Keluarga Oliver tidak kekurangan uang, sehingga dia tidak membeli barang-barang mewah yang tidak berguna, melainkan benda yang khusus sesuai usia mereka.Tidak sedikit hadiah yang pernah Evi terima, tetapi tiada orang yang menghadiahkan benda-benda ini kepadanya. Saat mendengar Nathan menjelaskan khasiat dan cara penggunaan, dia merasa Nathan sangat perhatian. Kesan terhadapnya juga makin baik dan menyesal kenapa dulu tidak melahirkan seorang putri lagi. Sekarang ketemu pria sebaik ini, juga hanya bisa melihatnya."Nathan, kelak kamu sering main ke sini. Kamu suka makan apa, biar aku suruh Bibi bantu masak untukmu. Masakan Bibi Warni sangatlah enak."Adegan ini sangat menyenangkan, Kayla pun tidak mengganggu. Dia mengangkat ponselnya dan memotret, kemudian mengirimkannya pada Theo: "Kalau kamu masih nggak pulang, ibumu bakal jadi ibu orang lain."Theo tidak balas, sedangkan Kayla merasa dia sedang mengendara, sehingga tidak memikirkannya.Evi pergi ke dapur untuk memasak hidangan andal
Riko tidak menemukan emosi yang diinginkan dari wajahnya. Selain ketenangan, hanya kedinginan. Dia berdiri tegap dan berkata, "Ayah suruh aku lewati tahun baru ini di luar negeri."Theo mengangguk dan berkata, "Kamu baru saja pulang, juga sangat lelah di perjalanan, pulang istirahat dulu. Malam kita makan bersama."Kalimat terakhir adalah basa-basi, tetapi usai berbicara dia langsung menyesal. Basa-basi yang bisa disadari orang normal, belum tentu bisa disadari oleh Riko."Kalau begitu aku tidur di ruang istirahat kantormu saja."Theo tidak bisa berkata-kata, "..."Suasana hati Riko yang muram seketika menjadi cemerlang. Saat mendorong pintu ruang istirahat dan ingin masuk, dia menoleh ke belakang dan berkata, "Kak, apa kamu bakal meninggalkanku?"Theo pikir dirinya terbongkar, sehingga ketahuan. Jantungnya berdetak kencang dan mengepalkan tangan yang memegang pensil. "Kenapa tiba-tiba bertanya seperti ini?""Beberapa waktu yang lalu, aku melihat ada orang menikah. Teringat Kakak juga
Evi menggelengkan kepalanya, entah apakah dia ingin mengungkit masa lalu atau menjawab pertanyaan Kayla, "Kenapa Verrel datang?"Dia hampir saja menyebut nama Theo. Ketika ingin menyebutnya, dia tiba-tiba bungkam.Kayla berkata, "Nggak tahu, nanti aku tanya sama Axel."Dia yang mengurus surat undangan, seharusnya tidak akan mengundang Verrel. Seandainya tidak tahu identitasnya, tetapi sebelumnya Perusahaan Lufto mempersulitkan Keluarga Oliver dan entah telah merebut berapa bisnis. Dalam kondisi seperti ini masih mengundangnya sama saja mencari masalah.Evi tidak berani menoleh ke arah Theo, karena takut dirinya tidak memperhatikan ekspresi wajah dan disadari orang lain. "Apa kabarnya akhir-akhir ini?"Saat melihat hasil tes DNA sudah memikirkan hal ini, tetapi tak kunjung berani, karena takut mereka adalah dukungan dari Galih dan sengaja menghiburnya.Dia sampai saat ini baru berani memastikan bahwa Theo masih hidup dengan baik."Lumayan baik. Riko nggak berani melakukan sesuatu padany
Kayla melirik tangan wanita di bahunya dan mengerutkan bibirnya dengan cuek. "Kalau begitu, kamu mau menuangkannya kembali?""..."Saat wanita ini ke sini memang berpikir seperti ini. Dia tidak tahan dengan Kayla. Dulu saat dia angkuh saat masih nona besar Keluarga Sandio, diintimidasi oleh ibu tiri dan adik perempuannya, tetapi masih saja angkuh. Setelah mengetahui bahwa dia dikejar oleh lintah darat, dia sangat kegirangan dan hendak saja mentertawakannya. Namun, Kayla bangkit dalam sekejap mata dan berhasil menikah dengan Theo yang tidak berani diimpikan oleh orang lain. Sekarang dia adalah simpanannya, sedangkan Pak Theo sudah meninggal. Atas dasar apa dia masih bisa menghadiri pesta ulang tahun Perusahaan Oliver?Saat melihat para wartawan di sekelilingnya yang memegang kamera, wanita itu agak gemetar lagi.Namun, saat menghadapi provokasi Kayla, dia merasa sangat enggan. Sekian lama dia menahan amarahnya dan akhirnya menemukan kesempatan ini untuk membalas dendam. Apa mungkin dia
Ketika mendengar perkataan Kayla, wanita dengan bibir merah itu secara refleks mendongak ke plafon. Benar saja, dia melihat dua kamera menghadap ke arahnya.Ekspresi wajahnya langsung kaku dan air matanya pun berhenti mengalir. Kemudian, dia memelototi Kayla dengan penuh benci dan berbalik pergi tanpa mengatakan sepatah kata lagi.Awalnya, dia pikir Kayla tidak bisa merespons, sehingga sengaja mengucapkan kata-kata itu untuk memprovokasinya. Tidak disangka, ternyata wanita itu justru bertindak di luar dugaan dan tidak peduli sama sekali.Setelah berhasil memalukannya, Kayla berbalik menuju Davin. Saus lada hitam di kemejanya sudah kering. Berkenaan dengan pakaian berwarna muda, sehingga tampak sangat mencolok. "Maaf, aku mengotori pakaianmu. Silakan istirahat sebentar di lantai atas, aku akan mencari pakaian ganti untukmu."Davin memperhatikan pergelangan kakinya. Meskipun Kayla tidak mengekspresikannya, dia bisa menyadari bahwa gaya dia berjalan kurang normal. "Aku suruh orang lain un
Theo mengerutkan kening berulang kali. Dia ingin merokok, tetapi dia tidak membawanya hari ini.Biasanya, keinginannya untuk merokok tidak begitu besar dan dia bisa menahan diri ketika kadang-kadang ingin merokok. Namun, hari ini makin dia menahan diri, makin gelisah, terutama dengan Riko yang terus-menerus berbicara di telinganya. "Aku keluar sebentar untuk merokok." Riko melihatnya dengan tajam tetapi tidak menghalanginya.Riko menatap lekat padanya, tetapi tidak melarangnya.Keluarga Oliver menyediakan rokok di area makan, sedangkan di luarnya adalah sebuah balkon kecil yang kebetulan dijadikan area merokok.Namun, saat ini sudah ada orang di sana. Samar-samar ada bayangan di balik tirai tipis. Theo tidak ke sana, melainkan ke taman di luar.Dia tidak mengenakan mantel. Ketika pintu kaca terbuka, angin yang disertai butiran air hujan menerpa wajahnya, lalu masuk melalui leher, manset dan ujung celananya. Rasanya bagaikan pisau yang menusuk tulang. Hanya berdiri selama satu menit, se
Kayla melangkah masuk secara refleks, karena lebih baik tidak memperbesar masalah.Siapa tahu apa yang akan dipublikasi oleh para wartawan yang demi pembaca dan tidak peduli dengan kebenaran saat melihat adegan ini.Namun, setelah dia masuk, Theo juga menyusulnya.Kayla yang awalnya agak bingung, sekarang sepenuhnya bingung. "Buat apa kamu masuk?""Kalau nggak masuk, apa mau tinggal bersamanya di luar dan menjadi rumor? Dia mengenakan jubah mandi yang acak-acakan." Kayla selalu merasa dia menggertakkan gigi saat bilang jubah mandi yang acak-acakan. "Kalau tertangkap media, betapa buruknya pengaruh ini."Kayla merasa tidak berdaya, "..."Begitu pintu lemari tertutup, di dalamnya gelap gulita. Pintu yang tidak tertutup rapat didobrak dengan kuat dan kamar pun dibanjiri wartawan yang membawa kamera dan memotret terhadap Davin. "Tuan Muda Davin, apa hanya Anda sendirian di dalam kamar?"Ekspresi wajah Davin agak dingin, tetapi tiada yang merasa senang dengan masuk tanpa izin semacam ini. D
Riko menatapnya dengan wajah tegas. "Kenapa bertanya seperti ini?""Kelihatannya Pak Verrel sudah berusia tiga puluh tahun, 'kan? Tadi aku melihatnya di aula perjamuan sebelum naik ke atas. Seandainya dia menghilang setelah aku pergi, hanya dalam waktu singkat 20 menit. Tuan Muda Riko memeriksa CCTV dan mencari ke sini. Kalau kamu memperlakukan dia sebagai tahanan, anggap saja aku nggak pernah bertanya." Davin menyunggingkan senyuman tulus lembut dan anggun. "Kalau kamu anggap dia sebagai kakakmu, aku sarankan kamu berobat ke psikiater.""Kamu mungkin nggak begitu tahu bahwa kadang sebagai ibu mempunyai keinginan yang luar biasa untuk mengendalikan anak mereka dan merasa bahwa semua orang di dunia ini berusaha mencuri anak mereka. Kondisi mentalmu sekarang agak mirip dengan ibu semacam itu, sehingga harus mendapat pengobatan sesegera mungkin."Para wartawan sudah diminta keluar, hanya meninggalkan Riko dan Davin di dalam ruangan. Saat tiada yang berbicara, terdengar sangat sunyi.Di da
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng