Saat mendengar wanita kecil di sampingnya bilang lapar, Kelven langsung sadar.Dia bangun dan dengan cepat memakai bajunya sambil menunjukkan raut wajah menyesal.“Maaf, aku tidur terlalu lama dan lupa kalau kamu belum makan.”Kelven tersenyum sambil mengancingkan kemehanya dan mengikatkan ikat pinggangnya, lalu dengan lembut mencubit pipi kecil Delis.“Sudah lapar sekali ya?”Delis hanya diam dan menghindari sentuhannya, berdiri di sampingnya.Melihat Delis masih agak menolak, Kelven tidak memedulikanya dan segera pergi membersihkan diri.Setelah itu, dengan ramah Kelven menggandeng tangan kecil Delis dan membawanya keluar untuk makan.Delis tidak lagi menolaknya, hanya pura-pura patuh dan berencana untuk menentangnya lagi setelah bisa keluar dari sini.Di ruang makan yang mewah dan luas, meja makan lima meter dipenuhi dengan berbagai hidangan mewah.Pria itu dengan sopan menarik kursi untuk Delis dan kemudian duduk di sampingnya setelah memastikan Delis sudah duduk.Pria itu mengambi
Delis menghentikan langkahnya dan melepaskan tangan Kelven.Kelven menoleh melihatnya dan bertanya, “Kenapa?”Delis juga menatapnya dan berkata, “Kamu benar-benar berniat mengurungku di sini selamanya?”Pria itu mengernyit dan senyuman di bibirnya menjadi samar.Dia melangkah mundur dan berdiri di depan Delis, memegang wajah kecilnya yang halus dengan lembut, lalu menatapnya dengan penuh kasih.“Kamu nggak mau tinggal bersamaku di sini selamanya?”“Kamu nggak mau bekerja?”Wajah Delis tanpa ekspresi.Kelven tersenyum sinis dan menjawab, “Kerja nggak lebih penting dari kehadiranmu di sini. Delis adalah segalanya bagiku, aku takkan pernah meninggalkanmu. Aku akan selalu ada di sini denganmu.”Dengan begitu, Delis tidak akan bisa melarikan diri.Bahkan jika Delis mencoba melarikan diri, Kelven akan tetap bersamanya.Hingga ke ujung dunia sekalipun, Kelven akan setia mengikutinya.Delis benar-benar terdiam.Akhirnya, dirinya benar-benar memahami sifat pria ini sekarang.Paranoid, curiga be
Bagaimana dengan Luna, jika dirinya tak bisa pergi dari tempat ini?Apalagi dirinya sudah begitu membenci pria ini.Jika terus bersamanya, Delis akan gila.Delis tidak ingin membuang-buang waktu berbicara dengannya, jadi dia berbalik dan pergi.Delis kembali ke kamar hote, mengunci pintu, tidak membiarkan pria itu mendekatinya lagi.Namun, Kelven tidak bisa tidur tanpanya.Tanpa Delis di sisinya, Kelven gelisah, susah makan dan tidur.Kelven menendang pintu yang terkunci dengan satu tendangan.Kelven melangkah masuk ke dalam kamar dan melihat Delis duduk di atas kasur. Kelven pun mendekat dan naik ke atas kasur mendekatinya.Delis menatapnya dengan dingin dan tidak menghindar.Kelven bahkan bisa menendang pintu, tidak ada gunanya juga dirinya melawan sekarang.Untungnya, Kelven hanya mencondongkan kepalanya di pundaknya dan tidak melakukan gerakan lainnya.Dengan suara rendah dan serak, Kelven berkata, “Aku nggak akan memaksamu, tapi jangan mendorongku. Biarkan aku tidur dengan memelu
Jika sebelumnya, Delis tidak akan peduli.Namun, sekarang dia punya seorang anak.Anaknya juga begitu lucu dan pintar. Tidak boleh kehilangan ibu.Tidak boleh seperti dirinya menjadi yatim piatu sejak kecil.Delis pasti harus kembali.“Ini untukmu.”Kelven memotong buah dan menyuapnya ke mulut Delis.Delis menatapnya dengan bingung.Sementara Delis terbengong.Kelven tersenyum dan mendekatkan wajah tampannya ke depan Delis, suaranya terdengar lembut, “Apa yang sedang Delis pikirkan?”Barulah Delis tersadar dan membuka mulutnya untuk memakan buah yang disuap oleh Kelven.“Aku merasa mengantuk, aku mau tidur dulu.”Delis berdiri dan kembali ke kasur.Kelven meletakkan pisau dan buahnya, kemudian mengikutinya ke kasur.Kelven masih memeluknya dengan erat dan tidur bersamanya.Bagaimana mungkin Delis tertidur?Delis sedang menunggu pria di sampingnya tertidur lebih dulu.Setelah pria itu tertidur, dirinya baru bisa bertindak.Namun, Kelven tidak bisa tidur.Dia memeluk Delis, mencium arom
Delis memandang pria di depannya, lalu melihat tangannya yang memegang pisau diarahkan ke dada pria itu.Ada saat-saat Delis benar-benar ingin menusuknya.Namun bahkan jika dirinya melakukannya, Delis tidak yakin pria itu akan membiarkannya pergi.Jika begitu, lebih baik tidak melakukan tindakan yang melukai orang lain.Delis menarik tangannya kembali, membuang pisau itu ke samping.Melihat gerakannya, Kelven merasa sedikit lega.Kelven meraih tangan Delis dengan erat dan menatapnya dengan penuh kasih sayang, lalu berkata, “Delis nggak rela aku mati, ‘kan? Delis masih menyukaiku, ‘kan?”Delis juga menatapnya dengan tanpa ekspresi, lalu menjawab, “Bukan nggak rela, tapi aku hanya mau menggunakan hidupku yang bersih ini untuk menemani orang yang paling penting di hidupku.”Membunuh itu melanggar hukum, bagaimana mungkin dirinya melakukannya?“Aku tahu, aku masih termasuk penting bagimu.”Kelven mengira orang paling penting dalam hidup Delis adalah dirinya. Jadi, Kelven berlutut di depan
Kelven kembali terdiam.Dia membeku, menatap wanita di depannya dengan tatapan kosong dan dingin.Saat mendengar Delis menyebutkan putrinya bernama Luna, seketika rasanya seperti sebuah lubang besar yang terbuka di dadanya. Seakan-akan ada ribuan semut yang merayap di sana, menggigit dan menggerogotinya.Sakit!Sebuah rasa putus asa yang begitu menyakitkan, membuatnya sulit bernapas, sulit menerima semua yang Delis katakan.Dan Kelven juga mengingat jelas anak yang dia antar pulang juga bernama Luna.Anak yang begitu manis, cerdas dan patuh.Apakah dia benar-benar anak Delis dengan pria lain?Tidak heran, saat melihat anak itu, Kelven merasa sangat familiar.Ternyata anak yang dilahirkan wanita di sampingnya dengan pria lain.Wanitanya tidak lagi mencintainya dan telah mencintai orang lain, mereka bahkan telah melahirkan anak bersama?Bagaimana mungkin Kelven bisa menerima kenyataan ini?Selama empat tahun ini, dirinya hidup menderita, terus menunggu dan memikirkannya setiap hari. Seme
Delis jelas tahu bahwa Kelven masih sebegitu mencintainya.Namun, mereka berdua sudah tidak bisa kembali lagi.Melihatnya pergi, Delis perlahan-lahan menutupi dirinya dengan selimut, memaksa dirinya untuk tidur.Namun, Kelven kembali saat tengah malam.Delis juga tidak tahu kapan Kelven naik ke kasur dan memeluknya dengan erat.Delis hanya merasa seperti sedang bermimpi.Di dalam mimpinya, dia masih Delis empat tahun yang lalu, yang masih sangat mencintai Kelven.Mereka berdua snagat dekat, saling terikat dan tidur bersama.Baru saat bangun keesokan harinya, Delis merasa ada yang tidak beres.Seluruh tubuhnya terasa sakit dan lemah, tidak bisa bergerak.Kelven seolah-olah tidak ada yang terjadi dan sudah berpakaian rapi.Kelven membawa makanan dan menyuap sampai ke mulut Delis, tetapi Delis seperti tidak melihatnya dan tetap diam.Kelven tersenyum dan bertanya, “Benar-benar mau mati?”Delis tidak meladeninya dan menatap keluar jendela.Pria itu menyentuh dagu Delis dan memalingkan waja
Raut wajah Kelven berubah, dia melangkah cepat ke balkon.Saat melihat keluar, ada kapal pesiar berlabuh di tepi laut, serta banyak sekali perahu cepat.Karena terlalu jauh, Kelven tidak bisa melihatnya dengan jelas.Namun detik berikutnya, terdengar suara teriakan dari kapar pesiar.“Dengarkan baik-baik Kelven, cepat serahkan Delis atau aku akan meledakkan pulau ini.”Mendengar suara berat itu datang untuk menolong wanita kecil di atas ranjang itu. Kelven merasa sangat marah dan mengeluarkan ponselnya untuk menelepon.Kelven memerintahkan, “Seger acari tahu siapa yang datang dan usir mereka.”Di balik telepon, anak buah melaporkan, “Bos, pasukan mereka terlalu banyak, kita nggak bisa menyerang sama sekali.”Dan saat bersamaan, di atas ranjang.Delis juga mendengar suara itu, terdengar suara Alfred yang dikenalnya dengan baik.Alfred sudah datang.Akhirnya dia datang utnuk menyelamatkannya.Delis sangat senang hingga menangis. Dia cepat-cepat bangkit dan mengambil pakaian untuk dipakai
Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol
Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p
Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi
Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l
Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa
“Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem
Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l
“Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De
Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b