Ada restoran terbuka 24 jam di depan pintu rumah sakit. Meskipun Kayla mengenakan baju yang cukup, kedua tangannya yang terekspos tetap terasa kedinginan. Dia memesan semangkuk pangsit, lalu bertanya pada Theo, "Kamu mau makan apa?"Theo sedang membalas pesan WhatsApp: "Sama seperti punyamu."Kayla juga memesan semangkuk pangsit untuknya. "Apa Carlos bakal membalas dendam untuk pribadi karena terlalu sedih?"Proyek Perusahaan Oliver sebelumnya masih belum selesai, jika proyek mangkrak, bukankah selanjutnya sangat merepotkan?"Nggak tahu."Sekarang Theo sama sekali tidak ingin mengungkit Carlos dan Celine di depan Kayla. Apa yang harus dilakukan jika Kayla tertarik dan nekat meminta dia untuk memperkenalkan Celine kepadanya?Pesan yang dibalas Theo sekarang juga bukan dari Carlos, melainkan Livia.Theo: "Kamu menempel pada Nathan saja! Jangan biarkan dia bergerak sendirian sebelum kembali ke militer."Livia: "Apa kamu diculik? Kalau ya, kirim kata tolong."Theo: "Ini adalah salah satu s
Suara ini memang memekakkan telinga. Livia menutupi telinga dan mengerutkan kening sambil berteriak, "Kenapa kamu bentak-bentak? Aku masih seorang pasien, bukannya dokter sudah kasih arahan? Harus bersikap lembut terhadap pasien yang otaknya bermasalah seperti aku!"Dia tak tahan memutar matanya.Jika bukan karena mendambakan putri orang, apa aku akan terpaksa memberontak?Livia melirik barang setengah jadi yang berantakan di meja, lalu menggaruk kepala dengan kesal. Beberapa hari ini dia masih perlu mengejar pesanan, mana ada waktu untuk menempel padanya?Meskipun merasa kesal, sekarang dia masih perlu bergantung pada Theo untuk merebut kembali perusahaannya. Dia juga tidak berani menyinggung orang di depan ini. Jika membuat Nathan kesal, lalu diusir olehnya, sepasang kekasih murahan itu bakal menemukannya. Apa yang ingin mereka dapatkan dari Livia, dia rela membuangnya daripada memberikannya kepada mereka.Saat ini Nathan sangat ganas. Livia merasa agak bersalah ketika dia menatapnya
"Tubuhku nggak bermasalah, besok sudah bisa pulang dari rumah sakit, juga nggak butuh perawat. Kamu pulang saja."Sekarang mungkin semua orang di rumah sakit sudah tahu bahwa pembalut yang berhamburan itu dibelikan untuknya. Tingkat kenaifan dua pria itu telah melampaui pengetahuannya. Dia benar-benar sangat salut terhadap hal ini."Kay ....""Pak Raffi sekarang masih berada di pusat tahanan. Dia sudah melakukan kecurangan pada proyek itu, pasti tahu kondisi di dalamnya. Kamu jangan di sini terus, cepat pergi selidiki, kalau orang lain yang menemukannya duluan, kamu menangis pun sudah terlambat.""Darius sudah ke sana."Saat Raffi ditahan, selain pengacara, orang lain dilarang menjenguknya. Dia ingin menanyakan sesuatu, sehingga hanya bisa bertanya pada Darius.Dia juga mencari orang dalam untuk mengawasinya, sehingga tidak akan bermasalah.Kayla tidak membuka pintu. "Kamu pulang saja. Sekarang aku mengalami keguguran dan kondisinya agak spesial, sehingga kamu nggak cocok untuk meneman
Theo meraba bagian perut dirinya yang dilapisi baju dan dapat merasakan satu per satu otot dengan mudah. Setelah diperhitungkan, hanya ada 6, bahkan agak kendur karena sudah lama tidak latihan. Terakhir kali Kayla bilang dia sekarang suka eight-pack. Jika dirinya masih saja tidak berlatih, mungkin six-pack akan berubah menjadi satu.Saat itu, apa Kayla akan seperti Celine, karena jumlah otot tidak memenuhi standarnya, sehingga meninggalkannya?Makin dipikirkan hatinya makin gelisah. Dia duduk di dalam mobil dengan penuh keraguan, terakhir mengirim pesan kepada Kayla: "Kay, apa aku sudah saatnya naik jabatan? Aku sudah jadi pacar percobaan sekian lama, juga sudah saatnya berubah status, 'kan? Masa percobaan perusahaan saja hanya 3 bulan."Kata-kata ini seperti sedang mempertanyakannya. Tidak, dia baru saja dibisikkan oleh para perawat, suasana hatinya pasti sangat buruk, jadi dia mengganti metode bertanya.Theo menghapus pesan yang sudah dikirim, lalu mulai mengetik dengan penuh keragua
Kayla ingin merangkul Evi, tetapi malah dielakkan oleh Evi. "Aku baru saja siram bunga, sehingga berceceran di seluruh tubuh dan sangat kotor ...."Belum habis bicara, lengannya tertarik dan Kayla merangkulnya dengan erat. "Bu, coba kamu ceritakan hal terkait sebelumnya kamu hampir saja mengasuh seorang bocah."Terkadang wanita lebih teliti daripada pria. Theo bilang masih ada orang dibalik Riko, mungkin dia bisa mendapat petunjuk dari deskripsi Evi.Terkait hal Riko, Evi sudah dengar dari Galih, sehingga begitu mendengar namanya, Evi langsung mengerutkan kening. "Apa dia berulah lagi? Dulu aku sudah suruh ayahmu untuk mengabaikannya, jangan sok campur urusan orang lain. Orang itu terlahir jahat, jadi biarkan dia terlantar di panti asuhan saja, tapi ayahmu nekat menjemputnya.""Nggak." Berkenaan dengan takut dia emosi, sehingga Kayla segera menghibur, "Aku hanya penasaran. Dia sudah ke luar negeri dan akhir-akhir ini nggak berulah.""Apa yang membuat kamu penasaran terhadap seorang cab
"Terima kasih." Kayla agak terharu. Selama ini dia memandang Nathan sebagai orang yang terbuka dan kasar. Tidak sangka, ternyata ada sisi yang begitu teliti. "Aku bakal berhati-hati."Hal semacam ini juga sulit dijelaskan melalui telepon dan makin banyak orang yang tahu akan makin mudah terbongkar. Berkenaan dengan Nathan sudah salah paham, biarkan sajalah.Dia memberikan sebuah alamat, lalu mengakhiri panggilan.Sekarang Nathan keluar dari rumah sakit dan langsung mengendarai mobil ke mal.Ada sebuah kafe di samping mal. Hari ini, Theo mengajak Ferry minum kopi dan duduk di kursi tepi jendela. Begitu Nathan turun dari mobil, dia langsung melihatnya dan mengerutkan kening.Ferry melirik benda-benda yang memenuhi meja. "Pak Verrel, apa yang Anda lakukan? Kalau ini kerja sama bisnis, Anda bisa langsung menghubungi penanggung jawab di Kota Bapura. Tahun ini aku memprioritaskan Kota A, sehingga kurang memahami situasi di sini."Padahal dia berencana mengembangkan perusahaan di Kota Bapura
Theo mengesampingkan ponsel dan mencubit dahi dengan lelah. Begitu memejamkan mata, langsung teringat foto-foto dalam ponsel Ferry. Raut wajahnya hampir berubah karena filter dan efek kecantikan, sama sekali tidak tampan!Makin dipikirkan dia makin merasa kesal, sehingga sembari mengambil ponsel dan mencari sebuah foto yang mirip dengan tipenya, lalu mengirimkannya kepada Kayla. "Dia lebih tampan atau aku?"Kayla sedang main game, bahkan sampai saat sedang menghabisi musuh terbesar. Jari-jari tangannya menggeser-geser di layar. Saat muncul notifikasi pesan dari Theo, dia memencet secara tidak sengaja, sehingga langsung melompat ke tampilan pesan WhatsApp.Saat melihat isi pesan, Kayla hendak saja menghabisi otak Theo bagaikan menghajar musuhnya dalam game. Memang apa yang terjadi padanya, saking bosannya membandingkan ketampanan dengan orang lain.Namun, sekarang dia bahkan tiada waktu untuk memarahi Theo. Dia segera kembali ke layar game, tetapi tampilannya sudah gelap dan menampilkan
Keluarga Oliver tidak kekurangan uang, sehingga dia tidak membeli barang-barang mewah yang tidak berguna, melainkan benda yang khusus sesuai usia mereka.Tidak sedikit hadiah yang pernah Evi terima, tetapi tiada orang yang menghadiahkan benda-benda ini kepadanya. Saat mendengar Nathan menjelaskan khasiat dan cara penggunaan, dia merasa Nathan sangat perhatian. Kesan terhadapnya juga makin baik dan menyesal kenapa dulu tidak melahirkan seorang putri lagi. Sekarang ketemu pria sebaik ini, juga hanya bisa melihatnya."Nathan, kelak kamu sering main ke sini. Kamu suka makan apa, biar aku suruh Bibi bantu masak untukmu. Masakan Bibi Warni sangatlah enak."Adegan ini sangat menyenangkan, Kayla pun tidak mengganggu. Dia mengangkat ponselnya dan memotret, kemudian mengirimkannya pada Theo: "Kalau kamu masih nggak pulang, ibumu bakal jadi ibu orang lain."Theo tidak balas, sedangkan Kayla merasa dia sedang mengendara, sehingga tidak memikirkannya.Evi pergi ke dapur untuk memasak hidangan andal
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng