Kayla mencoba untuk mengelabuinya. "Setelah kamu buka, aku akan menciummu."Kalau dia adalah Theo, Kayla akan menciumnya. Namun, kalau dia bukan Theo, Kayla akan langsung melemparnya ke luar.Verrel memanyunkan bibirnya. "Nggak, kamu membohongiku. Kalau kamu nggak menciumku, berarti kamu bukan pacarku."Kayla tersenyum, nada bicaranya sangat lembut. Dibandingkan dengan tatapan Verrel yang tulus, dia tampak seperti mak lampir yang sedang membujuk anak-anak untuk makan. "Aku benar-benar adalah pacarmu ....""Tunggu." Verrel tiba-tiba menyelanya dengan serius, lalu menyalakan perekam suara di ponsel. "Ulangi perkataanmu tadi."Kayla tertegun.Oke, pria ini berhasil menguras kesabarannya.Dia tidak berbasa-basi dengan Verrel lagi dan langsung mengulurkan tangan untuk melepas celana Verrel.Gerakannya terlalu kuat sehingga sebagian besar baju Verrel pun terangkat. Meskipun dia tahu tubuh Verrel dipenuhi dengan luka, dia tidak menyangka akan sebanyak ini.Kayla menyentuh bekas luka baru deng
Verrel terbiasa untuk bangun pada pukul lima pagi. Begitu membuka mata, lingkungan yang asing membuat sekujur tubuhnya menegang. Setelah kenangan semalam melintas di benaknya, dia baru menyadari di mana dirinya berada.Cahaya remang menyinari langit-langit sehingga suasana menjadi sangat sunyi.Dia melihat ke sekeliling dan pandangannya tertuju pada pintu kamar yang tertutup.Mengingat dirinya tidur di rumah Kayla, sekalipun dia tidak bisa melihat Kayla atau menyentuh Kayla, jarak sedekat itu sudah cukup membuatnya puas.Tak lama kemudian, Verrel pun bangkit. Dia turun ke bawah dan melihat sebuah mobil yang familier terparkir di pinggir jalan.Sopir berdiri di samping. Melihat Verrel turun, dia buru-buru membukakan mobil sambil menyapa, "Pak Verrel."Verrel mengerutkan kening. "Kenapa kamu berada di sini?"Dia tidak menyuruh sopir datang menjemputnya.Sopir itu otomatis melirik ke dalam mobil, dia tampak sangat tertekan.Tanpa perlu dijelaskan pun, Verrel sudah tahu. Verrel berjalan me
Riko memelototi ponsel. Ketika memikirkan Verrel akan langsung meneleponnya untuk menanyakan situasi di foto, dia menjadi makin gembira. Wajahnya yang suram pun diselimuti dengan suatu senyuman cerah.Namun, pesan tersebut seperti batu yang tenggelam di dasar laut, tidak menimbulkan gejolak apa pun.Dia melirik ekspresi kaget Kayla di foto, lalu menggaruk lehernya sambil bergumam, "Sungguh menyebalkan."Bibir dan dagunya yang terangkat membuatnya tampak sangat sombong dan arogan, berbeda jauh dengan sikapnya yang patuh di hadapan Kayla.Dia naik taksi pergi ke Perusahaan Lufto. Asisten yang mengetahui hubungannya dengan Verrel pun tidak berani menghentikannya, asisten itu hanya mengetuk pintu sebelum dibuka Riko.Riko yang sedang mengangkat tangan pun tertegun. Dia menoleh ke arah asisten yang gugup di sampingnya sambil tersenyum dingin. "Kamu asisten baru Kak Verrel?""Ya."Dia bukan berasal dari tim asisten perusahaan, melainkan direkrut oleh Verrel secara pribadi.Riko menatapnya se
Sejak menerima panggilan dari Riko, Kayla melamun sepanjang siang. Dia sendiri pun tidak mengetahui alasan spesifiknya.Mungkin ini adalah firasat seorang wanita.Sore hari, Bella meneleponnya dan mengajaknya datang ke rumah untuk makan malam bersama. "Beberapa waktu yang lalu, ibuku pergi jalan-jalan ke padang rumput, dia membawakan banyak daging sapi dan kambing. Dengar-dengar, daging yang sudah lama dibekukan nggak bagus untuk kesehatan. Karena setiap hari ibuku memasaknya, aku pun terpaksa memakannya. Kurasa badanku sudah mengeluarkan bau nggak sedap."Kayla otomatis tertawa. Meskipun mereka sedang bertelepon, Kayla tahu Bella pasti sedang mencium pakaiannya. "Sebentar lagi pergantian musim, jangan sampai ada yang mengira pakaianku terbuat dari bulu domba asli, cepat sini bantu aku makan."Kayla menjawab, "Oke."Kebetulan dia memiliki banyak masalah hati yang perlu dicurahkan kepada Bella.Rumah Keluarga Guandy berada di sebuah pulau yang terletak di tengah danau, lokasinya dekat d
Kayla menggelengkan kepalanya. "Nggak tahu.""Semalam kamu nggak membuatnya mabuk?" Semalam, Bella baru saja mengeluh soal cara Darius melamar wanita. Mereka bahkan belum mencocokkan tanggal lahir, tetapi Darius sudah mengajaknya pergi mendaftarkan pernikahan.Saat itu, Kayla sedang makan malam bersama Verrel sehingga tidak membalasnya."Sudah, sekujur tubuhnya dipenuhi dengan luka, semuanya adalah luka baru."Bella mendecakkan lidahnya. "Kamu curiga Keluarga Lufto menganiayanya?"Kalau hanya tidak ingin dikenali oleh Kayla, bukankah dia hanya perlu menghilangkan bekas lukanya? Untuk apa menimbulkan begitu banyak luka di tubuh. Sekarang dia adalah putra bungsu Keluarga Lufto. Meskipun Keluarga Lufto agak terpuruk dalam dua tahun ini, mereka masih sanggup mengeluarkan uang untuk menghilangkan bekas lukanya.Darius berkata, "Aku mengenal anggota Keluarga Lufto. Mereka nggak memiliki kebiasaan menganiaya orang sampai luka-luka."Sebaliknya, mereka adalah keluarga yang jujur.Entah kapan d
Setelah makan malam, Darius duluan pergi. Untuk menghindari omelan, Bella pun berpamitan pada orang tuanya dan mengajak Kayla pergi. "Untung hari ini ada kamu. Kalau nggak, aku akan diomeli habis-habisan oleh ibuku."Kayla berkata, "Kulihat Bibi sangat menyukai Pak Darius?""Sekarang, anjing pun terlihat tampan di matanya. Dia hanya takut nggak ada yang mau menikahiku.""Kamu benar-benar nggak mempunyai perasaan apa pun pada Pak Darius?"Darius kaya, tampan, tinggi, sukses dan tidak pernah terlibat dalam skandal apa pun. Selain mulutnya yang tajam, dia bersedia mengalah pada Bella. Bisa dibilang dia adalah tipe suami yang ideal.Mendengar ucapan ini, Bella yang sedang menyalakan mesin dan hendak menginjak pedal gas pun tertegun. Dia menyingkirkan ekspresi santainya. "Bukannya nggak suka, aku orangnya realistis. Aku nggak ingin menghabiskan waktu dengan orang yang nggak menyukaiku.""Hari ini dia bukan datang untuk bertemu dengan orang tuaku, melainkan karena dimarahi oleh bibinya." Dia
Begitu keluar dari ruang pribadi, Verrel dan Livia bertemu dengan Ferry.Verrel hampir memanggil "ayah", untungnya otaknya bertindak lebih cepat sehingga dia berhasil menahan diri. Dia mengangguk ke arah Ferry dengan sopan. "Pak Ferry."Ferry mengangkat alisnya sambil bertanya, "Kamu mengenalku?""Tentu saja, Keluarga Mars adalah penguasa Kota A, siapa pun yang menggeluti dunia bisnis pasti mengenal Anda.""Bukan hanya mirip, keahlian dalam menyanjung orang pun setara."Verrel tertegun.'Seharusnya Anda lebih berhati-hati saat menjelek-jelekkan orang.'Melihat mereka hendak membicarakan sesuatu, Livia pun izin pamit.Ferry berkata dengan nada meminta maaf, "Pak Verrel, maaf, kedatanganku yang mendadak ini sudah mengganggu waktu makanmu. Aku ingin meminta bantuanmu."Verrel mundur ke samping dan mengangkat tangannya untuk mempersilakan Ferry masuk. "Ayo masuk dan bicarakan di dalam. Pak Ferry terlalu sungkan, selama Bapak memerlukan bantuan, apa pun itu, aku nggak akan menolak."Setelah
Pertanyaan macam apa ini?Asisten itu kaget hingga hampir melompat dari tempat duduknya. Tadi dia hanya menatap Davin sekilas, meskipun dia merasa Davin memiliki aura yang energik, dia tidak memiliki maksud lain pada Davin ....Bukan, ini bukanlah inti dari permasalahan. Intinya adalah mengapa Verrel menanyakan hal seperti ini?"Pak Verrel ...."Melihat ekspresi gugupnya, Verrel pun mengetahui apa yang dia pikirkan. Verrel mendeliknya dengan kesal sambil berkata, "Maksudku, kalau kamu adalah wanita, kamu akan menyukai pria sepertinya atau sepertiku?"Mengapa asisten yang dia pekerjakan sama bodohnya dengan si Axel itu, bukan hanya tidak pandai menilai situasi, tetapi juga suka berpikiran negatif.Axel yang sedang menyiapkan materi untuk penawaran yang akan diadakan dalam dua hari berikutnya tiba-tiba bersin dengan kuat hingga ditatap oleh semua orang di kantor.Dulu, saat Axel masih bekerja dengan Theo, dia sangat serius. Jangankan bersin, bahkan ingin kentut pun dia harus menahan diri
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng