Beberapa detik yang lalu, Bella masih terharu melihat dekorasi di dalam ruangan dan berpikir bahwa Theo bukan hanya tidak bermulut tajam lagi, tetapi juga menjadi romantis. Bisa dibilang ruangan yang dipenuhi dengan bunga dan lampu redup ini tampak seperti akan diadakan acara pernikahan. Dia yang bersumpah tidak akan menikah pun sedikit berubah pikiran.Detik berikutnya, dia melihat adanya sosok yang merosot ke lantai melalui sudut mata."Kayla ...."Bella mengulurkan tangan untuk memapah Kayla, tetapi orang yang pingsan sama sekali tidak bertenaga dan beban di tubuhnya menjadi sangat berat. Bella tidak bisa menahannya.Alhasil, Bella bukan hanya tidak bisa menahan Kayla, tetapi juga ikut terjatuh ke lantai. Karena sekarang Kayla pingsan dan tidak mengetahui apa-apa, dia takut kepala Kayla terbentur ke lantai. Jadi, dia langsung menggunakan sikunya untuk menopang kepala Kayla."Buk ...."Persendiannya terbentur ke lantai dengan kuat. Rasa sakit yang membara muncul dan Bella pun menjeri
Ketika bangun, pandangan Kayla dipenuhi dengan kabut berwarna putih dan hidungnya dipenuhi dengan bau disinfektan yang menyengat. Setelah bangun tidur, dia tampak jauh lebih energik. Rasa pusing yang melanda kepalanya pun menghilang.Saat ini, langit masih terang dan sinar matahari yang terik pun menyinari bumi.Bella tidak berada di sini. Dia turun dari kasur sambil merapikan rambut.Ketika mengangkat tangannya, dia baru sadar bahwa sepasang tangannya terbungkus kain kasa, hanya tersisa jari tangannya yang sedang menyentuh rambut. Rambutnya sangat halus, tidak tercium bau amis dan tidak terlihat adanya butiran garam yang jatuh ke lantai. Dia bahkan mencium aroma sampo. Badannya sudah dibersihkan sehingga perasaan tidak nyaman yang ditimbulkan oleh air laut pun sudah hilang.Sepertinya Bella memandikannya saat dia pingsan.Sebelum pergi ke kamar mandi, Kayla mengambil ponsel yang terletak di meja samping. Dia menelepon Bella sambil berjalan ke kamar mandi.Terdengar suara bantingan.Pi
"Aku tahu."Dalam situasi seperti ini, Kayla tahu sekalipun dia berada di kapal seharian, dia tidak akan bisa membantu proses pencarian. Dia hanyalah orang biasa yang tidak memiliki kekuatan super, dia bahkan tidak pandai menyelam.Namun, dia hanya ingin berada di tempat kejadian agar bisa menjadi orang pertama yang mendapatkan informasi.Setelah menangani Raline, Bella pun menghampirinya.Saat ini, Kayla sangat lemah. Dia khawatir Kayla akan kelelahan kalau pergi ke sana, tetapi dia tidak tahu harus bagaimana membujuk Kayla.Sebelumnya, dia masih bisa mencoba untuk membujuk Kayla. Namun, siapa pun yang melihat dekorasi di Vila Aeris tahu bahwa Theo berencana untuk melamar Kayla.Dia berpikir dari sudut pandang Kayla. Kalau dia melihat kekasihnya yang belum diketahui keberadaannya menyiapkan kejutan untuknya, dia pasti ingin berteleportasi ke waktu terjadinya kecelakaan. Dengan begitu, dia bisa melindungi kekasihnya.Kalau dia disuruh duduk diam untuk menerima kabar, dia pasti akan emo
Karena Galih jatuh sakit, Kayla terpaksa kembali ke Kota Bapura. Sesampai di depan bangsal, dia kebetulan bertemu dengan Davin yang datang mengunjungi Galih.Selama beberapa hari ini, dia juga terus mencari Theo. Meskipun dia tampak kelelahan, caranya menatap Kayla tetap sangat lembut. "Kayla, Paman sudah tidur."Kayla yang hendak mengetuk pintu pun menurunkan tangannya. "Oh, kalau begitu aku akan datang lagi sore nanti.""Paman hampir nggak tidur beberapa hari ini, dia mungkin akan tidur lebih lama. Raut wajahmu kurang baik, bagaimana kalau aku mengantarmu pulang beristirahat dulu?""Nggak usah." Kayla menyelipkan rambut yang menutupi wajahnya ke belakang telinga. "Aku akan beristirahat di hotel yang terletak di sekitar sini, bolak-balik sungguh melelahkan."Sembari berbicara, Kayla berjalan menuju lift. Davin tidak mengikutinya.Melihat punggungnya, Davin pun memanggilnya, "Kayla.""Ada apa?" Kayla berbalik dan menemukan Davin masih berdiri di tempat asal."Theo akan kembali. Baik di
Pesta ulang tahun nyonya besar Keluarga Leonard diadakan di sebuah agrowisata berukuran sedang. Meskipun tidak terlihat mewah, tempatnya sangat bersih.Acara dilangsungkan secara formal agar memudahkan para tamu bersosialisasi.Axel menjelaskan seluruh masalah yang menimpa Perusahaan Oliver beserta identitas dan latar belakang Verrel kepada Kayla. "Pak Verrel ini sangat misterius. Kabarnya, hanya sedikit orang yang pernah bertemu dengannya. Sebagian besar masalah ditangani oleh asistennya, Jiko Taruma.""Keluarga Lufto? Keluarga yang meminjam uang ke seluruh dunia?"Dalam tiga bulan ini, Kayla terus mempelajari soal berbisnis. Satu-satunya program hiburan yang dia tonton berkaitan dengan berita keuangan. Oleh karena itu, dia pernah mendengar soal Keluarga Lufto.Axel menjawab, "Ya. Nyonya Kayla, kudengar Pak Verrel ini nggak mudah dihadapi. Kalau dia mengatakan sesuatu yang menyinggungmu, jangan emosi. Kamu lagi hamil, kalau sampai terjadi sesuatu, Pak Galih dan Bu Evi akan memenggalku
Verrel melirik Jiko sejenak, lalu menerima saputangan itu.Axel sudah mendampingi Theo selama bertahun-tahun, dia paling memahami gerak-gerik Theo. Meskipun Theo mencintai kebersihan, Theo tidak terobsesi pada kebersihan, apalagi sampai tidak boleh disentuh orang. Melihat Verrel menyeka jari-jari yang dipegang Kayla dengan hati-hati, kata "Pak Theo" pun tersangkut di tenggorokannya.Pria di hadapannya ini sangat mirip dengan Theo, tetapi baik dari segi sifat ataupun aura, mereka berbeda.Kayla tertegun.Sekarang, pikirannya agak kacau. Melihat Verrel pergi, dia pun tidak menghentikan Verrel.Saat ini, Verrel adalah putra bungsu Keluarga Lufto yang juga merupakan saingan Perusahaan Oliver. Dia tidak khawatir Verrel akan menghilang setelah pergi. Dia harus pulang untuk menanyakan apakah Theo memiliki saudara kembar atau sejenisnya.Tidak mungkin ada dua orang yang begitu mirip di dunia ini.Sesampai di depan pintu, Verrel berbalik untuk melihat ke arah aula. Dia menatap untuk cukup lama.
Gedung Perusahaan Lufto yang terletak di kawasan baru agak terpencil. Gedung yang sebelumnya terletak di kawasan niaga pusat sudah dijual sejak setahun yang lalu karena kondisi perusahaan yang kurang stabil.Saat ini, hanya ada sebuah kafe di lantai bawah Perusahaan Lufto.Kayla hanya perlu mengangkat kepala dan terlihat Verrel duduk di dekat jendela.Jiko pun berada di tempat. "Nona Kayla."Kayla mengangguk padanya, lalu duduk di hadapan Verrel dan meletakkan kantong belanjaannya di kursi samping.Verrel melirik jam tangan dan merek yang tertera di kantong belanjaan, itu adalah merek busana pria. "Sepertinya Nona Kayla nggak terlalu memedulikan soal penawaran, masih punya waktu untuk pergi berbelanja."Dia mengetukkan jarinya ke atas permukaan jam. "Kamu telat."Kayla tertegun. Dia sudah menempuh jalur tercepat untuk datang dari Perusahaan Oliver ke sini. "Maaf, saat itu aku kebetulan sedang berada di mal, jadi sekalian belanja. Maaf ...."Melihat wajah Verrel, Kayla masih tidak terbi
Setelah Verrel pergi, Axel baru datang. Tadi, Kayla menyuruhnya menunggu di bawah, jadi dia pun menunggu di dalam mobil. "Nyonya Kayla, kulihat Pak Verrel tampak agak kesal saat pergi, apa kamu mengatakan sesuatu yang membuat kesal?"Kayla yang sedang duduk pun agak tertekan. Pelayan sudah membersihkan meja yang berantakan. "Mana mungkin? Aku datang untuk 'mendamaikan' kedua keluarga, aku bahkan memberinya hadiah. Mungkin dia kegirangan karena nggak menyangka aku akan begitu segan."Axel tercengang.Dia tidak terlalu memercayai omongan Kayla."Bagaimana Pak Verrel menyikapi soal penawaran?""Bersaing sampai akhir."Axel melirik Kayla sekilas, lalu terdiam sejenak sebelum berkata, "Apa Pak Verrel benar-benar bukan Pak Theo? Meskipun aura, cara berpakaian dan perilaku mereka berbeda, kurasa dia terlalu memahami Perusahaan Oliver. Baik dari segi harga maupun proposal kerja sama, semuanya lebih unggul dari Perusahaan Oliver. Kalau hanya sekali dua kali, aku akan menganggapnya kebetulan. Ta
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng