Sembari menggendongnya, Theo menganalisis kejadian tadi. "Yovita pasti akan melakukan sesuatu.""Ya." Berdasarkan tindakan Yovita sebelumnya, Kayla tahu bahwa Yovita tidak akan menyerah begitu saja.Kayla agak tertekan. Kalau tahu akan menjadi seperti ini, dia tidak akan datang ke mal. Namun, sebenarnya dia tahu, sekalipun dia tidak datang ke mal, Yovita pasti akan memikirkan cara untuk menjebaknya.Hal ini agak rumit.Wanita paruh baya itu bukan sedang mencari menantu, melainkan sedang mencari wanita untuk membangunkan putranya. Tidak peduli apakah hal ini masuk akal, dia percaya. Karena medis tidak bisa menyembuhkan anaknya, dia terpaksa memercayai keajaiban.Seorang ibu bisa melakukan apa saja demi menyelamatkan putranya. Dia pasti tidak akan menyerah begitu saja. Kalau sampai dia memercayai omong kosong Yovita bahwa Kayla bisa memakmurkan suami, dia tidak akan menyerah hanya karena Theo sudah memperingatkannya.Ketika merasakan perubahan emosi Kayla, Theo pun berkata, "Aku punya ca
Semua perkataannya masuk akal. Intinya, dia tidak ingin dirinya menjadi batu loncatan.Ferry hampir tertawa dengan marah. "Kamu nggak perlu mengkhawatirkan hal ini, aku pasti akan menangani masalah pernikahan ini, nggak akan membiarkan generasi muda menikah dengan pria yang terbaring koma."Theo terdiam.Setelah mendapatkan jaminan dari Ferry, Theo tahu sekalipun Kayla benar-benar adalah putrinya, dia tidak akan memaksa Kayla menikah dengan pria yang terbaring koma. Namun, Theo sama sekali tidak gembira. "Ingkar janji adalah perbuatan tercela yang sering dikritik orang.""Pak Theo, terima kasih atas saranmu. Tapi setelah hidup sekian lama, aku sudah mengalami banyak hal dan nggak mudah diancam orang." Ferry berkata dengan jujur dan tegas, "Keluarga Mars nggak akan melupakan jasa putranya. Tapi kami nggak mungkin menikahkan gadis sehat dengan putranya. Dulu ayahku berjanji akan membiarkan putranya menikahi anggota Keluarga Mars karena dokter bilang putranya akan bangun.""Lebih baik dih
Darius menunduk dan melihat ke arah dadanya. Kemejanya yang basah kuyup menempel ke tubuhnya sehingga garis dadanya yang halus pun terlihat.Dia memegang tas kerja dan mengenakan pakaian formal, sepertinya dia datang untuk mengurus urusan pekerjaan.Keheningan berlangsung selama belasan detik. Bagi Bella, setiap detik seperti siksaan yang mencekam. Dia tidak melupakan janji-janjinya pada Darius, terutama soal dia akan menjauhi Darius. Baru beberapa hari berlalu, mereka sudah bertemu lagi.Musuh memang sering bertemu, seolah-olah memang dipertemukan oleh Tuhan.Wanita paruh baya yang merupakan klien Darius pun berkata dengan terbata-bata, "Pak ... Pak Darius ... bersihkan dulu."Dia segera melihat ke sekeliling untuk mencari tisu.Darius menyeka kemejanya yang basah dengan tangan, suaranya terdengar sangat dingin. "Nona Bella, kok kamu bisa tumbuh dewasa dengan sehat?"Ke mana pun dia pergi, dia selalu terjebak masalah, seolah-olah dirasuki oleh dewa pembawa sial. Namun, bukan hanya dir
Bella berkata dengan tertekan, "Pak Darius, bagaimanapun kita saling mengenal, jangan sekejam itu."Dibandingkan dengan Darius, Theo benar-benar adalah pria idaman.Darius menjawab, "Bukannya kamu yang membuat janji itu? Karena kamu nggak ingin memenuhi janjimu, kamu bilang aku kejam?"Bella tertegun."Apakah janji seperti ini bisa dipenuhi?"Dia mengerutkan kening sambil merapikan kemejanya. Pakaian basah yang menempel di tubuhnya membuatnya merasa tidak nyaman. "Aku disiram karenamu. Bukankah kamu harus menemaniku pergi membeli baju baru untuk menebus kesalahanmu?""Bagaimana dengan masalah di sini?" Dia tidak menginginkan kompensasi bernilai ratusan juta itu lagi?"Asistenku akan mengurusnya.""Nggak bisa." Hari ini Bella mengenakan sepatu hak setinggi 6 cm untuk menghadiri kencan buta. Berdasarkan sifat Darius, Darius pasti akan mengelilingi seisi mal. Dia tidak ingin kelelahan sampai telat bangun besok, jadi dia pun menolak dengan tegas. "Sudah malam, aku nggak tega membiarkan Kay
Kedai teh.Dua orang duduk berhadapan selama setengah jam tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Ferry menyeduh secangkir teh dan meletakkan di hadapan Kayla. "Apa ada yang ingin kamu tanyakan padaku?"Sudah tiga hari berlalu sejak Yovita mengungkapkan identitasnya, bahkan anggota Keluarga Karsian pun sudah datang membuat keributan dan mengatakan bahwa mereka tidak keberatan dengan status janda Kayla. Mereka bersikeras ingin mengganti calon pengantin, tetapi Kayla yang merupakan tokoh utama sama sekali tidak mengirimkan pesan kepada Ferry.Kayla mengambil cangkir itu. "Kenapa hari ini Yuni nggak akan datang ke Gunung Bullard?"Ferry tertegun.Bukan pertanyaan ini yang ingin dia dengar.Melihat ekspresi Kayla, dia merasa kalau dirinya tidak berinisiatif membahas hal ini, Kayla tidak akan mengungkit hal ini seumur hidup."Setelah mendengar omongan Yovita, apa nggak ada yang ingin kamu tanyakan?""Nggak."Menghadapi tatapan Ferry yang mengisyaratkan "cepat tanyakan padaku", Kayla pun menguru
Theo sama sekali tidak merasakan adanya aura permusuhan dari Ferry. "Karena nggak ada kandidat yang cocok di Kota A, bagaimana kalau Anda memilih kandidat dari Kota Bapura?"Ferry tersenyum dingin. Dia berkata sambil menggertakkan gigi, "Pak Theo benar. Ardian, nanti rangkumkan semua anak muda berbakat di Kota Bapura, selain Pak Theo."Setelah berkata demikian, dia mengalihkan perhatian ke Kayla. "Saat itu tiba, kamu bisa langsung berkencan buta dengan dua orang dalam sehari. Kalau ada yang kamu suka, kita pertimbangkan. Kalau nggak suka, tinggalkan saja. Mumpung masih muda, pacari beberapa ...."Theo tidak akan membiarkan Ferry menanamkan prinsip seperti ini pada Kayla. Kalau tidak, kelak dia harus mengawasi Kayla setiap hari, jadi dia segera menyela, "Sepertinya Ibu meninggalkanmu karena prinsip berpacaranmu ini."Ferry tertegun.Matanya masih tertuju pada Kayla. Setelah hidup sekian lama, dia pun mengerti apa yang disebut dengan senjata makan tuan."Kayla, alasan aku berpisah dengan
Vila Aeris.Begitu Kayla masuk, Theo langsung memeluknya. "Pak Ferry benar-benar adalah ayahmu?"Kayla membelalakkan mata dengan kaget. "Kamu nggak tahu?""Nggak yakin.""Nggak yakin, tapi kamu memanggilnya ayah?" Kayla tidak bisa berkata-kata. Melihat Theo memanggil dengan percaya diri, dia mengira Theo sudah menemukan bukti tertentu."Dia hendak memperkenalkan pacar baru padamu, bukankah aku harus melakukan sesuatu untuk menunjukkan kepemilikan?" Suara Theo dipenuhi dengan amarah dan tekanan. "Saat dia bilang mau memperkenalkan pria lain padamu, kamu pun nggak menolak."Kayla berkata, "Aku baru saja mau membelamu, tapi kamu sudah masuk."Mendengar penjelasan Kayla, suasana Theo menjadi jauh lebih baik. Sudut bibirnya terangkat dan dia pun menggosokkan kepalanya di bahu Kayla. Dia tampak seperti seekor anjing.Karena dia tinggi, posisi ini kurang nyaman baginya. "Kay, aku sudah melihat kalender. Tanggal 18 ini adalah hari baik yang langka. Bagaimana kalau kita mendaftarkan pernikahan
Theo berkata, "Pernah kok. Aku selalu berada di belakangmu. Setelah kamu selesai sembahyang, aku baru sembahyang. Kalau kamu berbalik ke belakang, kamu akan langsung melihatku."Kayla memandangnya dengan tatapan yang mengisyaratkan "apa kamu gila?". "Apa kamu pernah melihat orang menoleh ke belakang setelah selesai sembahyang? Untuk melihat apakah ada yang datang mencuri uang?"Theo tertegun.Setelah selesai menyembah kakek, keduanya pun meninggalkan kuburan bersama-sama. Karena Theo datang dengan sopir, Theo menyuruh sopir mengendarai mobil Kayla pulang.Tempat ini agak jauh dari Vila Aeris, jadi mereka pun makan di luar.Theo bertanya, "Kapan kamu akan memberikan hadiah yang kamu janjikan itu?"Karena hal ini terus tertunda, Theo pun mulai merasa bahwa hadiah ini sangat tidak berjodoh dengannya.Dia meletakkan sendok dengan kesal. Sejak mengenal Kayla sampai sekarang, Kayla tidak pernah memberinya hadiah.Setelah melihat waktu, Kayla pun menjawab, "Setelah selesai makan?"Suasana hat
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng