Angel berharap setiap orang di sekitarnya bisa mendapatkan kebahagiaan dan tetap sehat.Delis menundukkan kepalanya, tidak berkata apa-apa dan tangannya tanpa sadar memegang perutnya.Angel melihatnya dan bertanya, “Kamu ada merasakan gejala mual atau mau muntah?”Delis menggelengkan kepala.Setelah hamil, dia tidak merasakan gejala apapun, selain suasana hatinya yang buruk, makanan masih terasa sangat lezat baginya.Angel tersenyum.“Beberapa waktu lalu, bukankah Kelven merasa nggak enak badan? Mungkin karena kamu hamil, gejala mualmu mungkin dialami olehnya.”Delis bingung, menoleh melihatnya dan bertanya, “Apa maksudnya? Apa hubungannya kehamilanku dengannya?”“Ini disebut sindrom pseudocyesis, artinya dia merasa seperti akan menjadi ayah, ditambah lagi, karena hubungan dekatmu dengannya, dia mengalami beberapa fenomena fisiologis yang menunjukkan emosi yang berlebihan.”“Bukankah dia pernah bilang pernah memeriksanya ke rumah sakit dan nggak ada masalah apa-apa? Itu karena kamu ha
Kelven tidak menyangka Delis akan meneleponnya.Seminggu sebelumnya, dirinya meneleponnya beberapa kali, tetapi Delis tidak pernah mau menjawab dan tidak mau pulang ke rumah.Jangan-jangan Angel benar-benar sudah menjemputnya pulang ke rumah?Namun, saat teringat dengan tindakan kotornya sebelumnya, Kelven merasa bersalah dan dengan berat hati berkata, “Kamu di rumah?”“Iya.”“ … aku nggak bisa pulang malam ini, kamu … pergi menemani Angel saja.”Kelven merasa malu untuk bertemu dengannya sekarang.Dia butuh waktu untuk menenangkan pikirannya.Mendengar itu, Delis merasa kecewa. “Yasudah, kamu sibuk saja.”“Iya, jaga dirimu baik-baik.”Kelven memutuskan panggilannya.Delis melihat panggilan yang terputus, perasaannya sedikit pahit.Dia sudah pulang dan bahkan berinisiatif untuk meneleponnya, tapi … dia malah tidak pulang.Sangat mengecewakan.Delis berdiri dan pergi ke lantai atas.Sepanjang malam, Delis tidak bisa tidur lagi.Keesokan paignya, Kelven masih belum pulang. Saat sarapan,
Belum sempat Delis menjawab.Bibi Siti datang dengan membawa buah-buahan, tersenyum ringan dan berkata, “Nyonya, kamu masih belum tahu? Nona Delis sudah hamil.”“Apa?”Suminah terdiam menatap Bibi Siti.Bibi Siti melanjutkan, “Nona Delis sudah hamil. Mungkin karena malu, jadi dia nggak memberitahu kalian.”Melihat Nyonya yang begitu ramah, mungkin karena benar-benar ingin memiliki cucu, jadi Bibi Siti tidak bisa menahan diri untuk mengatakan bahwa Delis sudah hamil.Mendengar itu, Suminah terkejut dan senang. Lalu melihat orang di sampingnya. “Delis, kamu benar-benar sudah hamil?”Delis tidak berniat menyembunyikannya dan mengangguk.“Lalu mengapa nggak memberitahu kami sebelumnya?”Suminah menjadi sangat bersemangat. Dia berdiri di depan Delis dan berjalan bolak-balik, lalu menepuk bahu Delis dan tersenyum bahagia.“Kenapa kalian nggak memberitahu kami berita gembira ini lebih awal. Kamu mau memberikan kejutan pada kami di rumah tua nantinya?”“Kamu benar-benar hebat sekali. Seketika
Menggugurkan anaknya?Bagaimana bisa pikirannya bisa berubah begitu cepat?Seketika Delis merasa sedikit bingung, tidak tahu harus bagaimana.Kelven menatapnya dan melanjutkan, “Semuanya salahku, aku nggak seharusnya menghamilimu tanpa persetujuanmu. Kalau kamu nggak mau melahirkannya, kitab isa menggugurkannya.”Kelven tahu ini sangat kejam bagi Delis.Melukai hati dan tubuhnya.Bagaimanapun, Kelven tidak bisa memaafkan perbuatan bajingan yang telah dia lakukan.“Kalau begitu, kamu aturkan saja!”Jawab Delis dengen gemetar, dia tidak dapat menahan air matanya.Delis mencoba pura-pura tidak peduli.Namun, dia tidak bisa mengendalikan emosinya.Bayinya … Baru saja dia meyakinkan dirinya sendiri untuk menerimanya, menantikan kedatangannya, bahkan sudah memiliki banyak mainan dan pakaian untuknya.Sekarang pria ini datang memberitahunya bahwa dirinya bisa menggugurkannya jika dirinya tidak menginginkannya.Saat dirinya tidak mau melahirkannya sebelumnya, kenapa Kelven tidak mengizinkanny
Kenapa Kelven tidak pernah mengerti dirinya?Sadar bahwa dirinya akan mulai emosi lagi, Delis berusaha mengendalikan dirinya dan berkata, “Oh, kalau begitu aku ganti baju dulu.”Kelven mengendurkan tangannya dan melihatnya pergi ke ruang ganti.Saat memalingkan kepalanya, mata Kelven jatuh pada kasur di depannya.Di kasur ini, dia memerkosa wanita lain.Di ruangan ini, dirinya melakukan sesuatu yang sangat bajingan pada wanita lain.Kelven bahkan tidak bisa memaafkan dirinya, bagaimana mungkin dia berharap orang lain memaafkannya dan tinggal bersamanya untuk selamanya.Dirinya tidak pantas.Saat Delis selesai mengganti baju, Kelven membawanya ke rumah tua. Lalu menyuruh Mudi untuk mengganti kasur yang ada di kamar utama.Meskipun mengganti tempat tidur tidak dapat menghapuas apa yang telah dirinya lakukan, setidaknya itu memberikan sedikit martabat pada Delis.Di dalam mobil, Delis duduk di sebelah Kelven. Perasaan Delis merasa sangat tidak enak, jadi tidak ingin berbicara,Namun, dia
Delis melihat cek yang diberikan oleh kakek, dia dengan cepat menggeleng dan menolak, “Kakek, nggak perlu, aku … ““Hei, terimalah kalau diberi, jangan menolak.”Ujar Harris dengan tegas dan dengan tegas menyodorkan cek itu padanya.Belum sempat Delis merespon, semua orang di sekitarnya berdiri dan mendekati Delis sambil tersenyum.“Selamat Delis, ini hadiah dari tante ketiga.”“Delis, ini hadiah dari tante kelima.”“Ini dari tante keempat.”“Ini hadiah dari tante ketiga dan paman.”“Delis, ini dari ibu untukmu.”“Ini dari ayah.”Dalam waktu singkat, Delis mendapatkan tumpukan cek dan sertifikat rumah di pangkuannya.Menerika semua barang itu, seketika Delis tidak tahu harus berbuat apa.Dia bahkan tidak mengerti mengapa keluarga ini memberinya uang dan rumah.Dirinya hamil bukan untuk mendapatkan semua ini.Dengan semua barang di tangannya, nilainya setidaknya menyentuh beberapa triliun.Suminah melihat ketidaknyamanan Delis dan segera menyuruh kepala pelayan di dekatnya, “Tolong sim
Mungkin juga Delis sedang mengancamnya, ingin membuatnya berpikir lagi dengan baik.Namun, tak disangka, tanpa berpikir panjang, Kelven langsung menjawab, “Iya.”Kelven juga berpikiran seperti itu.Bercerai baik untuk mereka berdua.Namun!Jawabannya seperti mata pisau yang tajam, menusuk keras ke dalam hati Delis.Delis terkejut melihatnya.Tidak mengerti mengapa dirinya bisa menyetujuinya.Sebelumnya dirinya bersikeras ingin bercerai, Kelven tidak pernah menyetujuinya. Mengapa sekarang dirinya hanya mengatakannya begitu saja, Kelven malah menyetujuinya?Apakah Kelven benar-benar tidak ingin mempertahankan hubungan ini lagi?Hati Delis terasa begitu sakit, dia menoleh ke arah jendela, menahan dirinya untuk tidak menangis.Dia mengingatkan dirinya sendiri bahwa ini adalah hasil yang dirinya inginkan sejak awal.Kelven sudah menyetujuinya sekarang, seharusnya dirinya merasa senang.Namun mengapa dirinya begitu sedih sekarang, begitu sulit untuk melepaskannya.Hingga saat ini, Delis masi
Delis tidak tidur sepanjang malam, dia duduk di sofa ruang tamu menunggu Kelven.Kelven baru pulang rumah saat pukul tujuh pagi.Dia pikir Delis bangun pagi-pagi untuk pergi ke rumah sakit bersamanya. Saat melihat Delis duduk di sofa ruang tamu dengan mata tertutup, Kelven berjalan mendekat dan berkata, “Delis, sudah siap? Kalau sudah, ayo kita pergi.”Delis terbangun dari tidurnya, melihat pria tegap di depannya, dia langsung berdiri dan berkata, “Kamu sudah pulang?”“Iya, kalau kamu sudah siap, ayo kita pergi.”Kelven tidak berani melihatnya lebih lama, berbalik dan berjalan di depan.Delis tidak mengira Kelven akan begitu terburu-buru seperti ini.Delis berdiri di tempat dengan mata memerah dan enggan pergi.Kelven berjalan beberapa langkah dan merasa Delis tidak mengikutinya. Kelven berbalik dan bertanya, “Ada apa?”“Pak Kelven, Nona Delis, sarapan sudah siap, ayo sarapan dulu.”Belum sempat Delis menjawab, terdengar suara Bibi Siti yang tidak jauh dari mereka.Kelven mengira Deli
Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol
Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p
Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi
Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l
Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa
“Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem
Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l
“Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De
Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b