Begitu mengakhiri telepon, Theo sama sekali tidak melirik Kayla dan langsung masuk ke dalam mobil.Melihat Kayla selangkah lebih lambat, Theo pun berkata dengan kesal, "Kenapa, apa aku perlu membukakan pintu untuk mempersilakanmu masuk?"Meskipun nada bicaranya galak, tidak terkandung amarah di suaranya, sepertinya dia hanya ingin melampiaskan kekesalannya.Kayla memukul keningnya dengan kuat. Terdengar suara "puk", kulit yang dipukul memerah. Hanya didengar dari suara ini saja, bisa dibayangkan sekuat apa pukulannya.Memang benar, cuaca yang dingin ini menghambat pikirannya. Daripada berpikir bahwa dirinya sudah menindas Theo, lebih baik dia percaya bahwa di dunia ini ada hantu.Dia membuka pintu dan masuk. Saat matanya melirik pembatas di antara kursi pengemudi dan kursi penumpang, dia otomatis mengangkat tangannya untuk mengusap lehernya yang pegal.Apa mungkin dia menyodorkan tubuhnya ke posisi yang begitu tidak nyaman?Theo menyadari tatapannya. "Kalau tahu kamu begitu nggak tahu
Hari keenam Tahun Baru.Hampir semua kerabat sudah dikunjungi. Besok, orang-orang akan kembali bekerja. Hardy mengajak semua karyawannya berkumpul di lapangan golf.Awalnya, mereka berencana pergi mendaki gunung, tetapi sudah beberapa ini terus hujan dan jalanan sangat licin. Selain itu, juga ada beberapa staf yang sudah tua. Jadi, mereka memutuskan untuk melakukan olahraga yang lebih ringan, seperti bermain golf.Mereka yang tidak suka main golf bisa berjalan-jalan di sekitar.Kayla tidak menyangka akan bertemu dengan Davin dan Carlos di sini.Mereka memakai pakaian olahraga, sepertinya keluar dari lapangan, bahkan kening mereka masih berkeringat.Davin yang duluan melihatnya pun berkata, "Kayla, kebetulan sekali, kamu datang main golf juga?"Kayla menjawab, "Acara kantor."Melihat tubuhnya masih kering, Davin pun tahu dia baru saja tiba. Davin mengangkat dagu untuk menunjuk lapangan. "Ayo main satu ronde?"Kayla tidak tertarik pada golf, dia langsung menggelengkan kepala untuk menola
"Menjadi desainer di proyek Dunia Mesin Waktu. Biaya desain 40 miliar, nggak harus pergi bekerja di tempat dan boleh menentukan jadwal rapat. Selain itu, juga boleh mengambil gaji di awal.""Ehem ...." Bella tersedak. Begitu tersadar dari renungannya, dia langsung berkata, "Apa kamu bodoh? Apa yang perlu dipertimbangkan dari pekerjaan sebagus ini? Langsung terima saja. Bos mana yang begitu murah hati ... Dunia Mesin Waktu, Dunia Mesin Waktu." Bella menyebut nama ini beberapa kali, lalu menatap Kayla dengan kaget sambil mengedipkan mata. "Bukankah ini proyek Keluarga Warly? Davin yang mencarimu?""Gajinya terlalu tinggi?"Kayla tidak memahami industri itu. Kalau gaji ini jauh lebih tinggi dari harga pasar, dia tidak akan terima.Meskipun dia kekurangan uang, dia tidak ingin menggunakan cara ini untuk mendapatkan uang."Biasa saja, nggak termasuk tinggi, tapi proyek ini akan memengaruhi nilai jualmu. Kalau hasilnya bagus, kamu akan langsung terkenal dan kamu bisa memanfaatkan kesempatan
Dalam sekejap, napas Martin menjadi lebih berat. "Kayla, siapa yang menyuruhmu pergi menguji DNA? Kamu lebih memercayai mesin daripada ayahmu sendiri?"Kayla mengangkat amplop berwarna coklat itu ke cahaya yang berada di atas kepalanya. Dia mencoba melihat hasil pengujian dari luar. "Menurutmu aku punya ayah tiri karena mempunyai ibu tiri atau aku memang punya ayah tiri?"Martin menarik napas dalam-dalam. "Kayla, aku tahu bibimu nggak terlalu memperhatikanmu selama ini dan hubunganmu dengan Viola juga kurang baik. Wajar kalau kamu menyalahkanku, tapi kamu nggak seharusnya kamu mencurigai apakah kamu adalah anak kandungku ....""Aku juga merasa begitu, jadi aku datang melakukan tes. Kebetulan kamu meneleponku, aku akan membacakan hasilnya padamu.""Kayla ..." seru Martin untuk menghentikan Kayla. Jeritannya sangat keras hingga tarikan nadanya pun berubah.Terdengar suara "sret".Kayla langsung merobek amplop coklat itu agar Martin dapat mendengar dengan jelas. Setelah membaca sekilas an
Lusi memanyunkan bibirnya dan tidak berani menjawab lagi. Saat itu, dia terlalu gegabah. Setelah dipikir-pikir, dia pun merasa takut. Dia menoleh ke arah Theo dengan hati-hati, makin dilihat, dia makin bahagia.Saat itu, selain Theo, tidak ada yang berani menyelamatkannya. Bisa dibilang ini adalah takdir.Gadis itu tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada Theo, Kayla menyadari hal ini. Dia mengalihkan pandangannya dan lanjut memesan makanan.Melihat Theo datang, Kayla hanya kaget sejenak dan ekspresinya segera kembali normal. Oleh karena itu, Davin pun tidak mengajaknya untuk pindah meja. "Kayla, kapan kamu berencana untuk memindahkan makam kakekmu? Kakekku mengenal seorang ahli fengsui yang sangat hebat. Kalau perlu, kita bisa mengajaknya pergi ke Kota Gabara atau memindahkan makam kakekmu ke Kota Bapura. Dengan begitu, kamu bisa sering-sering mengunjungi kakekmu."Kayla tidak mengatakan bahwa makam kakeknya sudah dipindahkan oleh seseorang yang tidak tahu malu. "Nggak perlu, terim
Setelah Theo berkata demikian, suasana menjadi hening. Namun, Theo sama sekali tidak merasa ada yang aneh, dia menyesap anggur merah dengan elegan.Akhirnya makanan Kayla disajikan. Pelayan yang mengenakan jas dan dasi meletakkan sepiring steik mewah di depan Kayla, lalu menjauhkan jari-jarinya yang panjang dan ramping dari tepi piring.Kayla mendongak untuk melirik pelayan itu. Dia adalah seorang anak laki-laki yang muda dan tampan. "Tanganmu indah sekali?"Bukan hanya indah, tetapi sangat cocok untuk dijadikan model.Kemarin, Owen memposting cerita bahwa dia sedang mencari tangan laki-laki untuk dijadikan pengganti. Kalau dia belum menemukan orang yang bisa dijadikan model pengganti itu, Kayla berencana untuk merekomendasikan anak ini padanya.Pelayan yang dipuji itu tertegun hingga wajahnya merona. Meskipun ini bukan pertama kalinya seseorang memuji tangannya indah, tidak pernah ada pelanggan yang memujinya di depan umum seperti ini, apalagi pelanggan ini adalah wanita cantik. "Teri
Kayla mengerutkan bibirnya, lalu memiringkan kepala sambil memandang Theo dengan sinis. "Pak Theo, kalau aku nggak bekerja, bagaimana bisa aku membayar utang 600 miliar itu?"Theo tertegun sejenak. "Aku nggak memintamu membayarnya."Dia meminta Kayla membayar utang itu agar Kayla berhenti mengajukan cerai. Namun, setelah Kayla bersikeras ingin cerai, dia pun tidak mengungkit masalah ini lagi. Dia bahkan tidak menambahkan syarat itu dalam perjanjian perceraian, tetapi saat itu Kayla sangat terburu-buru ingin melepaskan diri darinya dan langsung menandatangani tanpa membaca isinya.Mendengar perkataan Theo, Kayla agak kaget. Setelah beberapa saat, dia pun berkata dengan tenang, "Lebih baik kubayar saja. Dulu aku juga bilang ingin pinjam.""Jadi, kamu sudah memutuskan untuk bekerja di perusahaan Davin?""Ya."Theo menatapnya sambil tertawa pelan. "Demi uang atau orang?"Amarah meluap di mata Kayla. Tepat ketika Theo mengira Kayla akan mengejeknya, Kayla malah merampas kontrak di tangannya
Keesokan siang, di Studio Yunox. Hardy memanggil Kayla yang baru saja menyantap makan siang. "Key, ayo pergi minum kopi, ada yang ingin menemuimu."Hardy tidak mengatakan siapa yang ingin menemuinya, tetapi ketika mobil memasuki jalan melingkar, dia pun tahu.Sesampai di dalam ruang pribadi, terlihat seseorang yang biasanya hanya bisa dilihat melalui wawancara di siaran TV. "Pak Susanto."Kurator museum nomor satu di dalam negeri.Susanto memandangnya dengan ramah. "Aslinya lebih muda dan lebih cantik daripada di TV. Melihat anak muda berbakat sepertimu di industri ini, rasanya senang sekali."Kayla berkata, "Pak Susanto, Bapak terlalu memuji. Aku masih harus banyak belajar dari Bapak. Ketika kakekku masih hidup, beliau selalu mengingatkan satu hal padaku. Kalau punya kesempatan, aku harus melihat barang antik yang pernah Bapak perbaiki. Dengan begitu, aku akan mengetahui di mana batas tertinggi industri ini."Susanto tertawa terbahak-bahak, lalu berkata dengan rendah hati, "Kebetulan
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng