Carlos melihat Theo sedang duduk di bangku di lantai bawah rumah sakit, dengan kepala terangkat dan mata setengah tertutup.Ada orang yang datang dan pergi, suasana begitu berisik.Carlos mengerutkan kening dan berjalan mendekat, duduk di sampingnya dan berkata dengan tidak sabar, "Bertemu di mana saja boleh, kenapa harus di rumah sakit?"Theo duduk diam dan berkata dengan suara lemah, "Aku demam.""..." Carlos pindah ke samping dengan jijik. "Kalau deman, periksa saja ke dokter. Kenapa duduk di lobi? Menunggu demamnya mereda dengan sendirinya?""Aku daftar ke departemen kebidanan dan ginekologi.""Uhuk, uhuk." Carlos hampir mati tercekik oleh kata-katanya lalu segera berkata dengan semangat, "Aku nggak hamil, kenapa harus daftar ke departemen kebidanan dan ginekologi? Mana ada pria yang mau periksa di sini?""Aku lihat di Internet kalau perut akan terlihat besar saat memasuki kehamilan bulan keempat, tapi perut Kay masih rata, aku khawatir terjadi sesuatu pada bayinya. Situasi Perusah
Di ruang bawah tanah sebuah vila yang berada di suatu tempat di pinggiran kota, begitu masuk, Theo mencium bau obat yang menyengat dan bau apek keruh yang disebabkan oleh udara yang tidak bersirkulasi sepanjang tahun.Terdengar suara pelan dari dalam.Theo berjalan lebih dalam ke ruang bawah tanah. Semakin masuk ke dalam, suaranya menjadi semakin jelas."Kak Hubert, jangan bergerak, lukanya makin terbuka lebar.""Saat aku keluar, aku pasti akan menghancurkan anak itu. Sialan, berani-beraninya menipuku.""Kak Hubert, sebaiknya saat ini jangan berpikir untuk keluar dulu, sembuhkan lukamu dulu."Dia bahkan tidak berani memberi tahu Hubert bahwa semua properti atas namanya sudah dirampas. Dia bilang hanya menerima laporan bahwa Hubert dicurigai sebagai penyelundup narkoba dan sekarang polisi sedang mencarinya.Melihat Theo masuk, pria itu segera berdiri di samping. "Pak Verrel."Theo mengangguk ke arahnya.Kak Hubert duduk dari tempat tidur, bersandar di kepala tempat tidur, menutupi lukan
Jumlah anak di panti asuhan itu sedikit dan staf pengajar juga sedikit. Taman yang agak jauh ditumbuhi rumput liar, yang tingginya setengah dari manusia.Mereka tertarik dengan gonggongan anjing yang melengking, tapi hanya ada satu kali gonggongan saja.Sebelumnya, Evi pernah dikejar oleh anjing Galih dan sedikit trauma. Namun, teriakan tadi begitu menyedihkan, ada kemungkinan dalam bahaya. Setelah beberapa detik melawan trauma di hatinya, dia memutuskan untuk datang melihatnya.Takut akan mengagetkan anjing tersebut, sehingga menyebabkan luka lebih lanjut, mereka berdua mengambil setiap langkah dengan sangat lembut, tidak berani mengeluarkan suara.Setelah itu, mereka melihat sebuah kejadian yang sangat mengejutkan, yaitu seekor anak anjing yang baru berumur sekitar satu bulan telah disiksa hingga berlumuran darah dan mati.Kepala anjing itu dibungkus lapis demi lapis dengan bungkus plastik dan mulutnya dilubangi, sehingga terdengar jeritannya sekali saja lalu mati.Pria yang berjongk
Tidak ada ekspresi di wajah tampan dan dingin Theo, ujung jarinya mengusap pelindung ponsel dan ada tatapan dingin di matanya.Setelah beberapa saat, sudut mulutnya membentuk senyuman yang penuh makna, nada suaranya pun terdengar main-main. "Oke."Diiringi dengan tatapan Riko, Theo menelepon Kayla. Suara mekanis terdengar dari ponsel. Kalaupun tidak menyalakan speaker ponsel, tapi tetap bisa mendengarnya dengan jelas. "Maaf, nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi.""..."Sebelumnya sudah diblokir dan sekarang masih belum dibuka."Nggak bisa dihubungi ...."Setelah Theo selesai berbicara, Riko menggoyangkan ponselnya dan terdengar bunyi bip. "Terakhir kali saat aku pergi ke rumah Keluarga Oliver untuk mencari Kak Kayla, aku kebetulan bertukar nomor ponsel dengannya. Kak, apa kamu diblokir?"Nada suaranya terdengar agak sombong."Ya." Ekspresi Theo tetap tidak berubah. Kenyataan bahwa Kayla memblokirnya tampaknya tidak berdampak apa pun padanya. Dia bahkan masih berniat membaca dokum
Kayla senang karena dia tidak minum air, kalau tidak wajahnya pasti akan terkena semburan air. Orang ini pasti mendapat balasan karena menganiaya seekor anjing dan pasti menjadi gila.Kayla menelan ludahnya dan menelan kembali kata-kata "kamu pikir aku seperti tempat daur ulang", lalu berkata, "Kakakmu setuju?"Sambil berbicara, Kayla menyentuh perutnya, rasanya lembut dan nyaman saat disentuh. "Aku hamil, pacarku akan menjadi ayah tiri, kamu masih sangat muda ...."Riko menyela, raut wajahnya terlihat sangat serius. "Aku nggak keberatan. Kak Kayla, aku menyukaimu, aku juga akan menyukai anakmu, tentu saja akan memperlakukannya seperti anakku sendiri."Kayla tidak tahan dan buru-buru menoleh. "Uh."Kayla mengulurkan tangannya dan melambai ke arah mereka dengan nada meminta maaf. Saat berhenti ingin muntah, Kayla baru berkata, "Maaf, reaksi normal seorang wanita hamil memang bisa merasa jijik. Apa katamu barusan?"Riko terdiam.Menghadapi tatapan mata Kayla yang jernih dan bodoh, kilata
Kayla menciptakan kesan baru di hati Riko, yaitu mata duitan.Wanita matre seperti Kayla pasti memanfaatkan kecantikannya untuk mengelabui Verrel. Kalau Verrel mengetahui wujud aslinya, Verrel pasti akan membencinya.Riko melirik Theo dengan tertekan. "Perusahaan milik Keluarga Lufto, meskipun aku memanggil Kak Verrel dengan sebutan 'kakak', aku bukan anggota Keluarga Lufto dan nggak berhak meminta Keluarga Lufto membatalkan kontrak demi aku. Tapi aku akan bekerja keras untuk menghasilkan uang, aku nggak akan membiarkanmu menderita."Theo mengerutkan kening dan memandangnya dengan ekspresi tidak setuju. "Jangan meremehkan diri sendiri. Meskipun kamu bukan anggota Keluarga Lufto, karena kamu memanggilku 'kakak', kamu adalah adik kandungku. Kalau kamu memintaku mengembalikan kerja sama itu kepada Keluarga Oliver, aku akan langsung menyuruh Parlin menyiapkan biaya ganti rugi.""Benarkah?" Kayla memandangnya dengan kegirangan. "Tuan Muda Riko, Pak Verrel sudah berkata demikian, kamu ...."
Karena tidak bisa berbicara, Kayla hanya bisa mengeluarkan suara "uh uh".Orang yang menculik Kayla adalah seorang pria. Tenaga pria itu sangat besar, salah satu tangannya digunakan untuk menutup mulut Kayla, sedangkan tangan lainnya digunakan untuk mencekik leher Kayla dan menyeret Kayla ke sudut parkiran.Penculikan? Perampokan? Pembunuhan?Utusan Riko?Kayla sangat panik, dia mencoba berbagai cara untuk melepaskan tangan orang itu, tetapi lengan yang terlilit di lehernya seolah-olah terbuat dari besi. Sekeras apa pun dia memukul orang itu, lengan orang itu sama sekali tidak bergerak.Melihat orang itu akan menyeretnya ke titik buta yang tidak dapat dijangkau oleh kamera pengawas, dia pun mengambil tasnya dan menghantamkan tasnya secara brutal. Karena dia memunggungi orang itu, dia tidak dapat menyerang secara akurat. Sebagian besar pukulannya tidak mengenai sasaran, sekalipun kena, semuanya meleset."Buk ...."Kayla dapat merasakan bahwa tasnya sudah mengenai sasaran. Detik berikutn
Kayla memutar bola matanya dengan marah. "Orang lain yang menghilang pulang dengan tunangan cantik. Kamu malah pulang dengan ayah baru, ayah yang mempunyai kelainan jiwa pula."Theo mengerutkan kening, dia merasa agak tertekan dan tidak berdaya. "Aku mana ...."Dia tiba-tiba berhenti berbicara dan memandang Kayla dengan gembira. "Kamu bilang aku pulang dengan ayah baru ... Kay, kamu percaya? Kamu percaya aku adalah Theo?"Dia tampak sangat kegirangan, bahkan tulang ekornya seolah-olah sedang bergoyang.Kayla sengaja membuatnya kesal. "Nggak."Jelas-jelas, Theo sangat cerdas ketika menghadapi Riko dan diam-diam mengisyaratkan bahwa Riko mengetahui jumlah obat. Kenapa sekarang Theo menjadi begitu bodoh? Kalau dia tidak memercayai Theo, bagaimana mungkin dia tidak menampar Theo saat Theo mencium dan menyentuhnya?Theo menjadi panik. Melihat Kayla hendak berjalan ke sofa, dia pun mengulurkan tangan untuk menghentikan Kayla. "Tapi tadi kamu bilang ...."Karena diraih olehnya, Kayla pun terp
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng