Hampir sepanjang hari, Theo tidak ketemu Kayla. Sekarang dia hanya berpikir untuk memeluk dan menciumnya, sama sekali tiada pikiran tentang pakaian.Namun, Kayla telah menunjukkan sketsa lukisan kepadanya dengan sikap yang mengancam, seolah-olah berkata, "Kalau kamu nggak mau melihatnya, aku akan menghancurkanmu."Theo menundukkan kepala dan melihat sekilas. Model pakaian pria hampir sama, tetapi jika desain dari istrinya, pastinya lebih bagus dari yang lain. Sebab itu, dia mengangguk. "Bagus, aku bakal segera menyuruh orang untuk membuatnya."Dia kegirangan dan ingin mengulurkan tangan untuk memeluk Kayla. "Mulai sekarang, biar kamu yang mendesain pakaianku, oke? Istriku benar-benar hebat, nggak hanya bisa memperbaiki benda bersejarah, juga bisa mendesain pakaian."Berbeda dengan suasana hati Theo yang bahagia, sekarang Kayla hanya ingin tersenyum sinis. Pakaian diri sendiri saja tidak kenal, masih berharap Kayla bisa mendesain pakaian untuknya? Apa yang sedang Theo pikirkan? Makan ti
Theo berkata, "Nggak, aku hanya merasa pikiran dokter ini agak kotor, pengaturannya pasti sangat lengkap."Bukan hanya lengkap, melainkan melampaui standar. Bahkan tes AIDS dan sifilis pun disertakan.Dokter itu tertegun.'Bisakah kamu menjelek-jelekkanku di belakang?' Tepat ketika dia ingin membela diri, pintu sudah ditutup.Di rumah sakit swasta, pasien tidak perlu antre untuk melakukan pemeriksaan. Setelah selesai menjalani pemeriksaan, waktu baru menunjukkan pukul 11. Selain USG doppler, hasil pemeriksaan lainnya baru bisa diambil sore ini, bahkan ada yang perlu menunggu sampai dua atau tiga hari.Theo menggandeng tangannya sambil mengusap jarinya dengan lembut. "Bagaimana kalau kita pulang dulu? Nanti kusuruh Axel datang mengambil hasil pemeriksaan?"Kayla menjawab, "Jangan memperbudaknya di akhir pekan begini. Bagaimana kalau dia ingin pergi berkencan dengan pacarnya? Lagian setelah mengambil laporan sore nanti, kita perlu menunjukkannya ke dokter."Theo terdiam.Begitu membuka p
Melihat cincin di jari Kayla, sudut bibir Theo pun terangkat. "Ya."Namun, saat Theo memeluk Kayla, terlintas suatu cahaya kepanikan dan kebingungan yang tak dapat dilihat oleh Kayla. Suatu emosi muncul dari lubuk hatinya, setiap area yang dilewati oleh emosi tersebut terasa sangat sakit dan menyiksa.'Kay, takutnya aku yang melupakanmu.'Kayla tidak bisa melihat Theo sehingga tidak dapat menebak emosi Theo saat ini. Dia hanya merasa tangan Theo yang berada di pinggangnya menjadi makin erat, dia bahkan merasa Theo seolah-olah ingin masuk ke dalam tubuhnya.Sepertinya Theo menyadari bahwa cengkeramannya membuat Kayla kesakitan, dia segera melepaskan tangannya.Meskipun hanya sesaat, Kayla tidak dapat mengabaikan emosi Theo yang aneh.Dia mengerutkan kening sambil memandang Theo dengan serius. "Kamu benar-benar nggak menyembunyikan sesuatu dariku?"Menghadapi tatapannya, Theo otomatis ingin memalingkan wajah. Namun, begitu dia bergerak, Kayla langsung menahan wajahnya untuk menghentikann
Theo seperti seorang ayah tua yang terus mengingatkan Kayla.Sudah waktunya melakukan pemeriksaan keamanan. Dalam sekejap, ketidarelaan di hati Theo melonjak, dia tidak bisa menahan diri lagi.Di bandara yang ramai dan di hadapan sekelompok bapak-bapak dan ibu-ibu paruh baya, dia langsung mengulurkan tangan untuk memeluk Kayla. "Kay, hati-hati di jalan. Pulanglah lebih awal."Saat Kayla hendak mengatakan sesuatu, Theo sudah melepaskannya dan mendorongnya ke arah pos pemeriksaan keamanan. "Pergi sana."Kalau Kayla tidak pergi, dia tidak akan bisa menahan keinginan untuk membawa Kayla pulang.Kayla tertegun.Jadi, semua ketidakrelaan Theo palsu? Keinginan Theo untuk mengusirnya lebih besar daripada api yang berkobar.Kayla bahkan belum sempat mengucapkan selamat tinggal, dia langsung berbalik pergi.Setelah memasuki ruang tunggu, akhirnya Susanto memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Kayla. "Hubunganmu dengan Pak Theo sungguh harmonis."Mengingat kecerdasan emosional Theo yang renda
Darius tertegun.Meskipun dia sedang menangani urusan, dia juga mendengar obrolan mereka. Saat Theo melibatkannya dalam obrolan ini, dia agak kaget.Dia mengangkat matanya. Menghadapi tatapan Theo, dia termenung sejenak. "Kamu yakin?"'Yakin mau mempermalukan diri sendiri?'Ucapannya sangat halus. Jangankan Theo, selain Carlos, tidak ada yang memahami maksudnya.Carlos dapat memahami maksudnya karena sudah terbiasa dengan kekejaman Celine. Bagaimanapun, tidak ada pria yang lebih menyedihkan darinya. Dia bahkan harus menilai suasana hati istrinya sebelum melangkah masuk ke kamar. Kalau sampai salah menilai, dia akan tidur di ruang kerja.Siapa pun yang mengalami tekanan sebesar ini akan menjadi lebih cerdas.Selain itu, dia bisa menebak mengapa Kayla mengabaikan Theo.Dalam hubungan ini, Theo selalu menjadi pihak yang lemah. Setelah ragu-ragu sejenak, Theo pun menjawab, "Ya."Darius langsung menghubungi Bella.Saat ini, Bella sedang duduk bersama ibunya dan dipaksa mendengarkan filosofi
Tentu saja, Bella takut Darius akan meminta pertanggungjawaban darinya.Awalnya, dia mengira dia harus mengatakan sesuatu untuk membujuk Darius. Tak disangka, Darius akan langsung setuju. "Oke, sekalipun putus, bukankah kita harus berbicara secara langsung? Kamu yang memungut Bell, kalau kamu ingin mencampakkannya, katakan padanya. Belakangan ini, ia terus menunggumu di depan pintu. Bahkan saat dipanggil pun, ia nggak mau bergerak."Bella berniat untuk menyelesaikan hal ini melalui sambungan telepon. Kelak, mereka akan menjalani hidup masing-masing dengan tenang, lagi pula hubungan mereka dimulai dengan cara yang tidak wajar. Namun, mendengar Darius mengungkit soal anjing, hatinya pun melembut.Huh, dia memang adalah peri yang baik hati."Kalau begitu mari makan bersama? Bawa Be ....""Cih."Dia menepuk mulutnya yang hampir dikelabui oleh Darius. "Bawa anjing itu."Dia merasa sangat bersalah. Jelas-jelas, anjing itu ingin dipelihara olehnya, tetapi dia malah mencampakkan anjing itu pad
Kayla tidak menyangka begitu dia mengangkat mata, dia akan melihat Theo yang seharusnya berada di tanah air.Hari ini bukan hari libur dan pengunjung museum tidak banyak. Di antara sekelompok orang asing berambut pirang dan bermata biru, wajah Theo yang oriental sangat menarik perhatian. Ditambah dengan tinggi badannya dan parasnya yang tampan, banyak gadis yang membicarakannya.Namun, semua ini bukanlah pusat perhatian Kayla.Dia tidak menduga bahwa Theo akan muncul di sini.Melihat Kayla termenung di tempat, dia pun mengangkat kakinya yang panjang dan melangkah menghampiri Kayla. Sesampai di hadapannya, pria yang tadinya masih memancarkan aura yang kuat tiba-tiba memampangkan ekspresi menyedihkan, seperti seekor anak anjing yang menemukan majikannya setelah menempuh jarak ribuan mil.Theo langsung mengeluh, "Kamu nggak mengangkat teleponku, juga nggak membalas pesanku."Kayla memiliki firasat kalau ini bukan tempat umum, Theo mungkin akan meletakkan kepala di bahunya.Kayla tertegun.
Theo menjelaskan dengan pelan, "Kamu yang duluan menciumku."Dia hanya tidak bisa menahan diri.Saat itu, dia ingin mengantar Kayla pulang. Namun, mengingat situasi Kayla di Keluarga Sandio, dia takut orang rumah Kayla akan memarahi Kayla karena mabuk-mabukan. Jadi, dia pun mengantar Kayla ke hotel.Setelah meletakkan Kayla di atas kasur, Theo menundukkan kepala dan matanya tertuju pada alis halus Kayla. Dia terpesona oleh mata Kayla yang linglung dan pipi Kayla yang memerah. Ketika dia tersadar, Kayla sudah melingkarkan tangan di lehernya.Kayla menyipitkan matanya sehingga cahaya yang terpantul ke matanya tampak makin bersinar.Dia mengangkat kepalanya untuk mendekatkan bibirnya yang lembap ke arah Theo. Menghirup aroma anggur di balik napas Kayla dan aroma sampo di rambut Kayla, Theo pun goyah.Apa dia tidak bisa menghindar?Bisa. Selama dia mau, dia bahkan tidak perlu mengerahkan tenaga untuk menghindar.Tangan yang melingkar di lehernya sangat lemah, seolah-olah akan langsung terl
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng