Kayla mengalihkan pandangan ke arahnya, lalu mengangkat alisnya sambil tersenyum tipis. "Ya, aku bukan hanya akan mencari banyak cadangan, aku juga nggak akan memilih pria sepertimu.""Pria sepertiku? Memangnya aku pria seperti apa?"Kayla berkata sambil menghitung dengan jarinya, "Bermulut tajam, semena-mena, suka merendahkan orang, nggak menghargai orang, merasa dirimu yang paling hebat di dunia ini, selalu menyalahkan orang lain, nggak memiliki kecerdasan emosional, suka berkata kasar, suka memampangkan ekspresi dingin, bersikap seolah-olah semua orang berutang padamu, berengsek, nggak pandai bicara dan menyebalkan ...."Begitu turun hujan, semua orang yang sedang melihat gerhana bulan bergegas menuruni gunung, hanya tersisa mereka.Mendengar ucapan Kayla, ekspresi Theo menjadi makin muram. Dia tidak menyangka bahwa dia memiliki citra yang begitu buruk di hati Kayla. "Apa aku nggak punya kelebihan?""Ada." Kayla mengaku dengan lugas. "Tampan, kekar, kaya, tapi semua ini nggak bisa m
Kayla berseru, "Apa?"Melihat postur Kayla, sopir itu tahu bahwa tindakannya telah mengejutkan Kayla. Dia berkata, "Nona, jangan salah paham. Aku bukan orang jahat dan nggak bermaksud jahat padamu. Hanya saja tadi kasir meneleponku untuk memberi tahu bahwa seorang tuan bermarga Oliver mengirimkan 60 juta padaku ... tepatnya untukmu. Dia menyuruhku singgah di toko ponsel untuk membelikanmu ponsel, lalu menarik sejumlah uang tunai untukmu."Sebenarnya dia ditransfer 70 juta, 10 juta adalah upah kerja keras yang akan diberikan padanya.Huh, jumlah upah ini sungguh besar. Kalau setiap hari ada pelanggan yang menelepon untuk meminta bantuan seperti ini, dia akan sangat gembira.Kayla tercengang.Orang bermarga Oliver yang Kayla kenal hanya Theo dan keluarganya.Begitu taksi berhenti di depan toko ponsel, Kayla langsung mengulurkan tangan untuk membuka pintu. Theo sedang mengganti rugi, bagaimana mungkin dia menolak? Meskipun ponsel sebelumnya juga dibelikan oleh Theo, dia sudah mentransfer
Melihat dua lembar uang seratus ribu yang dijepit Kayla dengan dua jari, Theo pun mengerutkan keningnya. "Kayla, apa menurutmu aku adalah kurir pengantar paket?"Kayla terdiam selama beberapa detik sebelum menjawab, "Bukan, dari jarak yang begitu jauh, ongkos kurir nggak semurah ini. Ini juga bukan upah jerih payah, melainkan untuk berterima kasih karena kamu sudah jauh-jauh datang ke sini, sekalian mentraktirmu makan."Dia berbicara dengan serius, bahkan setiap kata diselimuti dengan emosi yang tulus. Namun, Theo lebih suka dikasari olehnya. Karena setiap kali dia menanggapi dengan serius, dia pasti ingin menolak Theo.Ketika dia hendak mengatakan sesuatu untuk menyela Kayla, Kayla duluan berkata, "Tapi kurasa mantan suami istri yang nggak punya anak harus jaga jarak. Jangan terus mencari satu sama lain, ini nggak adil untuk calon kekasih kita."Dia tertegun sejenak. "Kamu sudah memperlakukanku dengan buruk dalam pernikahan ini. Jangan merugikan wanita di pernikahan berikutnya lagi. M
Begitu Sari pergi, hanya tersisa Kayla sendirian di ruang tamu yang sunyi.Kayla mendongak untuk melihat sekeliling. Bella bilang dia dapat mendeteksi adanya lima kamera pengawas di sini, di luar itu, mungkin ada beberapa kamera pengawas yang tak terlihat.Untuk mengawasi siapa? Dia?Ketika dia datang ke sini sebelumnya, hanya ada Sari dan pria misterius itu, tetapi tadi Sari bilang pria misterius itu pergi, lalu siapa yang berada di atas?Kayla merasa jantungnya berdebar kencang, terutama dalam suasana hening seperti ini. "Dup ... dup ...."Setiap detak jantungnya terngiang-ngiang di telinganya.Dia berbalik badan dan berjalan menuju lantai dua.Karena lantai dilapisi karpet dan dia memakai sandal tipis yang biasanya disediakan di hotel, sekalipun dia tidak sengaja memelankan langkahnya, langkahnya hampir tidak mengeluarkan suara.Ruang kerja berada di lantai dua. Namun, sesampai di lantai dua, dia tidak melihat Sari, hanya terdengar suara samar. Suara ini pelan dan jauh, tidak terden
Kayla melihat melalui ke arah lengan Theo dan matanya mendarat ke kepala pria itu. Rambut Theo seperti rerumputan di kepalanya sudah subur dan siap dipotong.Theo mengerutkan bibirnya. Dia merasa cara Kayla menatapnya dipenuhi dengan kasih sayang.Dia mengerutkan bibirnya sambil bertanya, "Kenapa melihatku seperti ini?"Kayla menjawab, "Kamu tampan."Subur sekali.Theo bukan hanya tidak merasa Kayla sedang mengejeknya, dia juga merasa Kayla sedang memujinya. Namun, setelah teringat bahwa inilah satu-satunya kelebihannya di mata Kayla, bibirnya yang terangkat pun menurun. "Kamu nggak percaya kalau aku bilang di hatiku hanya ada kamu?"Setelah berpikir sejenak, Kayla pun menjelaskan. "Sepertinya sebelum menikah kita hanya mengetahui satu sama lain, 'kan?"Bisa dibilang perkataan ini agak berlebihan. Kalau mereka kebetulan bertemu di jalanan dan Davin tidak berada di tempat, Kayla bukan hanya tidak akan menyapa Theo, tetapi juga melewatinya seperti orang asing. Satu-satunya interaksi mere
Menghadapi tatapan ganas Theo, Carlos menahan keterkejutan di dalam hatinya. Beberapa saat setelah menyesap anggur, dia pun berkata, "Bukan seperti itu, tapi kalau tubuhmu bermasalah, pergilah ke dokter. Atau kamu bisa minum obat kuat ... eh ... untuk itu."Hal seperti ini sungguh melukai harga diri pria.Sekalipun dia pernah mendebatkan hal seperti ini dengan Theo, dia hanya bercanda. Kalau sampai Theo benar-benar impotensi, dia tidak sanggup mengejek Theo seperti dulu lagi.Begitu selesai berbicara, Tuan Carlos yang biasanya tenang dalam menghadapi situasi apa pun dan tidak pernah terpengaruh oleh suasana langsung meneguk dua gelas anggur.Theo menatapnya dengan dingin, seolah-olah ingin memasukkan kepalanya ke dalam botol anggur. Theo menggertakkan gigi sambil berkata dengan jelas, "Tubuhku nggak bermasalah."Dia merasakan reaksi dan gairah yang dirasakan oleh pria, hanya saja dia selalu terhenti pada langkah terakhir."Oh." Carlos meninggikan suaranya. "Kalau tubuhmu nggak bermasal
Ibu Davin berdeham. "Menurutku nggak mungkin tiba-tiba pulang, tapi ini hanya persepsiku. Pulang atau nggak adalah urusan mereka, nggak ada urusannya dengan kita. Tapi rumah itu sangat mengerikan dan dikenal sebagai rumah berhantu di Kota Bapura. Pekerjaan apa yang kamu lakukan di sana? Jangan-jangan kamu dibohongi?"Kayla tidak tahu sejauh mana ibu Davin mengetahui soal kematian ibunya, tetapi dia memutuskan untuk bertaruh. "Bibi, kematian ibuku bukanlah kecelakaan biasa, tapi aku dan kakekku belum menemukan petunjuk yang berguna selama beberapa tahun ini. Apa ibuku mempunyai sahabat atau teman baik?"Ibu Davin lanjut merangkai bunga. "Ibumu sangat mementingkan pekerjaan. Dia bisa saja mengurung diri selama sepuluh atau setengah bulan untuk bekerja, nggak suka bergosip dan nggak main ponsel. Dia bahkan malas mendengarkan suara hujan, bagaimana mungkin membuang-buang waktu untuk bersosialisasi dengan orang lain?""Kalau begitu apakah menurutmu masalah ini berhubungan dengan Martin?"Se
Theo menghentikan aksinya, dia tampak agak frustrasi. Dia meletakkan dagunya di bahu Kayla sambil berkata dengan suara serak, "Kamu nggak suka aku menciummu? Tapi nggak heran, kamu nggak menyukaiku, bagaimana mungkin suka kucium?"Kayla tertegun.Ini adalah pertama kalinya Kayla melihat Theo mabuk berat. Biasanya Theo akan langsung tidur setelah mabuk, jangankan bicara, sekalipun Dewa datang, Dewa itu pun tidak bisa membangunkannya.Karena Kayla tidak menjawab, Theo pun diam.Keheningan melanda keduanya.Namun, keheningan ini tidak berlangsung lama. Theo mulai membuka kancing kemejanya. "Kalau begitu aku nggak akan menciummu, ayo langsung lakukan."Sepolos apa pun Kayla, dia dapat memahami maksud "langsung lakukan". Dia berkata sambil tersenyum dingin, "Oke, naiklah ke atas kasur. Berdiri seperti ini nggak nyaman."Jelas-jelas, Theo sedang mabuk, tetapi dia masih mengetahui letak kasur. Ketika hendak berjalan ke kasur, dia tidak lupa mengendong Kayla, seolah-olah takut Kayla pergi.Ses
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng