Delis tak percaya dengan tipu daya pria ini.Jika bisa membahagiakan dirinya, dia tak akan mencurigai bahwa anak dalam kandungannya adalah anak orang lain dan menggugurkannya.Jika bisa membahagiakan dirinya, bagaimana mungkin dirinya bisa putus asa hingga bunuh diri dengan melompat ke sungai?Pepatah mengatakan bahwa anjing tak akan pernah sadar akan kesalahannya.Menurut Delis, pria ini juga demikian.Jadi, kata-kata yang mereka ucapkan, cukup dengarkan saja, tak perlu dianggap serius.“Bagaimanapun, aku sudah memutuskan, jadi kamu segera buatkan surat perjanjian perceraian untuk aku tandatangani, kita berpisah dengan baik.”“Kalau kamu nggak bercerai denganku, aku pasti akan membuatmu menyesal.”Sikap Delis cukup tegas.Kelven menatapnya dengan pasrah, suaranya rendah, “Kalau begitu, biarkan aku melihat seberapa menyesalnya aku.”Tidak ingin membahas perceraian dengannya, Kelven hanya berkata, “Makan malam sudah disiapkan, makanlah.”Dan kemudian pergi.Saat Delis berbalik lagi, sos
Jadi, Delis keluar untuk menusuk ban mobilnya tadi?Sungguh kreatif sekali.Benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapinya, Kelven mengeluarkan ponselnya dan menelepon Mudi.“Bawa mobil ke sini dan antar Delis ke kampus.”Tak mau dirinya ikut, yasudah, dirinya tak akan pergi dengannya.…Delis memesan taksi online sendiri. Sementara Mudi masih belum sampai, dia naik taksi dan pergi ke kampus.Namun, saat dia menarik koper menuju asrama, Delis menemukan tempat tidurnya sudah diambil oleh orang lain.Dia marah dan berdebat dengan orang baru itu, “Kamu nggak lihat ini tempat tidurku? Mengapa kamu memindahkan semua barangku?”Gadis itu sedikit bingung. “Tapi guru sudah mengaturku untuk tinggal di sini.”“Tapi ini jelas tempat tidurku.”Saat kedua orang itu terus berdebat, mantan teman sekamarnya Delis datang.Novi menjelaskan,“Delis, guru sudah memberikan tempat ini padanya. Dia bilang kamu sudah nggak tinggal di asrama lagi, apa yang terjadi?”“Siapa bilang aku nggak tinggal di asr
Beberapa gadis sudah mabuk.Setelah mereka semua tak sadarkan diri, barulah Mudi mengatur orang untuk membawa mereka kembali ke kampus.Tentu saja, Delis langsung digendong oleh Kelven ke dalam mobil.Setelah mabuk, Delis berubah menjadi seseorang yang berbeda. Duduk di dalam mobil, melihat wajah tampan Kelven, ada niat jahat yang muncul.Dia mengangkat tangannya, memegang dagu pria itu untuk menghadap dirinya. Dengan percaya diri, Delis berkata,“Hei, tampan sekali kamu. Mau temani kakak satu malam? Kakak akan memberimu uang, bagaimana?”Kelven terdiam.Tatapan matanya setajam jarum, menusuk dingin ke arah wanita di sampingnya.Teringat dengan kata-kata yang dia gunakan untuk mendeskripsikan dirinya tadi, Kelven semakin kesal.Saat ini, Kelven tak ingin mengucapkan sepatah kata pun padanya.Mudi yang berada di kursi pengemudi, hanya bisa sesekali melirik ke belakang melalui spion.Mudi merenung dalam hatinya, di dunia ini, hanya Nona Delis yang berani berbicara seperti itu pada Pak Ke
Kelven tetap diam.Namun bisa terlihat, dia sudah berusaha keras menahan diri.Dengan kemarahan yang sudah memuncak, tadinya Kelven ingin melepaskan diri dari orang di bawahnya.Namun, dengan inisiatif Delis, seperti peri kecil yang menggoda dan mematikan.Bagaimana dirinya, seorang pria bisa menahan rayuannya.Pada akhirnya, Kelven menuruti keinginannya.…Keesokan harinya.Saat Delis bangun sudah pukul 12 siang.Matahari sudah bersinar terik.Delis menggosok kedua matanya yang masih mengantuk saat duduk. Tiba-tiba, menyadari bahwa dirinya tak memakai baju sehelai benang pun.Matanya membelalak, terpaku dan bingung.Karena dia merasa sakit di seluruh tubuhnya, seolah-olah telah dicabik-cabik dan dirakit ulang.Jadi, semalam …Dirinya diperkosa?Memikirkan ini, Delis langsung mencari ponselnya untuk menelepon polisi.Namun, kamarnya yang familiar membuatnya membatalkan niatnya untuk melapor.Bukankah ini kamarnya?Siapa yang membawanya kembali?Delis langsung berteriak ke arah luar, “
Sepanjang hari, Delis hanya duduk di rumah sambil bengong.Teman sekamarnya baru bangun pada siang hari. Mereka meneleponnya dan bertanya dirinya dimana dan apakah ada sesuatu yang tarjadi.Delis menjawab tidak ada apa-apa. Setelah telepon ditutup, dia duduk di sofa ruang tamu, terus menatap video pendek yang dikirimkan Kelven padanya.Jadi, memang dirinya yang memaksa pria itu.Bukan pria itu yang memanfaatkan kesempatannya.Bagaimana bisa dirinya bertindak seperti ini setelah mabuk!Kalau itu orang lain, bukankah hidupnya sudah hancur?Delis berguling di sofa, dia sangat kesal, hampir memuntahkan darahnya.Dia bersumpah untuk tidak pernah minum lagi seumur hidup.Teringat sesuatu, Delis segera mengirim pesan kepada Kelven.Delis: [Hmm, itu … kamu ada pakai kondom semalam?]Saat mengirimkan pesan ini, Delis merasa sangat malu. Dia langsung menutupi pipinya yang memerah dan menunggu dengan tegang balasannya.Kelven sedang rapat di ruang rapat.Ponsel yang diletakkan di samping dokumen
Delis sepenuhnya mengabaikan pria yang duduk di hadapannya, sibuk menikmati makanannya.Wajah Kelven tidak menunjukkan ekspresi apapun, tetapi tatapan matanya sangat dalam saat menatapnya.Melihat Delis menikmati makanannya dengan lahap, Jimmy berbicara dengan lambat,“Mulai sekarang, kamu nggak boleh pergi minum, nggak boleh masuk ke klub dan nggak boleh bergaul dengan lawan jenis manapun.”Saat mendengar ini, Delis mengangkat kepalanya dan melihatnya. “Mengapa aku harus mendengarkanmu?”“Kamu hanya boleh mendengarkanku.”Kelven menunjukkan sikap angkuhnya lagi.Delis menggertak, “Kamu pikir kamu siapa? Kalau kamu nggak mau bercerai denganku, aku akan pergi mencari pria lain, aku sengaja memancing emosimu.”Kelven hanya diam.Kelven menahan diri untuk tidak marah.Delis hanyalah seorang wanita muda yang masih dalam masa memberontak, jadi sangat normal tidak mendengarkan kata-katanya.Wanita harus dimanjakan, bukan diperlakukan dengan keras, agar tidak memperburuk suasana.“Delis, kamu
Setelah makan malam, Delis kembali ke kamarnya.Delis berbaring di atas kasur dan terus memikirkan kata-kata yang telah diucapkan Kelven padanya.Meskipun rasanya masuk akal.Namun, masalah hati bisa dipaksakan seperti ini?Dia benar-benar bingung.Di tengah malam, Delis berguling-guling di atas kasur dan tidak bisa tertidur.Delis tidak tahu kapan pria itu masuk ke dalam kamarnya, sampai Delis menggerakkan kepalanya ke ujung kasur dan melihat seseorang, membuatnya terkejut dan duduk tegak.“Kamu, kenapa muncul begitu tiba-tiba?”Delis memandang pria di depannya dengan curiga.Dengan lembut, Kelven menjawab, “Kalau kamu nggak bisa tidur, aku bisa menemanimu. Kamu sangat suka dipeluk olehku dulu.”Semalam juga begitu.Setelah melakukan itu, tubuh kecilnya merapat ke dalam pelukan Kelven dan tak lama kemudian, tertidur dengan nyenyak.Mendengar itu, wajah Delis menjadi merah dan membantah,“Siapa yang mau ditemani, keluar kamu.”“Benar-benar nggak mau?”Kelven sengaja memancingnya.Delis
Delis menata pria yang mendekatinya, tanpa berbicara, dia langsung meletakkan surat perjanjian perceraian di meja.Delis berkata, “Kamu bahkan sudah menyiapkannya, buruan tanda tangani saja.”Masih berpikir membiarkan dirinya melahirkan anak, mustahil.Kelven melihat surat perjanjian perceraian di meja, dia langsung mengerutkan alisnya.Orang ini pulang lebih awal hanya untuk ini?Seketika, ekspresi wajah Kelven kembali memuram. “Delis, kamu nggak ada habisnya ya.”Kelven bahkan sudah berbicara baik-baik dengannya, tetapi dia terus-menerus memancing emosinya.Delis juga memperlihatkan wajah seriusnya dan berkata,“Ini adalah surat perjanjian perceraian yang kamu siapkan. Aku hanya menandatanganinya saja. Kamu bahkan sudah menyiapkannya, kenapa masih menundanya?”“Aku memang sudah menyiapkannya sebelumnya, hanya saja aku lupa membuangnya.”Kelven mengambilnya dan langsung merobeknya sebelum membuangnya ke dalam tempat sampah.Delis melihatnya dan dengan marah berkata, “Apakah dengan me
Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol
Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p
Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi
Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l
Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa
“Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem
Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l
“Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De
Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b