Share

21. Katakan

Penulis: Jana Indria
last update Terakhir Diperbarui: 2021-02-27 19:40:00

"Hei ....!" Alman berteriak, tampak wajahnya tak suka saat mendengar apa yang baru saja Rere katakan tentang dirinya. 

"Alman, aku tidak yakin kamu akan kesepian di sana, kamu tahu tidak? Orang Palembang itu banyak yang cantik, mereka berkulit putih, berhidung mancung, dengan etika yang jempol, aku tidak percaya jika sampai melewatkan pesona mereka. Kamu carilah satu, lalu kau nikah. Biar aman hidupmu."

"Hahahaha. Setelah kau menolakku lalu sekarang kau mau aku menikah secepatnya, wow ... terimakasih doanya." Sahut Alman dengan nada setengah mengejek.

"Aku tahu kamu, Man. Malah aku lebih paham dirimu bila di bandingkan dengan Dewa. Jadi aku yakin kamu pasti akan mendapatkan perempuan cantik itu dalam waktu tidak lama." Rere kembali menjelaskan, karena dia yakin dengan apa yang ada dalam pikirannya pasti akan terjadi.

"Jadi sekarang, kau mulai membandingkan aku dengan Dewa. Ah, sudahlah. Kamu sudah nggak asyik,

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pacar Sejuta Umat   22. Ina

    Ina terdiam, ia terlihat sedang meremas kedua tangannya, tampak sekali kalau dia sedang berperang sendirian."Na. Aku berjanji, apa pun nanti yang akan kamu katakan, tidak akan merubah sikap ini kepadamu, malah itu bisa saja membuatku semakin berhati-hati, percayalah." bujuk Rere saat melihat perempuan yang sekarang menggunakan lagi hijabnya itu, tampak gelisah."Aku hanya takut bila ibu nantinya akan menganggap saya tukang ngadu dan bila apa yang saya ucapkan tidak benar benar terjadi, bakalan menjadi fitnah .... Tapi sumpah Bu, saya benar benar mendengarnya.""Tidak, aku tidak bakalan melakukan apa yang kau pikirkan saat ini. Jadi cepatlah, katakan apa yang kau dengar, waktuku tidak banyak." Desak Rere, matanya sesekali melirik jam tangannya dengan gelisah.Setelah meragu, akhirnya Ina pun memberanikan diri bercerita walau dengan terbata bata menceritakan kepada Rere apa yang tadi di dengarnya saat p

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-28
  • Pacar Sejuta Umat   23. Awas kau!

    Rere tersenyum saat mendengar pertanyaan dari si perempuan, sungguh miris, dia yang ngaku beruang tapi tidak mempunyai rasa malu.Apalagi saat melihat si perempuan yang tak juga pindah dari pangkuan Dewa, mungkin kehadirannya dianggap angin saja oleh kedua orang yang sedang jatuh cinta itu.Perlahan Rere melangkah mendekat dan duduk di kursi depan mereka hanya saja di batasi oleh sebuah meja yang berbentuk segi empat. Dengan sebuah taplak meja berwarna kuning gading dan sebuah vas bunga di tengahnya."Kenalkan, Diana ini Dewi, dia adalah partner kerja aku dalam mengambil keputusan untuk perusahaan." Ujar Dewa sambil sesekali memagut mesra bibir si perempuan, namun matanya melirik Dewi yang berada di depannya."Kenapa harus bermitra dengan dia. Bukankah perusahaan ini milikmu." Rengek manja si perempuan, dilihat dari wajah mungkin usianya lebih tua dari Dewa, dengan polesan make up yang tebal, dan baju yang s

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-01
  • Pacar Sejuta Umat   24. Elang

    Rere tersenyum saat melihat Dewa yang ada di dalam mobil sedang menunggunya dengan wajah penuh kesal."Bisa cepat nggak, sih?!" Tanya Dewa dengan kening mengkerut dan terus saja menggerutu, saat Rere sudah duduk di sampingnya.Rere terdiam, sepertinya tak ada niat untuk menjawab, dengan meletakkan kedua tangan di atas tas yang ia letakkan di atas pangkuannya. Rere merobohkan punggung ke sandaran jok, kemudian memandang ke luar mobil dengan arah yang berlawanan dari posisi Dewa.Membiarkan Dewa terus saja menggerutu tak karuan, hingga akhirnya diam dengan sendirinya, mungkin sudah capek. Dan itu membuat Rere bersorak dalam hatinya.Hingga sampai ke tempat yang mereka tuju, keduanya masih menunjukkan sikap saling tak perduli, saling diam antara satu dengan yang lainnya.Rere membiarkan Dewa keluar dan langsung melangkah tanpa menoleh ke arahnya."Makasih, pak T

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-01
  • Pacar Sejuta Umat   25. Kepo

    "Kamu, serius kenal Elang, Dew?" Tanya Dewa saat mereka berdua sudah di dalam mobil, perjalanan kembali ke kantor. Tampaknya dia penasaran banget pada hubungan Rere dengan Elang."Iya ... emangnya kenapa? Kepo!" Rere menjawab pertanyaan Dewa dengan nada datar tapi ketus, matanya menatap Dewa dengan wajah selidik.Dengan menarik nafas panjang dan membuang muka ke arah luar jendela mobil, Dewa tak menjawab apa yang Rere katakan tadi. Entah kenapa ada yang sakit di gumpalan sudut hatinya. Nyeri tapi tak berdarah.Kini pandangan berbeda di dapati di dalam mobil, Rere yang sedang memainkan ponselnya tampak bahagia dengan senyum menghiasi bibir sedangkan Dewa yang sesekali melirik Rere, menunjukkan muka kesal."Kita langsung balik, pak Dewa?" Tanya pak Tik dengan ramah walau tak menolehkan wajahnya ke belakang, karena sedang fokus dengan kemudi."Iya!" Jawab Rere."Tidak!" Sahut Dewa.Mereka

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-02
  • Pacar Sejuta Umat   26. Untuk Ina

    "Ayo kita pergi!" Rere yang sudah siap keluar dari ruangannya, langsung mengajak Ina tanpa menghentikan langkahnya.Sesuai dengan apa yang tadi Rere ucapkan pada sekretarisnya itu, siang ini, ia ingin mengajak Ina ke suatu tempat untuk lebih menjalin kedekatan antara atasan dengan sekretarisnya."Mau kemana, Bu?" Tanya Ina yang rupanya sudah siap juga, dirinya langsung berdiri dengan tas menggantung di bahu kiri."Jangan banyak tanya, yang penting kamu ikut aja, Ayo!" Ujar Rere terdengar ketus.Ciut nyali Ina saat mendengar jawaban yang tak pernah ia duga sebelumnya dari si boss, sambil melirik penuh tanda tanya, Ina mengikuti arah langkah bossnya."Na, kamu duduk di depan saja." Suruh Rere, saat mereka sudah berada di samping mobil yang dikendarai si Udin."Din ... tolong antar ke mall yang kemarin, ya." Pinta Rere saat dirinya sudah masuk dan duduk di jok belakang mobi

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-03
  • Pacar Sejuta Umat   27. Semangat Ina

    Ucapan Rere sontak membuat Ina terdiam, tangan yang awalnya hendak membuka pintu mobil, berhenti bergerak. Mungkin dia sedang bertanya tanya didalam hati, bagaimana Rere bisa tahu dengan rumor yang terjadi selama ini di kantor.Tiba tiba terdengar suara Ina terisak. Membuat Rere terenyuh, tangannya terulur menepuk bahu Ina berulang kali, untuk sekedar bersimpati."Sabar ya, Ina. Kenapa kamu kok sedih, harusnya kamu tunjukkan pada yang ngomongin di belakang sana, kalau kamu tidak seperti yang mereka katakan." Rere menguatkan hati Ina.Omongan tentang Ina yang anak orang miskin, namun berhasil langsung berkarir menjadi sekretaris, ternyata membuat iri beberapa karyawan.Rere sempat mendengar omongan itu, tadi pagi, ketika dia baru saja menginjakkan kakinya di lobi kantor.Pedas sekali mulut orang iri, semua di bahas termasuk dengan busana usang yang di pakai Ina, yang notaben

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-04
  • Pacar Sejuta Umat   28. Kejutan Alman

    "Ada apa, Dyah?" tanya Rere yang baru saja sampai, melewati ruangan Dewa dan melihat sekretaris Dewa sedang berdiri dengan raut wajah cemas. Seperti ada yang sedang di tunggunya.Dyah mendekat dengan langkah cepat, namun begitu sampai di samping Rere yang masih berdiri di depan mejanya, Dyah hanya bisa meremas kedua tangannya sendiri. Matanya menatap Rere dengan pandangan yang berbeda."Ada apa? Langsung ngomong aja, jangan bikin aku ikutan panik dong, Dyah." seru Rere yang tak sabar dengan sikap Dyah yang masih takut takut kepadanya."Anu, Bu ... pak Dewa." Dengan sedikit tergagap Dyah menjawab."Ada apa dengan, Dewa?"Dyah lebih mendekat pada Rere dan dengan suara pelan membisiki. Sesuatu di telinga Rere.Sontak bibir Rere hanya bisa membentuk huruf 'o' kecil dengan sesekali menganggukkan kepala."Gimana, Bu?" Tanya Dyah lagi dengan mata mulai berkaca kaca. Dengan kedua tangan yang bertaut dan bergerak tak beraturan."Ten

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-07
  • Pacar Sejuta Umat   29. Maafkan

    "Nikah! Itu yang harus kamu lakukan. Kalau tidak sanggup, jauhi saja. Jangan memberikan seseorang harapan palsu, itu menyakitkan." Jawab Rere yang memasukkan sesendok nasi dan lauknya ke dalam mulut Alman.Tak ada kotak nasi yang tersisa lagi, karena Rere hanya memesan tiga bungkus saja tadi. Untuk dirinya sendiri dan kedua sekretarisnya."Tapi ...." Alman hendak menyanggah ucapan Rere, namun terhenti karena melihat perempuan di depannya sudah melotot, saat melihat mulutnya masih penuh, membuatnya hanya tersenyum sambil mengunyah makanan."Kamu tahu nggak, Man? Betapa indahnya saat nanti kita pacaran setelah menikah, semua yang awalnya dosa, akan berubah menjadi pahala dan rejeki." ujar Rere sambil memandang lekat pria pemilik mata yang sangat ia sukai."Mana aku tahu, kamu juga jangan sok tahu, deh!" Sungut Alman, yang kembali membuka mulutnya ke arah Rere."Aku tahu, Man. Banyak ustad

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-09

Bab terbaru

  • Pacar Sejuta Umat   99. Ending

    "Mbak ...." panggil Mak dari arah luar pintu, kedua tangannya membawa baki berisi piring yang kemudian dia letakkan di atas meja."Yang lainnya biar aku yang ambil, Mak," ujar Dewa yang segera berlari ke luar pintu, menuruni tangga, kemudian naik lagi ke atas dengan tangan kanan membawa dua botol minuman air mineral yang terlihat basah karena dingin. Dan keranjang buah."Mak, sini. Kita makan bersama? Looo kok piringnya cuma dua?" tanya Dewa saat melihat di atas meja."Saya sudah makan tadi, tuan, maaf."Dengan sedih Mak meminta maaf karena sudah membuat Dewa dan Rere kecewa."Nggak pa-pa kok, Mak."Dewa tersenyum, dia tak ingin membuat Mak merasa bersalah hanya karena masalah sepele."Dan ... jangan panggil saya dengan sebutan tuan, mas aja, ya." pinta Dewa dan kali ini ditanggapi oleh senyum dan anggukan Mak sebagai jawaban dari permintaan Dewa padanya.Dewa dan Rere pun segera menikmati makan si

  • Pacar Sejuta Umat   98. Segar (21+)

    Dari samping tubuh Rere, Dewa sedikit membuka kancing atas daster yang istrinya pakai, hingga tampaklah dengan jelas di depan matanya bukit lembut, kenyal dan indah yang menawarkan wangi sabun.Dewa mengulum dua pucuk bukit berwarna merah itu dengan lembut, secara bergantian. Suara khawatir Rere yang tadinya terdengar kini berganti dengan erangan manja.Tangannya pun tak mau kalah, meremas dan memilin, hingga membuat desahan Rere semakin terdengar."Mas ...," ujar Rere di sela sela rintihan akibat kenikmatan yang Dewa berikan.Tak ingin bermain kasar dan cepat, Dewa sengaja membuka baju atau pun celana dari tubuh istrinya, teringat pesan dari dokter tadi di rumah sakit, dia harus bermain pelan.Dia ingin istrinya merasakan lebih dulu kenikmatan sentuhan agar istrinya bisa lebih tenang."Mas ...."Dewa tersenyum, akhirn

  • Pacar Sejuta Umat   97. Mas, mmm ....

    "Mak sama siapa?" tanya Rere, dengan mata berbinar melihat orang yang berdiri di hadapannya."Sendirian, mbak. Soalnya kan Nur masih sekolah." Mak menjawab sambil melangkah mendekat dan langsung memeluk Rere."Terima kasih," ujar Rere pada Dewa sesaat setelah mengurai pelukannya dengan Mak."Hu um." Singkat dan padat Dewa menjawab."Aku bawa Rere ke kamar dulu ya Mak," ujarnya, kemudian mendorong kursi yang diduduki Rere masuk ke dalam.Mak hanya mengangguk dan menutup pintu kemudian mengikuti Dewa yang membawa Rere dari belakang punggungnya."Mak, dua hari lagi saya balik ke Jakarta, tolong jaga Rere ya. Jangan sampai keluar dari kamar," pesan Dewa sambil terus mendorong kursi roda."Kok gitu sih, Mas?!" protes Rere dengan nada tidak suka."Selama seminggu kamu harus banyak istirahat, jaga nutrisi buat anak kita. Aku tidak mau lagi melihat kamu seperti ini." Dewa menjelaskan alasannya kenapa harus

  • Pacar Sejuta Umat   96. Maaf

    Rere terjaga saat badannya seperti sedang dipeluk oleh seseorang."Mas ...!" serunya kaget, Dewa sudah berbaring di sebelah, dengan tangan mengukung pinggangnya."Biarkan seperti ini, aku kangen banget, Re," pinta Dewa dengan mata terpejam. Sesekali dia menciumi wajah Rere."Malu, Mas. Bagaimana nanti kalau perawat jaga datang ngontrol?" Rere menggerak gerakkan badannya, mencoba melepaskan diri dari kung- kungan tangan Dewa."Mereka sudah datang tadi, pas kamu tidur, jadi aman.""Tapi sempit, Mas.""Apa kamu mau aku menghukummu di sini, sekarang?" ancam Dewa, terdengar sangat menyeramkan di telinga Rere."Memangnya aku punya salah apa?""Tidak usah sok bego, Revia Dewi Ananta. Diam dan tidurlaah." Dewa mulai berkata tegas.Rere terdiam, terasa ada sesuatu yang lembut menciumi cerug lehernya berulang kali, hingga menciptakan senyum yang tak lekang di bibirnya.Matanya menatap langit langit kamar, sunggu

  • Pacar Sejuta Umat   95. Alhamdulillah

    "Mau ke mana, Yang!" tanya Dewa yang baru saja keluar dari kamar mandi yang letaknya di depan ranjang rawat Rere. Dan langsung memergoki istrinya yang seperti hendak turun dari ranjang."Aku ...." Rere sontak tergagap, tangannya yang hendak melepaskan selang infus dari lengannya, perlahan turun kembali ke samping badannya.Tampak sekali betapa kagetnya Rere saat tahu kalau ada Dewa yang sedang menemaninya.Selimut yang tadi ia hempas ke samping ranjang, terpaksa dia tarik lagi dengan perlahan. Membuat Dewa yang melangkah mendekatinya hanya bisa menggelengkan kepala perlahan melihat kelakuan Rere."Kau ingin apa, minum? Atau mau makan?" tanya dewa yang berdiri di samping ranjangnya, tangannya memperbaiki posisi letak selimut yang ada di kakinya.Rere tak menjawab, entah kenapa kali ini dia kembali duduk dari tidurnya, kemudian dengan mendorong tiang infus, melangkah menuju ke kamar mandi."Apa mau aku bantu?" Dewa masih berusaha m

  • Pacar Sejuta Umat   94. Pulang, Nia.

    Dewa hanya bisa terus menerus menatap sang istri yang tertidur karena obat, tangannya menggenggam erat jemari Rere.Entah apa yang ada di dalam benak lelaki tampan itu. Sesekali tangannya yang bebas mengusap perut di mana ada calon anaknya. Dengan mata berkaca kaca, pandangannya menatap nanar pada sang istri."Aku sudah menghubungi pak Bagas, beliau memintamu untuk jangan dulu menghubungi keluarga yang di Surabaya, karena pak Satria baru saja di perbolehkan pulang." Alman yang masuk ke dalam ruangan, dengan suara pelan, langsung memberikan laporan."Bagaimana kondisinya?" tanya Alman lagi, matanya ikut menatap sang sahabat yang terbaring. Berdiri di samping kursi yang Dewa duduki."Dia hanya butuh istirahat dan tenang," jawab Dewa."Ya, aku pikir juga seperti itu,""Sekarang bagaimana caranya untuk membuat dia tetap tenang saat tahu aku ada di sini." Tampaknya Dewa masih sangat kepikiran dengan masalah yang di alaminya dengan san

  • Pacar Sejuta Umat   93. Rere

    "Mbak Wita, tolong bantu mbak Dewi masak ya," pinta Vera pada seorang perempuan yang sepertinya dari tadi hanya mengawasi saja, orang orang yang seliweran bekerja di dapur, saat itu."Masak apa, mbak?" tanya wanita yang tadi dipanggil Wita oleh Vera, kepada Rere."Biarkan dia yang menentukan menunya, tolong di maklumi orang lagi ngidam," jawab Vera sambil tersenyum, yang langsung di iyakan oleh Wita.Seketika terdengar dengungan orang yang berkata 'o'."Kalian mau makan apa?" tanya Rere pada Vera, dengan tangan yang sibuk menggunakan bib apron, salah satu celemek paling umum yang biasanya dipakai oleh para koki."Apa saja boleh kok, Mbak,"jawab Vera yang kemudian pamit untuk duduk bersama kekasihnya, Faisal.Baru lima belas menit Vera duduk, seorang karyawan datang membawa minuman ke meja, Vera langsung mengenduskan hidung ke udara saat tercium aroma yang sanggup membuat orang lapar."Dengan jarak yang sedemikian jauh, mbak Rere

  • Pacar Sejuta Umat   92. Ngidam masak

    "Pagi, mbak ...," sapa Faisal yang datang pagi itu untuk menjemput Vera dan Rere.Rere setuju untuk membantu Vera di bagian keuangan cafe yang dirintisnya, karena selama ini Vera cukup direpotkan, semuanya harus dia sendiri yang handle."Sudah sarapan, Sal?" tanya Rere yang baru saja keluar dari pintu pagar, kepada Faisal yang juga tengah membantu Vera meletakkan barang di bagasi mobilnya."Kami biasa makan bersama, mbak. Hanya di saat itu yang bisa kami nikmati berdua." Vera membantu menjawab pertanyaan Rere kepada Faisal, kekasihnya."Mmm ... Sepertinya itu bisa kutiru nanti," sahut Rere. Yang di sambut senyum bahagia Vera dan Faisal.Tanpa mereka bertiga sadari, di seberang jalan, sepasang mata rindu milik Dewa sedang mengawasi Rere dari dalam mobil.Andai saja tidak memikirkan resiko, Ingin rasanya Dewa segera terbang menemui sang istri, apa lag

  • Pacar Sejuta Umat   91. Salah sangka Alman.

    "Hai .... Wa!"Dewa yang saat itu tengah terpekur menatap layar komputer, langsung mendongakkan kepalanya saat mendengar suara orang yang menyapa bersamaan dengan bunyi derit pintu yang dibuka."Alman, ada perlu apa datang ke sini? Bukannya dua minggu lagi kamu akan nikah?" sapa Dewa yang langsung berdiri dengan wajah ceria, membuka tangannya untuk menyambut saat tahu siapa yang datang siang itu."Brugh!"Dewa yang tak menyangka dapat serangan tiba tiba, hanya bisa pasrah menerima pukulan keras di rahangnya."Apa yang sudah kau lakukan pada Dewi?"Dengan tangan meraba pipi yang tadi di pukul Alman, Kening Dewa mengernyit, mendengar pertanyaan dari sahabatnya yang baru datang itu, bagaimana Alman bisa tahu kalau dirinya sedang bermasalah dengan Dewi."Aku ....""Brugh ....!"Belum selesai Dewa menjelaskan, Alman kembali melayangkan pukulannya di tempat yang sama, di wajah Dewa.D

DMCA.com Protection Status