Dia tidak tahu kalau Theo dan Kayla sudah bercerai. Saat melihat mereka bersama, dia tentu saja mengira mereka masih menikah.Davin mengoreksinya, "Paman, mereka sudah bercerai.""..." Rambut Heru berdiri karena malu. Dia berbalik menghadap Davin dan berkata dengan tajam, "Lupakan. Kamu baik-baiklah di rumah sakit. Aku akan pulang menemani bibimu. Mana dompet hancur itu? Aku akan membuangnya untukmu saat turun."Benar-benar pendendam. Tidak bisakah kamu tutup mulut?Davin mengerucutkan bibirnya. "Nggak mau.""Harta karun yang luar biasa, hadiah dari kekasihmu?""Ya."Heru hendak pergi dan merasa aneh setelah mendengarnya. Meskipun keponakannya lemah lembut dan sopan, dia memiliki hubungan yang buruk dengan wanita dan sudah bertahun-tahun tidak pacaran. "Kapan itu terjadi? Lupakan saja. Luangkan waktu untuk pulang dan tunjukkan pada keluargamu. Rambut ibumu sudah memutih karena khawatir pada pernikahanmu."Davin menengadahkan kepalanya dan matanya tertuju pada Kayla. Perangainya yang le
Tidak perlu mengulangi apa yang sudah diketahui.Jadi, Kayla menggelengkan kepalanya. "Cuma beberapa masalah yang berhubungan dengan pekerjaan, ayo pergi."Kayla menyentuh perutnya. Awalnya dia ingin berkata, "Aku lapar", tetapi dia berhenti tepat waktu dan berkata, "Aku belum makan malam."Bagi orang seperti Theo yang terbiasa berpikiran kotor, kata ini mewakili makna sugestif tertentu.Wanita itu bersikap aneh dan sengaja mengajak Kayla ke samping untuk berbicara. Itu pasti bukan tentang pekerjaan, tetapi Kayla jelas tidak ingin membicarakannya. Meskipun Theo kesal, dia tidak bertanya lebih lanjut.Dia masih menyandang label "pacar magang", sehingga belum cukup memenuhi syarat."Ayo pergi, kamu mau makan apa?" Pikirannya bukan pada makan, tetapi pada tangan Kayla yang tergantung di sisinya dan ingin menggenggamnya sepenuh hati.Theo masih ingat tadi saat di bangsal, Kayla menarik tangannya dengan kecepatan yang bahkan tidak dapat dicapai oleh roket.Alhasil begitu Theo mengangkat t
Lebih baik mengabaikannya, tetapi begitu memikirkannya, Kayla menyadari dia telah menyelidiki begitu lama dan masih belum bisa menemukan petunjuk.Sejak kunjungan singkat terakhir ke Kota A, Bibi Yuni seolah menghilang begitu saja dan sama sekali tidak ada kabar. Bahkan detektif swasta yang disewanya dengan harga mahal pun tidak bisa melacak keberadaannya.Kayla menggaruk rambutnya dengan kesal.Bella bertanya, "Apa kamu sudah bertanya kepada Martin tentang ini?""Sudah, tapi dia nggak tahu apa-apa tentang itu.""Saat itu kamu sama sekali nggak punya bukti, tapi sekarang kamu punya buku harian Bibi dan dia pun nggak akan bisa menyangkalnya. Kalau seseorang punya rencana licik, petunjuk pasti akan muncul."Kayla memegang dagunya dengan tangannya dan berkata dengan lemah, "Sekarang Martin berada di pusat penahanan dan menunggu putusan. Nggak ada yang bisa bertemu dengannya kecuali pengacara.""Kamu carilah Theo untuk masalah ini dan semua orang bisa ditemui. Terakhir kali dia bisa masuk
Viola menoleh ke belakang dengan sinis. "Kamulah yang melakukan hal licik itu. Kamu dan Kayla sama saja. Rendahan ...."Bella langsung memasukkan saputangan yang digunakan untuk menyeka tangan di restoran ke dalam mulutnya.Dia kebetulan sedang menyeka tangannya sebelum keluar dan terburu-buru, jadi dia pun membawanya keluar. Dia berpikir ke mana harus membuangnya, tetapi sekarang dia merasa benda ini sangat berguna.Dia menatap Kayla yang sedang berjongkok di tanah seolah-olah sedang mengambil sesuatu. "Apa yang kamu lakukan? Kamu berjongkok di depan toilet dan mencari dengan sangat hati-hati.""Cari rambut."Meskipun Kayla mendapat inspirasi, dia tidak yakin apakah tebakannya benar.Sebelum Yovita pergi ke Vila Aeris, dia membujuknya untuk melakukan tes DNA dengan Ferry. Dilihat dari reaksinya, dia sangat berharap Kayla adalah anak dari Keluarga Mars.Dengan tabiatnya, dia pasti tidak akan menyerah sampai tujuannya tercapai, tetapi tidak perlu sampai mencabut beberapa helai rambut.D
Axel merasa akan mendapat masalah saat melihat Theo keluar dari kantor polisi dengan wajah muram. Benar saja, dia melihat sekeliling mobil dan tidak melihat Kayla yang keluar lebih dulu. Wajahnya pun tiba-tiba berubah menjadi kelam. "Mana istriku?"Dia baru saja menerima telepon dan ... Axel menunjuk ke arah Kayla pergi. "Pergi dengan taksi.""Kamu nggak menghentikannya?" Suara itu terdengar seperti keluar dari sela-sela gigi."Sudah, tapi bukankah aku gagal menghentikannya?" Axel membela diri, "Awalnya aku ingin ikut, dia langsung mengancam akan mengirimku ke Benua Fredo untuk menggali ranjau.""Siapa yang meneleponnya?" Theo hanya bertanya, tidak berharap Axel benar-benar tahu jawabannya.Axel terlihat kesulitan. Alisnya berkerut, meskipun dia tidak mengatakan apa-apa, seluruh tubuhnya mengungkapkan "Ada yang ingin kukatakan, tapi aku nggak berani mengatakannya".Theo mengerutkan kening. "Mulutmu dilem? Bicaralah."Axel menegakkan punggungnya dan berkata dalam satu tarikan napas, "Di
Begitu Kayla berjalan ke pintu, Ardian masuk. Dia mengangguk sekilas padanya, lalu berjalan cepat ke Ferry. "Pak, sudah diselidiki. Baru-baru Viola berkonsultasi dengan pengacara. Kalau anak itu bukan anak kandung seseorang, apakah uang yang dihabiskan untuk anak ini bisa diklaim kembali. Dia juga sudah mengaku, alasan kenapa dia menarik rambut Nona Kayla adalah karena Martin memintanya melakukannya. Martin nggak mau masuk penjara dan takut dikejar oleh rentenir setelah keluar, jadi dia ingin menggunakan cara ini untuk memaksa Nona Kayla membantunya.""..."Ini agak canggung.Akan tetapi, Kayla selalu tahu kesalahannya dan mengakuinya. Dia berbalik dengan senyuman marah di wajahnya. "Maaf, aku salah paham kalau kamu bersekongkol dengan Yovita. Ini sudah malam, jadi lain hari aku akan membawakan hadiah sebagai permintaan maaf.""Nggak perlu dimasukkan ke dalam hati, ini cuma masalah kecil. Kita lihat saja nanti."Setelah Kayla pergi, wajah Ferry menjadi kelam tanpa penampilan baik hati
Kayla langsung menjawab telepon yang agak meredakan amarah Theo. "Aku sudah pesan makanan, ayo malam nanti kita makan bersama. Kamu di mana? Aku akan menjemputmu."Kalau Axel mendengar ini, dia pasti akan memutar matanya.Siapa yang baru saja bilang tidak mau menghibur dengan sangat tegas? Dia mengira akhirnya CEO-nya sudah lebih tegas, tetapi ....Nada manja ini tidak ada kesan mendominasi saat berbicara dengannya sebelumnya."Oke." Suasana hati Kayla langsung berubah. "Kamu cukup kirimkan aku alamat restorannya, nanti aku akan naik taksi ke sana."Emosi tegang Theo menjadi rileks dan sudut bibirnya terangkat.Theo tahu Kayla masih lebih berpihak padanya dibandingkan pria tua itu. Artinya dia tidak berpengalaman dalam cinta dan memiliki EQ negatif, sehingga dia dimanfaatkan oleh pria tua yang berpengalaman itu.Saat ini Kayla sama sekali tidak menyadari kegundahan dalam hatinya. Dia sedang duduk di kursi di depan pintu pusat penahanan dan menggambar.Setelah beberapa goresan, wajah se
Kayla berbalik dan berkata, "Kamu cuma punya satu kesempatan. Ceritakan dengan hati-hati. Aku sudah menyelidiki banyak hal selama bertahun-tahun. Kalau kamu membohongiku, aku cukup pergi memeriksa luka yang ditimbulkan Viola hari ini agar kalian berdua bisa bersatu kembali."Kayla tidak hanya memberitahunya, tetapi juga menunjukkan foto-fotonya.Kerumunan di restoran mengambil foto saat Viola menarik rambutnya.Kayla dalam foto itu terlihat lemah, menyedihkan, tidak berdaya dan ditindas secara menyedihkan.Martin, "..."Di satu sisi, Martin merasa bahwa Viola adalah orang bodoh yang mengantar dirinya ke dalam masalah. Di sisi lain, dia merasa Viola tidak cukup kuat. Melihat kesombongan Kayla, seharusnya Viola menghajarnya habis-habisan."Dulu ada yang datang kepadaku dan memintaku menyuruh ibumu membantu merestorasi lukisan. Saat itu kukira ini hanya masalah kecil, jadi aku setuju."Dia melewati tengah proses dan tidak bilang kalau dia diberi iming-iming besar oleh orang itu, juga
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng