Theo berkata, "Apa kamu ...."Setelah mencoba untuk menahan diri, Theo pun berhasil mengurungkan kata "segatal itu". Dia menelan beberapa teguk air liur, bahkan urat di dahinya pun sudah berubah menjadi satu garis lurus. Setelah beberapa saat, suatu kata yang lebih sopan muncul di benaknya yang terselimuti amarah. "Nggak bisa menahan diri."Dia benar-benar sudah melupakan apa yang dia katakan pada kelinci tadi.Kayla membuka mulutnya dan berkata dengan emosi, "Itu adalah kebutuhan dasar, kenapa harus ditahan? Pertama aku nggak menjual diri, kedua aku lajang, apa aku nggak boleh mencari pacar yang normal? Selain itu, beri tahu temanmu itu untuk melepaskannya secepat mungkin, jangan mencelakai anak gadis orang."..."Untuk apa mencari psikiater? Kalau dia nggak sanggup dengan istrinya, carilah wanita lain. Bukannya alur cerita ini pernah muncul di novel pertentangan? Bos dengan pikiran dan tubuh yang suci hanya bereaksi dengan kekasih yang ditakdirkan untuknya. Bilang padanya, kalau puny
Karena dia memakai sepatuh hak setinggi enam sampai tujuh sentimeter, tingginya hampir sama dengan Karso. Selain itu, hari ini dia juga mengenakan riasaan tebal. Hanya dari segi aura saja, dia dapat memberikan tekanan besar pada Karso. "Pak Karso, kalau kamu begitu yakin, coba katakan dengan detail aku meniduri pria mana untuk mendapatkan posisi ini."Karso mengusap lehernya untuk menenangkan diri. "Apa yang ingin kamu lakukan?""Tentu saja mengundang para atasan untuk menyelesaikan masalah di depan umum. Aku nggak mengenal seorang atasan pun, jadi aku hanya bisa meminta tolong pada Pak Susanto."Kayla pasti tidak bisa mengundang mereka. Semua orang-orang itu sangat sibuk, bagaimana mungkin muncul karena masalah sepele seperti ini? Kayla hanya ingin menggertaknya."Hanya saja aku nggak tahu nanti yang nggak bisa menjelaskan adalah Pak Karso atau aku yang kamu bilang masuk dengan koneksi."Menghadapi orang seperti Karso, Kayla hanya perlu mengakui perkataannya untuk membungkam mulutnya.
Saat Kayla masih duduk di posisi semula, Bella sudah berpindah ke seberang dan berkata, "Dasar berengsek. Nathan, bukannya kita sudah sepakat hanya perlu menanyakan saja? Aku belum selesai bertanya, kamu sudah mengkhianatiku. Kayla akan mengira aku bersekongkol denganmu, sapi pun nggak bisa memakan rumput dengan tenang."Kayla yang disebut sebagai sapi pun tertegun.Nathan melambaikan tangannya pada Bella, lalu menarik bangku di samping Kayla dan duduk dengan gagah. "Mengejar wanita tentu harus dilakukan sendiri, kesannya lebih tulus. Ya sudah, karena kamu sudah membantuku memulai misi pengejaranku, kamu sudah boleh pergi membeli makanan di jalanan sebelah. Aku akan membayar tagihannya."Bella mendeliknya dengan galak. "Kalau begitu, kenapa kamu nggak tanya sendiri saja?""Kamu nggak mengerti. Kalau pria terus muncul tanpa alasan, wanita akan merasa terganggu. Jadi, aku harus menciptakan kesempatan. Karena kamu hampir merusak suasana, aku terpaksa muncul."Bella tercengang."Selain itu
Karena Kayla masih harus pergi menghadiri rapat, dia dan Bella tidak mengobrol lama.Saat ini, semua orang sudah pulang kerja, hanya dia yang hendak naik ke atas. Setelah menunggu orang-orang keluar, Kayla pun masuk ke dalam lift. Begitu menekan tombol lantai, Theo dan Axel sudah masuk.Kayla tertegun. Dia menyilangkan tangannya sambil melihat ke arah pintu lift yang memantulkan bayangan Theo. Namun, Theo sama sekali tidak melihatnya dan hanya melihat ke depan.Dia mendengus dingin, lalu berkata pada pria yang sok suci itu, "Theo, apa perusahaanmu sudah mau bangkrut? Kenapa terus menganggur dan mengejar mantan istri yang nggak ingin bertemu denganmu?"Axel memahami karakter bosnya. Kalau orang lain memfitnah Theo seperti ini, Theo pasti akan mengambil tindakan. Namun, karena orang ini adalah Kayla, Theo hanya bisa melampiaskan amarahnya padanya.Dia buru-buru berkata, "Nyonya Kayla ...."Kayla menyela, "Diam. Kalian sama-sama adalah makhluk buas yang mengerikan. Selain itu, kalau bosmu
"Nggak, kita bisa lebih cepat pulang kalau berangkat lebih awal."Ketika Kayla ragu-ragu untuk menjawab, Davin dapat menebak bahwa dia memiliki urusan lain."Kalau begitu aku pulang untuk mengemas barang-barang dulu." Pada dasarnya, ini adalah niat awal Kayla. Karena Davin menawarkan, dia pun tidak menolak.Davin berdiri sambil mengambil kunci mobil dari laci. "Ayo pergi, aku akan mengantarmu pulang. Setelah kamu mengambil kopermu, kita langsung pergi ke bandara. Kebetulan harus lewat rumahmu juga."Dengan begitu, keduanya pun meninggalkan perusahaan bersama-sama. Begitu mereka pergi, Theo yang sudah selesai membahas urusan investasi pun turun.Sejak kejadian itu, semua orang di departemen Kayla mengenalinya. Melihatnya datang, seseorang langsung berkata, "Pak Davin dan Kayla pergi ke bandara."Saat Davin melakukan serah terima pekerjaan dengan wakil manajer, mereka juga mendengarkan dari samping."Pergi ke bandara?"Theo memandangnya. Bagaimana mungkin seorang gadis berusia dua puluh
Davin segera menyadari ada yang aneh dengan Kayla. Ketika Kayla hendak pergi dari sisinya, dia langsung meraih tangan Kayla sambil bertanya, "Ada apa?"Melihat Kayla menatap mereka, Axel pun berkata dengan gugup, "Sepertinya Nyonya Kayla sudah melihat Anda."Bisa dibilang mereka seperti sedang memata-matai.Theo mengerutkan kening. "Bukan, dia bukan melihatku."Begitu selesai berbicara, Kayla langsung melepaskan tangan Davin dan berlari ke suatu tempat yang sepi.Theo memerintahkan Axel. "Hentikan dia."Davin tertegun sejenak dan ingin mengejar Kayla, tetapi ada banyak orang di sepanjang jalan. Kayla yang berlari di tengah kerumunan segera berbaur dengan kerumunan dan menghilang dari pandangannya.Kayla terus mengejar sosok langsing yang berada di kejauhan. Wanita itu tidak terlalu tinggi, sekitar 165 cm. Dia berjalan di tengah kerumunan dengan cepat, seperti seekor ikan. Sesekali, dia akan memiringkan wajahnya hingga Kayla dapat melihat sosok yang familier. Dia mengenakan gelang giok
Kayla menjawab, "Nggak mau."Bagaimana mungkin Kayla bersedia menghabiskan waktu untuk bertaruh dengannya?Theo berkata, "Kalau begitu temani aku makan sekarang juga."Kayla tertegun.Kayla mencari ponselnya untuk mengabari Davin bahwa dia baik-baik saja. Ketika tidak menemukan ponselnya, dia baru sadar bahwa ponselnya berada di dalam tas dan tasnya tidak sengaja diambil oleh Davin saat mencoba untuk menghentikannya. Saat itu, karena terlalu terburu-buru, dia langsung melemparkan tasnya pada Davin.Saat ini, Davin sedang mencari Kayla di sepanjang jalan, diikuti oleh Axel di belakang. "Pak Davin. Pak Theo mengirimiku pesan bahwa Nyonya Kayla sedikit syok, Pak Theo sudah mengantarnya pulang."Davin menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah Axel. "Theo menyuruh orang untuk memancingnya pergi?"Axel berkata sambil bersumpah, "Bagaimana mungkin? Pak Theo kebetulan melihatnya saat dia pergi. Kalau Pak Theo mengetahui ada orang yang begitu menarik perhatian Nyonya Kayla, dia sudah meleta
Kayla tahu Theo kekenyangan, tetapi dia tidak menyangka Theo akan sekenyang ini, apalagi bertahan sampai titik darah penghabisan. Dia hendak berjalan menghampiri Theo, tetapi setelah berjalan dua langkah, dia berbalik untuk membeli air di supermarket terdekat.Ketika keluar, Theo sudah selesai muntah. Dia berdiri di posisi awal dengan ekspresi tidak nyaman.Kayla menyerahkan air padanya sambil berkata, "Maaf, kalau kamu nggak sanggup makan, kamu nggak usah memaksakan diri."Pria itu mengambil air di tangannya. Setelah berkumur beberapa kali, dia pun meminum beberapa teguk air.Lehernya yang terangkat membentuk garis tipis hingga gerakan jakunnya terlihat jelas. Tulang selangkanya pun terlihat melalui kerah kemejanya yang terbuka. Dengan cahaya terang berwarna neon di belakang tubuhnya, dari sudut mana pun, dia tampak seperti lukisan yang dipoles dengan cermat.Kayla memandang Theo.Kata-kata yang Theo ucapkan ketika menghentikannya tadi muncul di benaknya. Dia otomatis teringat akan ka
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng