kelven dan juga tahu hubungannya dengan Kelve
Melihat Delis masih marah, Kelven benar-benar tak berdaya.Dia menunduk untuk menggendong anak yang sedang tidur.Delis melihatnya dan bertanya, “Apa yang kamu lakukan?”“Kamu istirahat saja, aku akan menggendongnya dan tidur bersamaku.”“Nggak perlu, aku bisa mengurusnya sendiri.”Kelven mencoba berbicara baik-baik dengannya,“Jangan anggap dia sekarang tidur nyenyak, dia akan terbangun tengah malam, menangis dan membuatmu nggak bisa beristirahat.”“Bukankah kamu harus bekerja besok? Tidur saja, biar aku yang menjaganya.”Karena Delis tidak membiarkannya tidur bersama, Kelven bersikeras menggendong anaknya pergi.Delis tidak menghalanginya.Melihat Kelven menggendong anak itu pergi, Delis berbaring di tempat tidur, tetapi tidak bisa tidur.Akhirnya, karena tidak bisa tidur, Delis bangun dan mencari Peter.Berdiri di depan pintu kamar kakaknya, Delis mengetuk pelan dan memanggil, “Kak, kamu sudah tidur? Bolehkah aku masuk dan bertanya sesuatu?”Peter baru saja mengenakan baju tidur da
Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol
Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p
Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi
Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l
Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa
“Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem
Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l
“Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De
Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b