Menghadapi tiga tatapan dan ekspresi yang berbeda-beda, Kayla merasa agak canggung. "Sudah membaik ...."Sepertinya topik pembicaraan ini sudah berakhir. Tidak ada yang berbicara, bahkan Lusi pun berhenti menangis.Saat Kayla hendak bangkit, Theo mengencangkan tangannya untuk menahan Kayla.Jhon menggertakkan gigi. Urat di keningnya berkedut hebat, dia meninggikan suaranya untuk berkata pada pembantu di dapur, "Bawakan segelas air panas."Lusi memandang sepasang mata merah ayahnya dengan ketakutan. "Ayah, apa yang ingin kamu lakukan!"Meskipun dia otomatis mengira segelas air mendidih untuk disiapkan untuknya, biasanya ayahnya sangat menyayanginya dan tidak tega melihatnya terluka. Namun, saat ini dia tampak sangat tegang. Dia menggertakkan giginya dengan kuat dan tidak bisa menahan rasa takut di dalam hatinya.Pembantu itu mengira Jhon ingin minum air, jadi dia segera menjalankan perintah.Air baru saja mendidih dan masih mengeluarkan uap.Ayah Lusi menepuk meja kopi sambil berkata de
Dalam beberapa hari berikutnya, dugaan Bella salah, Theo tidak datang mencarinya. Bahkan dia mengetahui pelunasan utang 240 miliar itu dari Bella, Theo sepenuhnya menghilang dari kehidupannya.Sejak mereka bercerai, pergaulan mereka terputus, tidak ada yang mengungkit Theo di hadapan Kayla. Sesekali, dia akan mendengar soal Theo di berita keuangan, tetapi tidak pernah bertemu secara langsung. Dalam sekejap, sosok "Theo" ini seperti sosok legendaris yang tidak pernah muncul di hidupnya.Ketika Kayla hampir melupakan Theo, dia tiba-tiba menerima pesan dari Theo. "Jam berapa pulang kerja?"Kayla hanya melihat sekilas dan tidak membalas. Dia sedang sibuk membahas detail interior dengan desainer bangunan Dunia Mesin Waktu."Aku menunggumu di bawah Perusahaan Warly.""Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu.""Kayla ...."Ponsel Kayla terus berdering, desainer yang sedang berbicara dengan Kayla pun meletakkan buku catatan di tangannya sambil berkata, "Bagaimana kalau kamu membalasnya dulu? D
Mendengar Theo mengucapkan kalimat ini dengan santai, Kayla membelalakkan matanya dengan kaget.Meskipun Kayla tidak menyaksikan pertunjukan yang diceritakan Bella dengan mata kepala sendiri, Kayla bisa membayangkan betapa marahnya Theo saat itu. Theo sudah memberikan investasi, koneksi dan waktu, tetapi Raline malah berlagak hebat dan memilih untuk mengabaikan Theo. Selain itu, Raline juga membiarkan pria tua melecehkannya di depan umum demi mendapatkan investasi.Dengan sifat Theo, seharusnya dia melumpuhkan orang itu di tempat, tetapi dia malah berbalik pergi. Bisa dibilang dia sudah cukup menghargai Raline"Tenanglah, jangan gegabah. Suatu hari nanti kamu akan menyesali keputusanmu sendiri." Mengingat Theo pernah membantunya sebelumnya, Kayla tidak mengejek Theo, dia malah menasihati dengan tulus, "Kalau kamu ingin hidupmu bahagia, pasti akan ada sedikit noda kehidupan. Anggap saja kamu nggak mengetahui apa pun."Apa seorang penjilat masih membutuhkan harga diri? Dia sudah harus be
"Rujuk? Dengan siapa?" Carlos meninggikan suaranya. "Kayla?""Rujuk sudah pasti dengan mantan istri, kalau ganti orang namanya menikah lagi," jawab Theo dengan nada merendahkan.Carlos tersenyum sinis. Melihat pintu ruang kerja yang kerja yang terbuka, amarah di hatinya pun menyala. "Pokoknya aku nggak akan memberikan amplop lagi.""Aku juga nggak mengharapkan uang kecilmu itu.""Lalu, untuk apa kamu meneleponku? Kamu cukup pergi mendaftarkan kembali pernikahan kalian. Apa kamu mau mengadakan resepsi lagi dan mengundangku menjadi pendampingmu?""Hubungan percintaanmu dipenuhi dengan lika-liku, nggak cocok diundang menjadi pendamping pengantin pria. Aku hanya mengabarimu saja.""Haha." Kali ini Carlos benar-benar tertawa, tetapi tawanya terdengar sangat dingin. "Aku nggak akan menyisir rambutmu, untuk apa kamu memedulikan apakah hubunganku dipenuhi dengan lika-liku? Kelak jangan meneleponku karena urusan pribadi."Setelah berkata demikian, dia langsung mengakhiri telepon.Menghadapi sik
Kayla menelusuri berita soal pemulihan status pernikahannya dengan Theo untuk mencari tahu dari mana rumor ini berasal, tetapi dia tidak menemukan apa pun.Lupakan saja, mungkin berita ini disebarkan oleh seseorang yang kurang waras. Lagi pula, tidak menimbulkan kerugian fatal. Jadi, dia pun mengabaikan hal ini dan melempar ponselnya ke samping.Sesampai di rumah, Bella meneleponnya. Jeritan kaget Bella hampir memecahkan gendang telinganya. "Kamu akan rujuk dengan Theo?""Nggak ....""Buat aku kaget saja. Kupikir kamu berubah pikiran karena 600 miliar itu dan ingin kembali menjadi nyonya besar dari keluarga kaya."Kayla agak lapar. Dia menyalakan pengeras suara di ponselnya, lalu memasak mi sambil mengobrol dengan Bella. "Apa aku nggak memenuhi standar untuk menjadi nyonya besar?"Selain tidak tersedia dapur, apartemen ini juga tidak memperbolehkan penghuni untuk menyalakan api. Jadi, dia membeli kompor listrik. Sesekali kalau dia lapar dan malas pergi membeli makanan, dia pun memasak
Sebelum Theo merenungkan jawaban dari pertanyaan Kayla, Kayla sudah berhasil memancing amarahnya. "Kayla, apa begini caramu bertanya pada orang? Kamu bahkan nggak memberiku waktu dua detik untuk mempertimbangkannya, tapi sudah langsung membuat keputusan sendiri."Kayla berdiri dan mengambil mangkuk mi itu. Dia menuangkan mi yang tersisa ke tempat sampah. "Kalau masih perlu dipertimbangkan, berarti bukan cinta sejati, melainkan hasil setelah dipertimbangkan secara maksimal."Ini adalah pertama kalinya Theo yang begitu bermartabat begitu emosi. "Intinya kamu nggak mau rujuk, nggak ada hubungannya dengan perasaan. Semua itu hanyalah alasan, kamu nggak peduli dengan jawabannya!""Sepertinya kamu cukup memahamiku." Sembari berbicara, Kayla sudah membukakan pintu, seolah-olah ingin mengusirnya.Theo memampangkan ekspresi dingin dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Matanya masih tertuju pada semangkuk yang baru dimakan beberapa suap, tetapi sudah dibuang ke tempat sampah. "Ya sudah kalau n
Keesokan harinya adalah hari Minggu.Kayla dan Evi sepakat untuk pergi berjalan-jalan. Mereka membuat janji ini beberapa hari yang lalu. Awalnya, Kayla masih agak ragu-ragu, bagaimanapun dia sudah bercerai dengan Theo. Kalau dia masih begitu dekat dengan ibu mertuanya, orang-orang akan salah paham.Namun, Evi berkata, "Karena kamu bercerai dengan Theo, kamu nggak menginginkan ibu angkatmu lagi?" Mendengar kalimat ini, Kayla pun mengurungkan kata-kata penolakan yang hendak dia ucapkan.Keduanya sepakat untuk bertemu di pintu masuk mal terbesar di Kota Bapura. Evi memegang tangan Kayla, lalu melirik tubuhnya dari atas sampai bawah. Tidak ada sepotong pakaian bermerek pun di tubuhnya. "Berapa banyak uang yang berengsek itu berikan padamu saat bercerai?"Sebelumnya, dia mengetahui perceraian mereka melalui berita di internet. Theo bahkan tidak mendiskusikan hal ini dengannya, apalagi soal perjanjian perceraian.Kayla menjawab, "Sebelum kami menikah, Pak Theo membantuku melunasi utang ...."
Setelah berbelanja seharian, keduanya sudah kelelahan dan memutuskan untuk masuk ke sebuah kafe.Evi bertanya, "Mau makan apa?"Kayla mengklik aplikasi untuk menemukan makanan lezat di dekat sini. Begitu aplikasi terbuka, dia mendengar seseorang memanggilnya dari belakang. "Kayla."Dia berbalik dan melihat orang yang datang adalah Nathan, mereka sudah tidak bertemu selama beberapa hari.Nathan mengenakan setelan olahraga yang rapi, sepatu bot dan celana panjang. Sekalipun dia sedang memegang secangkir kopi, pakaiannya tidak cocok dengan suasana elite di sekitarnya. Dia melihat Kayla dan Evi yang sedang duduk bersama.Dia tahu bahwa Evi adalah ibu Theo, mereka pernah bertemu di depan apartemen Kayla. Namun, dia tetap mengangguk dengan sopan. "Bibi."Sekilas, Evi tahu bahwa Nathan adalah saingan putranya. Dia memandang Nathan dengan saksama. Nathan adalah pria yang tampan, berasal dari keluarga terhormat, menyukai Kayla, pandai berbicara dan memiliki senyuman yang memikat ....Makin dili
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng