Kantor polisi.Keempat orang itu dibagi menjadi dua kelompok dan duduk di kedua sisi meja panjang. Polisi yang datang terlebih dahulu mulai bertanya, "Siapa yang duluan menyerang?"Sebenarnya dia sudah melihat kamera pengawasan dan sekarang dia hanya menjalankan prosedur kerja.Wajah beberapa orang terluka, terutama Raline. Kedua sisi wajahnya dipenuhi dengan bekas tamparan yang merah dan bengkak. Selain itu, rambutnya juga berantakan seperti ayam jago.Kalau polisi tidak melihat kartu identitasnya, mereka tidak akan tahu bahwa dia adalah penari kelas internasional.Karin menunjuk Bella sambil menjawab dengan kesal, "Dia yang duluan menyerang. Pak, orang gila seperti ini harus dikurung setidaknya sepuluh atau delapan tahun. Kalau dibiarkan berkeliaran di masyarakat, suatu hari nanti dia pasti akan asal menyerang orang lagi!"Bella mengangkat dagunya sambil tersenyum sinis. "Aku hanya membantu membersihkan sampah masyarakat. Di zaman kuno, wanita simpanan akan diikat dan ditenggelamkan
Menjelang malam, Kayla naik taksi ke Vila Aeris. Awalnya, dia ingin bernegosiasi dengan Theo melalui telepon, tetapi entah disengaja atau tidak, Theo tidak menjawab teleponnya.Dia tidak yakin apakah Theo akan pulang ke sini. Bagaimanapun, selama tiga tahun ini, Theo sangat jarang pulang dan dia jarang berinteraksi dengan pergaulan Theo, jadi dia hanya bisa datang ke sini untuk menunggu Theo.Setelah turun dari mobil, Kayla memandang vila yang berada di tengah kegelapan itu dan ragu-ragu untuk cukup lama, tetapi pada akhirnya dia tetap masuk.Dia membuka pintu dengan sidik jarinya, lalu mengulurkan tangannya untuk menekan tombol di dinding. Lampu menerangi setiap sudut ruang tamu dan terlihat Theo sedang berbaring di sofa ....Theo mengerutkan keningnya dan mengangkat tangannya untuk menutup matanya. Dia memerintahkan dengan kasar, "Matikan lampu."Kayla tidak menyangka Theo akan berada di sini. Hari ini Raline terluka, dia kira Theo akan tinggal di tempat Raline, dia bahkan sudah memp
Theo memandang wajah cuek Kayla dan alisnya pun berkedut karena emosi. Beraninya Kayla mengancamnya!Namun, sebelum dia berbicara, Kayla sudah berbalik dan lanjut berjalan.Di area pembayaran mandiri, Kayla membungkuk untuk memindahkan semua barang dari troli dan menaruhnya di meja kasir. Sedangkan Theo berdiri di samping dengan sombong, dia tidak bermaksud untuk membantu.Kayla malas berbasa-basi dengannya. Lagi pula, memindai kode bukanlah pekerjaan yang melelahkan, jadi dia hanya mendeliknya saat membayar. Kebetulan matanya sedang tertuju pada kondom di rak sebelah ....Kayla melontarkan dua kata dengan nada dingin. "Dasar mesum."Saat ini, Theo tidak bermaksud seperti itu, hanya kebetulan sedang melihat saja."Mesum?" Theo menatap Kayla sambil tersenyum usil. "Kalau orang yang tertarik dengan benda-benda ini adalah orang mesum, siapa yang lebih mesum? Aku atau kamu? Aku hanya melihat, tapi ada yang membeli beberapa kotak untuk disimpan di rumah, loh."Kalimat terakhir ini cukup unt
Theo mengerutkan keningnya. "Kamu salah sangka. Belakangan ini Perusahaan Oliver sedang membicarakan proyek besar, penanggung jawab perusahaan tersebut sangat mementingkan keharmonisan keluarga. Kalau kita bercerai di saat seperti ini, aku akan kesulitan untuk bekerja sama dengan mereka."Meskipun Kayla menanyakan hal ini untuk memprovokasi Theo, hatinya berdebar kencang ketika mendengar jawaban yang begitu realistis."Pernikahan kita dilakukan secara diam-diam, hanya sedikit orang yang mengetahui hubungan kita.""Bukan berarti semua orang nggak tahu, 'kan? Kalau terjadi sesuatu karena hal ini, aku akan rugi besar."Sembari berbicara, Theo sudah menggendongnya ke lantai dua. Dari sudut pandangnya, dia hanya bisa melihat garis rahang Theo yang tegas, sama seperti saat di hotel, kasar, sombong dan tidak dapat dilawan.Sesampainya di kamar, pandangannya tertuju pada tata letak ruangan yang familier.Bagi orang lain, tempat ini adalah vila mewah yang tidak dapat dimiliki sekalipun mempunya
Kayla menunggu untuk cukup lama, tetapi Theo tidak menjawab. Melihat sebagian besar lukisan di meja yang belum diperbaiki, dia pun berkata dengan kesal, "Ada apa? Kalau nggak jawab, kututup ya."Kata "salah sambung" tersangkut di ujung lidah Theo. Nada bicara Kayla membuatnya emosi. Pada akhirnya, dia pun berubah pikiran dan berkata, "Datanglah ke Vetro untuk menjemputku."Kayla mengerutkan keningnya. "Apa kamu baik-baik saja? Kenapa menyuruhku pergi menjemputmu?"Dia pernah pergi menjemput Theo. Ketika baru-baru menjabat sebagai asisten pribadi Theo, suatu hari Theo mabuk dan kebetulan dia menelepon Theo untuk menanyakan kapan pria itu akan pulang.Saat itu, Axel yang menjawab panggilan. Dia mengetahui hubungan mereka, jadi dia pun memberi tahu Kayla bahwa Theo mabuk dan menyuruh Kayla datang menjemput Theo.Dulu Theo sangat membenci Kayla. Ketika dia membuka mata dan melihat orang yang datang adalah Kayla, dia langsung emosi. Dia bahkan menampar Axel dan memotong bonus tahunan Axel.
Anggur menetes di sepanjang alis dan rahang Theo. Apa tuan muda kaya yang selalu tampil elegan dan berwibawa pernah dipermalukan seperti ini?Bibir indahnya terangkat dan sekujur tubuhnya dipenuhi dengan amarah.Kayla sama sekali tidak takut. Dia mengangkat dagunya, lalu melirik Theo dan berbalik pergi."Pfft!" Carlos otomatis menghela napas. Kayla adalah satu-satunya orang yang berani mengguyurkan anggur ke wajah Theo!"Semoga Nona Kayla berhasil kabur ...."Theo melirik Carlos. Melihatnya kegirangan dan tidak merasa bersalah, Theo pun menyelanya dengan nada dingin. "Semoga kamu bisu."Carlos terdiam.Setelah berkata demikian, Theo mengabaikan Carlos dan langsung berjalan ke arah Kayla pergi.Theo tinggi dan memiliki kaki yang panjang, tetapi dia tidak terburu-buru. Dia membuat orang berpikir bahwa dia sedang melangkah dengan santai, tetapi semua orang yang dilaluinya dapat merasakan aura mencekam hingga otomatis menundukkan kepala mereka. Semuanya takut Theo akan membungkam mulut mer
Kayla tiba-tiba mendongak. Gerakannya pelan, tetapi Theo masih merangkul pinggangnya sehingga dapat merasakan reaksi tubuhnya.Davin berdiri tidak jauh dari mobil dan sedang menatapnya melalui jendela yang setengah terbuka.Davin mengenakan kemeja kasual dan celana panjang. Meskipun dia berada di bawah cahaya redup, sosoknya yang kekar membuat Kayla sulit mengabaikannya.Kayla termenung dan otomatis memanggil. "Davin ...."Sesuatu menghantam pinggangnya dan dia hampir menjerit kesakitan, tetapi karena ada orang lain di sini, dia berusaha keras untuk menahan diri.Kayla tidak tahu apakah Davin melihat Theo di dalam mobil. Selain cahaya di tempat parkir ini redup, berdasarkan jarak dan tempat Davin berada, seharusnya dia tidak melihat Theo.Davin tersenyum tipis sambil berjalan menghampiri Kayla. "Pantas saja familier, ternyata memang kamu."Melihat Davin mendekat, tubuh Kayla makin menegang. Dia mengepalkan tangannya yang berada di dada Theo sambil berseru dengan sedikit gemetaran, "Jan
"Jangan sentuh aku." Suara Kayla gemetaran, dia berkata dengan lemas, "Kalau kamu menggangguku lagi, aku akan memposting akta nikah kita di internet agar seluruh dunia tahu bahwa Raline adalah wanita simpanan yang menghancurkan keluarga orang."Mendengar "ancaman" ini, Theo tersenyum sinis. "Bukannya kamu yang duluan mengajukan cerai?""Itu juga karena dia masuk ke dalam hubungan kita."Ekspresi Theo tidak berubah, dia berkata dengan tenang, "Kalau begitu nggak usah cerai."Kayla bukan hanya gagal mengancam Theo, tetapi juga diancam balik. Sejak menikah dengan Theo, dia selalu ditindas seperti ini.Theo mengusap jari Kayla. Setelah memeriksa sejenak, dia pun berkata, "Nggak patah.""Kamu berharap jariku patah, ya.""Nggak. Tapi kalau kamu berani meminta 600 miliar dari Davin, aku akan mematahkannya secara pribadi."Kayla berseru, "Dasar gila!"Kayla mendorong Theo, tetapi kali ini Theo tidak menghentikannya. Theo membiarkannya keluar dari mobil dan pergi ....Sejak malam yang tidak men
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng