Herli terkejut.Herli sama sekali tidak percaya bahwa Kelven akan begitu marah padanya.Apakah dalam hatinya, adik Delis lebih berarti daripada dirinya?Herli berdiri di sana, tak berniat pergi, sambil menangis dan menangis dia berkata, “Kelven, aku … ““Aku bilang pergi, kamu nggak mendengarnya?”Kelven kembali berteriak dengan marah.Dia bahkan tidak melirik Herli sekalipun.Herli terkejut.Ini adalah pertama kalinya dia melihat Kelven begitu marah pada dirinya.Herli takut jika dirinya bertahan lebih lama akan semakin memancing kemarahan Kelven. Jadi, dia memilih pergi.Melihat anak kecil di pelukannya masih menangis, Kelven memerintahkan Bibi Siti, “Ambil beberapa potong es batu ke sini.”Bibi Siti bergegas mengambilnya.Dia memberikan es yang dibungkus kepada Kelven.Kelven mengompres wajah anak kecil itu dan bertanya pada Bibi Siti, “Herli sudah bisa melihat?”Bibi Siti berdiri di samping, dia mengangguk dan menjawab, “Iya Pak Kelven. Hari ini saat pemeriksaan, dia masih belum bi
Kelven melihatnya.Delis terlihat begitu cemas dan takut, apakah karena takut pada dirinya?Apakah dirinya begitu menakutkan?Seketika, Kelven merasa lebih suka Delis yang suka lengket padanya, dengan senyuman ceria di wajahnya dan begitu polos, sungguh menggemaskan.Dia menyadari bahwa sebagai seorang pria dewasa, untuk apa dirinya begitu mempermasalahkannya dengan seorang wanita muda.Kelven melupakan semua salah paham yang dulu, dia melembutkan sikapnya dan berkata, “Aku nggak akan membiarkan Herli datang ke sini lagi. Kamu juga jangan bertengkar lagi denganku. Aku nggak mau setiap kali pulang kerja harus melihat wajah murammu.”Mendengar itu, Delis tidak menjawab. Dia hanya menundukkan kepalanya dan diam-diam menyantap makanannya.“Delis, kenapa kamu selalu menundukkan kepala seperti itu? Apa aku terlihat seperti binatang buas, sampai kamu begitu takut untuk melihatku?”Delis terpaksa mengangkat kepalanya dan menatap Kelven yang berada di depannya.Mungkin karena masih merasa sedi
Tadinya, Delis berencana untuk memesan taksi melalui aplikasi di ponselnya.Namun, baru saja Selina menariknya keluar, Delis melihat sebuah mobil sedan hitam terparkir di luar halaman.Sementara Wiliam berdiri di samping mobil.Delis menghentikan langkahnya, tak ingin mendekat lagi.Namun, anak kecil di sampingnya tersenyum dan berlari ke arah pria itu. “Paman, cepat sekali kamu datang. Hari ini kamu bertanggung jawab menjadi sopir kami.”Wiliam mengelus kepala anak itu, membuka pintu mobil dan berkata, “Iya, aku akan menjadi sopir kalian. Ayo masuk.”Melihat Delis tidak mendekat, Wiliam tersenyum ramah. “Kenapa? Takut aku memakanmu?”Delis memalingkan pandangannya, sedikit gugup. “Kamu … kamu nggak ada kerjaan?”“Iya.”Wiliam menutup pintu mobil dan kemudian berjalan ke sisi penumpang depan, membuka pintu mobil dan berkata, “Semakin kamu menghindariku, semakin orang lain akan mencurigai kita. Lagipula, nggak ada hubungan apapun diantara kita, untuk apa kamu takut.”Delis berpikir seb
Saat masuk ke halaman, Selina menguap. “Aku sudah mengantuk, aku tidur dulu. Jangan panggil aku untuk makan malam.”Belum sempat Delis menjawab, Selina langsung masuk ke dalam rumah dan berlari ke lantai atas.Selina ada kebiasaan untuk tidur siang.Hari ini tidak tidur tidur siang, jadi dia merasa sangat mengantuk.Delis melihat jam, sudah pukul enam sore.Kelven masih belum pulang, jadi dirinya duduk di sofa ruang tamu dan membaca buku.Namun, masih belum benar-benar fokus membaca, terdengar suara dari pintu.Delis menoleh … Terlihat Kelven masuk ke dalam rumah, berdiri tegap dengan mengenakan setelan jas. Dia memegang buket bunga di satu tangan dan kue di tangan lainnya.Delis terbengong melihatnya.Pria itu juga melihat ke arahnya, wajahnya tampak lembut saat mendekat.Kelven berdiri di depan Delis, memberikan buket bunga dan kue padanya. “Ini untukmu.”Seketika, Delis merasa malu.Dia tidak menyangka Kelven akan membelikan bunga dan kue untuknya.Apakah Kelven sedang mencoba untu
Delis tidak melawan. Rasa nyaman dari kelembutan Kelven membuatnya enggan menolak.“Delis, bagimu, aku ini orang seperti apa?”Kelven mendekatkan bibirnya ke telinga Delis, suaranya penuh godaan.Delis merasa geli di telinganya, membuatnya merasa tidak nyaman.Delis mengernyit dan menjawab dengan jujur, “Kamu sangat baik, tapi kamu buta.”“Hm?”“Kamu selalu menuduhku.”“Mulai sekarang nggak akan lagi,” ucapnya dengan suara yang dalam.Memeluknya seperti ini, membuat Kelven sulit untuk menahan diri tidak melakukan sesuatu padanya.Namun, teringat bagaimana Delis menggambarkannya sebelumnya, Kelven hanya bisa menahan diri dan melepaskannya.“Sudahlah, kamu keluar dan ganti baju. Biar aku mandi sendiri saja.”Delis memutar kepalanya dan melihat pria di sampingnya, melihat ekspresinya agak aneh, dengan cepat dia berdiri dan pergi dengan wajah memerah.Melihat Delis berlari begitu cepat, jelas terlihat tidak ingin Kelven menyentuhnya lagi.Jika sebelumnya, bahkan Kelven tidak berinisiatif,
Delis diam-diam mengikuti di samping Kelven. Melihat tangan besar pria itu yang erat menggandeng tangan kecilnya. Perasaan hangat pun menyelinap ke dalam hatinya.Dia bahkan mulai berpikir serakah, betapa bagusnya jika pria ini bisa selamanya menjadi miliknya.Betapa baiknya jika mereka tidak akan berpisah.Dia kemudian menoleh dan melihat wajah kelven dari samping.Dari posisinya, wajah tampan Kelven terlihat gagah, dengan kontur yang tegas dan garis wajah yang jelas.Dengan tinggi badan 190 cm dan aura kuat yang terpancar dari dalam dirinya, itu benar-benar memberi rasa aman padanya.Tanpa disadari, Delis mendekatinya, semakin dekat.Mungkin karena memahami maksud wanita di sampingnya, Kelven tiba-tiba mengangkat tangannya dan merangkulnya ke dalam pelukannya.Kelven menoleh melihatnya. “Mau aku gendong?”Delis langsung menggeleng. “Nggak perlu.”“Kamu sangat suka aku menggendongmu dulu.”Seperti gantungan aksesoris yang bergantung pada dirinya.Dan Kelven juga suka dengan wanginya d
Panggilan suamiku itu membuat hati Kelven bergetar.Dia tidak merespon, tetapi suasana hatinya sangat senang, dia melanjutkan lengkahnya ke depan.Delis mengikutinya dan melanjutkan, “Suami adalah panggilan bagi mereka yang bisa bersama-sama menjalani sepanjang hidup, tapi aku dan kamu hanyalah pasangan suami istri sementara.”Delis tahu dia tidak seharusnya merusak suasana.Namun, dia harus selalu mengingatkan dirinya sendiri bahwa dia tidak boleh terjerumus dalam kelembutan yang diberikan oleh Kelven.Karena jika tidak, dirinya mungkin akan sulit untuk melepaskan diri nantinya.Kemudian!Wajah Kelven menjadi muram, dia menoleh ke arah Delis, mengernyit dengan ekspresi yang tidak senang.“Apa itu suami istri sementara? Kalau nggak pandai bicara, jangan bicara.”Kelven dengan paksa menariknya mendekat dan merangkulnya saat berjalan.Delis tidak berani bicara lagi.Dirinya tak pandai bicara.Namun, yang dia katakan adalah fakta.Kelven tak bisa memberinya jaminan bahwa dirinya akan sela
Delis merasa banga karena pertama kalinya dirinya dipikul Kelven.Delis berpura-pura bodoh. “Ganti panggilan apa?”“Berpura-puralah kamu, percayalah pasti akan melempar dirimu ke kolam di sana untuk jadi makanan ikan,” ancam Kelven.Delis menjulurkan lidahnya. “Aku kan bukan anak kecil yang bisa digertak.”Kelven mulai mengamuk dan benar-benar memikul Delis menuju arah kolam.Semakin jauh mereka berjalan, semakin gelap jalanan.Delis benar-benar khawatir bahwa Kelven akan melemparkannya, sehingga dia langsung menunduk dan berbisik di telinga Kelven, “Jangan ke sana lagi, ayo pulang.”“Panggil aku apa?”“Kelven … “Kelven berpura-pura akan melemparkannya.Delis memeluk erat leher Kelven dan dengan manja memanggil, “Suamiku~”“Apa? Nggak kedengaran.”Kelven berpura-pura tak kedengaran.“Suamiku, ayo pulang, jangan ke tempat gelap itu lagi.”“Panggil sekali lagi.”Mendengar panggilan baru ini, seketika Kelven merasa kehangatan di dalam hatinya.“Suamiku!”Delis berbicara lembut di telinga
Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol
Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p
Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi
Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l
Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa
“Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem
Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l
“Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De
Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b