Papan peringatan kematian berisi foto-foto para pahlawan yang tidak kembali, beberapa keluarga mulai menghadiri peringatan berduka di depan kantor Aliansi pahlawan di Asia, tepatnya di kota Guanjing.Satu persatu dari mereka meletakkan bunga di papan peringatan itu. "Anakku!! Mengapa kau pergi semudah ini?" Seorang ibu engan pakaian berkabung menepuk dadanya. Ia merasa sesak melihat tawa di foto putranya yang kini dinyatakan telah tiada."Huhuhu.... Huhuhu.... Sayang, sebentar lagi anak kita akan lahir!! Mengapa kau meninggalkan kami?" seorang wanita muda yang tengah hamil tua duduk bersimpuh dengan derai airmata."Ayah... Ibu... Bagaimana nasib aku dan adik?" Bahkan seorang anak laki-laki sedang memegang tangan adiknya yang masih kecil. Adiknya terlihat tersenyum menatap kakaknya yang sedang menangis, bahkan tangan kecil itu mengusap lembut airmata di wajah sang kakak."Huhuhu.... Huhuhu..." Si kakak semakin menangis karena melihat wajah polos adiknya. "Kakak, jangan menangis nanti
Rama telah sampai di pusat negara Guanjing, ibukota Xianxi. Beberapa bangunan roboh, portal-portal terbuka. Pasukan Jien menyerang siapapun yang mereka temui. "Gen Yang!! Cepat lakukan sesuatu, aku sudah tidak bisa menahan kekuatan mereka!!" teriak Huan Zou, pahlawan Fighter peringkat B. Ia menatap Gen Yang yang sedang merapalkan mantra sihirnya. Beberapa dari anggota timnya telah jatuh dan tidak sadarkan diri. "Seeeeeetttt, tap!! Wush!!" Gen Yang membentuk sihir api yang besar, ia kemudian mengarahkannya kepada pasukan Jien. "Jurus bola api neraka!!" teriak Gen Yang, ia bahkan memuntahkan darah karena memaksa jurus itu keluar. "Uhuk!! Uhuk!!""Gen Yang kau tidak apa-apa?" tanya Huan Zou, ia melihat Gen Yang terbatuk darah. "Brakh!!" Huan Zou terlempar karena dorongan kekuatan dari pasukan Jien. "Tap!! Uhuk!!" Rama menangkap badan Huan Zou agar tidak membentur dinding. Kemudian segera mengobati luka dalamnya. "Kau tidak apa-apa?" tanya Rama. "Terima kasih!! Aku tidak apa-apa!!"
Panglima Yakutz berduka, ia sungguh marah!! Sehingga amarahnya ia sebarkan lewat kabut hitam yang merasuk ke setiap jiwa, berbisik dan merayu sukma manusia, ketika keyakinan mulai turun, maka kabut hitam itu akan mengalir di nadi, menyusup di batang jiwa yang rapuh. "Ayah!! Ini aku anakmu!! Jangan sakiti aku!!" seorang anak yang merayu sang ayah untuk tidak membunuhnya, namun dengan tega ayahnya menancapkan pisau kepada tubuh anaknya berulang kali. Sorot mata pria itu menghitam meski darah segar mengalir di tangannya. Hatinya menggelap karena rayuan kabut hitam. (Berita terkini telah terjadi pembunuhan dan mutilasi yang dilakukan oleh seorang suami berinisial B 55 tahun, kepada istrinya berinisial Y 51 tahun. Korban dibunuh kemudian dimutilasi, tersangka dalam kondisi tidak sadar dan akan diperiksa kejiwaannya.) Berita pembunuhan terjadi di mana-mana. Anak membunuh ibu dengan palu, anak memukuli ayah yang stroke hingga tewas, istri membunuh suami yang sedang tidur, suami bunuh ist
Benar saja ketika keluar dari bunker, mereka melihat beberapa portal telah terbuka di atas langit. Baru kali ini mereka dapati portal-portal yang terbuka bersamaan di atas suatu kota. Seolah alam Jien berniat menghancurkan alam Manusia. "Wush!! Wush!! Wush!!" Benar saja dari beberapa portal itu ada satu portal yang mengeluarkan kabut hitam. Bahkan auranya juga lebih mencekam dengan pendar kehitaman. "Aku yakin itu adalah portal yang paling berbahaya!!" tunjuk Leon. "Kita harus membuat portal itu tertutup!! Sahut Bram. "Grrraaaaahhhh!! Grrrrraaaaahhhh!!Grrrraaaahhhh!!" Namun ketika akan bersiap menyerang portal yang mereka maksud, dari portal lain keluar pasukan Jien dengan berbagai macam jenis. Pasukan dari ras Panglima Jinfriet, pasukan dari ras Panglima Ruwo, dan pasukan dari ras Panglima Parkang. Setiap Panglima membawa 10 ribu pasukan. Setiap pasukan terlihat sangat kuat, garang dan menyeramkan. Evakusi warga langsung dilakukan, warga berlarian, dan mulai terjadi kepanikan
"Beristirahatlah!!" kata Fatta, ia bahkan hanya menonton pertempuran yang Rama lakukan dengan Panglima Yakutz. Leon, Marko dan Adipati hanya bisa melongo melihat sikap santai Fatta, bagaimana bisa ia membiarkan Rama bertarung seorang diri melawan Panglima Yakutz yang sangat kuat itu. Mereka bertiga bahkan menyatukan kekuatan untuk melawan Panglima Yakutz dan tidak bisa mengalahkannya. Kalau saja Rama tidak datang maka mereka bertiga pasti sudah mati saat ini. Mereka melihat cara Rama menyerang Panglima Yakutz, mereka bahkan tidak berkedip melihat pertarungan itu. Rama bergerak dengan cepat. Panglima Yakutz yang kuat itu bahkan terlihat kewalahan menghadapi Rama. "Fatta, sebenarnya mengapa Rama begitu kuat?" tanya Leon, ia sangat penasaran bagaimana Rama bisa begitu kuat. "Mengapa kau ingin tau?" tanya Lilia yang menampakkan dirinya. Seketika Leon, Marko dan Adipati langsung terkejut dengan desisan Lilia. Namun juga merasa kagum pada penampilan elegan yang Lilia miliki, kilap s
"Bos hari ini kita dapat banyak barang bagus!!" kata Agus dengan tawa yang lebar, ia menyerahkan hasil buruan kepada Nafil yang ia panggil bos. Semua barang berupa makanan ia letakkan di atas meja, sedangkan benda-benda besar ia letakkan di bawah. Nafil melirik semua barang, ia lalu menatap sekotak ayam goreng di atas meja, "Siapa yang mendapatkan ini?" tanya Nafil, ia mengambil ayam goreng itu dan memakannya dengan lahap. "Zakki!! Anak itu mulai berkembang, ada pemuda yang dengan sukarela memberikan mereka sekotak ayam goreng, itu barang yang sangat langka bos!!" kata Agus bangga, karena Zakki ada di bawah asuhannya. "Anak pintar, usahakan besok ia kembali mendapatkan ayam goreng ini, aku suka!! Rasanya sangat segar seperti baru digoreng!!" kata Nafil, ia kembali melahap ayam goreng bahkan tanpa peduli dengan tatapan yang juga menginginkan ayam goreng itu. "Baik bos!! Pasti akan aku dapatkan!!" sahut Agus, padahal ia juga menginginkan ayam goreng itu, mencium baunya saja membuat
Rama kembali ke tenda pengungsian, semalam ia sudah melakukan janji jari kelingking dengan Zia, jadi Rama harus menepatinya. "Tuan Muda, apa tidak masalah mendatangi anak gadis itu lagi? Bisa saja orangtuanya curiga dengan kita." kata Fatta, karena ia pernah dimarahi seorang ibu karena membuat anaknya menangis. Katanya Fatta seperti seorang monster. Itu karena Fatta memiliki badan tinggi besar yang membuat anak kecil ketakutan, apalagi kalau Fatta tersenyum, anak kecil akan semakin menangis karena takut. "Sepertinya mereka tidak memiliki orangtua," sahut Rama lagi, ia tau dari cara Zakki memperlakukan adiknya. Dulu Rama juga seperti itu ketika berada di panti asuhan. Cara Zakki menatap, anak itu dewasa sebelum waktunya."Paman!!" Zia tersenyum sekaligus berlari untuk segera menghampiri Rama. Zakki tersenyum canggung saat bertemu Rama, ia merasa malu bersikap seperti ini. Tanpa Zakki ketahui, ternyata diam-diam Agus mengikuti Zakki dan Zia."Bos, sepertinya orang itu orang biasa, lih
Agus mundur selangkah ketika melihat ekspresi yang Rama tunjukkan, selama masa perang antara bangsa Jien dan bangsa Manusia, Agus tau mana orang yang berbahaya dan mana yang tidak, dan sekarang Agus tau dan bisa merasakan kalau Rama adalah orang yang sangat berbahaya. Perasaannya mengatakan ia harus pergi, namun seketika kakinya tidak bisa digerakkan. Seolah tertancap di tanah!! "Aku sangat tidak suka kalau ada orang dewasa yang memukul anak kecil!!" kata Rama, ia mulai berjalan ke arah Agus dan anak buahnya.Entah mengapa tidak ada yang berani mendekati Rama, tak ada yang bisa bergerak. "Tu~an, mungkin kami hanya salah paham!" kata Agus akhirnya, perset*n dengan harga diri, nyawanya lebih penting sekarang. Ia harus mencari cara agar Rama tidak marah. Rama terkekeh, ternyata Agus ini manusia pengecut, Rama bahkan belum melakukan apapun kepadanya, ternyata dia tipe laki-laki yang berani hanya kepada orang yang lebih lemah darinya. Tipe pecundang sejati!!"Salah paham seperti apa? Bu
Hari kelahiran sang putra Adipati "Oeeeekkkk.... Oeeeekkk!!" suara tangis bayi lelaki menggema di waktu subuh, saat itu hari mulai berganti dari gelap menuju terang. Di hari kelahirannya, burung-burung berkicau riang, angin berhembus dengan tenang. Melisa menatap bayi lelaki yang kini berada di pangkuannya dengan tatapan sayang. "Namamu Arash, artinya cahaya... Ibu harap kau akan menjadi cahaya yang menerangi kegelapan, cahaya yang menghangatkan." Melisa kemudian mencium lembut bayi lelakinya, air mata menetes di pipinya. "Ketahuilah Arash, ibu maupun ayahmu Rama, mencintaimu... Sangat mencintaimu nak!!" kata Melisa, ia begitu lemah, jadi ia memberikan bayi itu kepada Fatta. Melisa kemudian bersandar dan tak lama setelah itu ia menghembuskan napas terakhirnya dengan senyum dan bekas tetesan air matamata di pipinya. "Nona Melisa..." Fatta, Lilia dan Baxia menangis pilu mengantar kepergian dari Melisa. Melisa berjuang dengan sekuat tenaga saat mengandung Arash, karena ke
Rama menatap Ara tak percaya, bagaimana bisa ia menyegel Raja Iblis di dalam tubuh anaknya yang bahkan belum lahir? Rama akan merasa sangat berdosa kepada anaknya, ia akan menjadi seorang ayah durhaka kepada anaknya, tapi ia harus menyelamatkan orang banyak. Dia harus berkorban!! (Tuan Muda, aku hanya memberikan informasi yang kau butuhkan, apapun keputusanmu itu diluar kendaliku) Ara paham dengan perasaan yang kini menghampiri Rama. "Apa tidak ada cara lain?" tanya Rama dengan genangan airmata yang tertahan di matanya. "Bagaimana anakku akan menjalani harinya dengan jiwa Raja Iblis yang tersegel di dalam tubuhnya?" (Tidak ada waktu lagi Tuan Muda, kekuatan Raja Iblis semakin membesar, jika ia berhasil membentuk tubuhnya maka kau tidak akan bisa melawannya lagi) Ara juga merasakan kesedihan yang Rama rasakan karena mereka terhubung. Rama menatap nanar pusaran darah yang terlihat makin membesar, Rama kemudian mengaktifkan pusaka Naga dan menyerap jiwa Raja Iblis. Dia tidak me
"Aku ingin bertemu Yang Mulia..." kata Rama kepada kasim Han, kasim Han terlihat bingung. "Tuan, tadi Yang Mulia berpesan untuk tidak mengganggunya, siapapun dilarang masuk." jelas Kasim Han. "Apa kau tidak bisa mengabarkan kepadanya kalau aku yang datang? Ada hal yang sangat penting yang harus aku laporkan..." kata Rama lagi, meski ia dekat dengan Raja Baskara, Rama tak pernah melanggar batas. Rama tetap menghormati temannya itu sebagai seorang Raja. "Baiklah Tuan Muda, aku akan mencoba memberitahunya..." kata kasim Han lagi, ia kemudian masuk ke dalam untuk melapor. Tidak berapa lama kasim Han keluar, ia terlihat menggelengkan kepalanya. "Tuan Muda, maaf Yang Mulia tidak bisa diganggu, ia hanya berpesan untuk datang ke pestanya malam ini dan kau bisa melapor saat itu..." kata kasim Han, kasim Han jelas mengenal Rama, ia juga tau seberapa dekat Raja Baskara dengan Rama. Namun ia juga tidak bisa memaksakan kehendak Raja Baskara yang saat ini tidak bisa di ganggu. Rama mengang
Saat itu Alan sedang menatap dari kejauhan pertemuan Rama dengan pejabat Huang. Setelah beberapa lama akhirnya Rama, Fatta dan Rizal terlihat undur diri. Alan dengan jelas melihat tatapan pejabat Huang sangatlah penuh misteri saat menatap Rama. Bahkan Alan tak pernah menyangka kalau pejabat Huang adalah Raja Iblis yang menyamar. 'Mungkinkah pejabat Huang menyadari siapa bang Rama?' gumam Alan. "Bang Rama!!" tegur Alan ketika ia melihat Rama, Rizal dan Fatta mulai mendekat ke arah tempatnya bersembunyi. "Alan!!" Rama terlihat senang bertemu Alan, "mana Pandu?" tanya Rama setelah menyadari tidak adanya keberadaan Pandu di sekitar Alan. Karena setau Rama, Alan dan Pandu jarang terpisah. "Pandu sedang menjaga seorang gadis, kami hampir menabraknya semalam!! Dan... Ada yang ingin ku bicarakan denganmu bang!!" kata Alan dengan wajah serius. Baru kali ini Rama melihat Alan bicara serius. Artinya ia perlu tempat untuk bicara agar tidak ada yang bisa mendengar, setelah agak menj
Alan menatap gadis yang masih tak sadarkan diri itu, wanita ini memiliki kecantikan yang tidak biasa, riasannya terlihat tebal, karena kini riasan itu mulai luntur membuat wajah cantiknya tak terlihat. Namun Alan masih bisa tau kalau gadis yang kini ada di depannya memiliki wajah yang cantik. "Mengapa kau menatapnya seperti itu?" tanya Pandu. Alan meletakkan jari telunjuknya di bibir, "aku hanya heran apa yang membuatnya ketakutan hingga kabur dalam keadaan seperti ini?" kata Alan dengan suara pelan. Seorang pelayan wanita paruh baya masuk, Alan memintanya untuk membersihkan wanita itu. Setelah wanita paruh baya itu masuk, Alan dan Pandu segera keluar dari kamar. "Apa mungkin ia gadis yang dijual sehingga melarikan diri?" pikir Pandu. "Bisa jadi!! Tapi anehnya ia berlari dari arah hutan, dari mana kira-kira ia kabur?" pikir Alan, belum sempat ia mendapat jawaban dari apa yang ia pikirkan, terdengar suara teriakan dari arah kamar. "Kyyyaaaa!!" Alan dan Pandu masuk k
Rama, Fatta dan Rizal terlambat datang, ketika sampai di tempat kejadian sudah ada beberapa mayat dan prajurit yang terluka serta ada 4 kereta kuda. "Apa yang terjadi?" tanya Fatta kepada beberapa prajurit yang masih sadar. Namun mereka tak bisa menjawab karena masih terlalu lemah. "Fatta!! Rizal!! berikan ini terlebih dulu kepada mereka!!" kata Rama ketika melihat prajurit itu kesakitan, Fatta dan Rizal lalu bergerak dengan cepat mengobati prajurit yang masih bisa di tolong. "Siiiiinnng!!" Seketika rasa sakit karena tembakan dan sabetan pedang menghilang dari tubuh mereka. Mereka pulih dengan cepat. "Tuan terima kasih!!" Beberapa prajurit mulai menunduk hormat, bahkan Sersan Wawan juga langsung di bawa ke hadapan Rama. Bersyukurlah masih ada detak jantungnya, karena Elixir Healing potion tidak akan bisa menyelamatkan nyawa seseorang yang telah berhenti berdetak. "Glek!! Glek!! Glek!!" Sersan Wawan menghabiskan cairan yang Rama berikan dengan gerakan yang lemah, seketik
"Kau yakin ini rumahnya?" tanya Bakrie kepada Danang, Danang mengangguk dengan mantap. "Aku tidak akan melupakan tempat ini, di sinilah aku melihat siluman itu kak Bakrie!!" kata Danang tanpa keraguan. Bukan Bakrie tak percaya, hanya saja titik lokasi pertemuan antara ketuanya dan siluman Harimau juga berada di rumah ini. "Apakah mungkin orang itu adalah siluman Harimau?" gumam Bakrie ragu. "Maksudmu apa kak Bakrie?" tanya Danang bingung, jelas ia mendengar Bakrie mengatakan soal siluman Harimau tadi. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Cacao ketika Bakrie akan menyahut. Padahal Bakrie dan Danang sudah berada di tempat paling tersembunyi dan tak terlihat. "Wush!!" Danang sudah akan menyerang Cacao, namun gerakan pemuda itu sangat cepat dan tak terbaca mata biasa. "Wush!!" "Tap!!" "Brught!!" Dengan cepat Danang dijatuhkan oleh Cacao. "Tuan Cacao!! Maafkan kami!!" Bakrie yang mengetahui siapa Cacao langsung berlutut. "Kau mengenalku rupanya?" Cacao m
"Bagaimana dengan persiapan kalian?" tanya Raja Iblis terhadap Badara, pelayannya yang merupakan siluman harimau itu menunduk. "Tuan, kami sedang merencanakan perampokan upeti dari beberapa desa, setelah upeti terkumpul, kita bisa membeli beberapa barang untuk melakukan ritual besar pembangkitanmu!!" jelas Badara."Jangan kecewakan aku Badara, dulu kalian telah gagal melakukan pembangkitanku, cukup satu kali aku memaafkan kecerobohan kalian!!" tegas Raja Iblis, ia mengibas jubahnya dengan kasar. "Tuan, kali ini kami tidak akan membiarkan ritual pembangkitanmu gagal!!" janji siluman Harimau. Mata Raja Iblis berkilat merah, jika marah ia akan semakin lapar, seharusnya ia akan makan 3 hari lagi, namun rasa laparnya semakin hari semakin besar. "Cacao!!" panggil Raja Iblis. Dengan secepat angin Cacao muncul di depan Raja Iblis dengan bersujud. "Tuan!!""Aku merasa lapar, carikan gadis untukku!!" Cacao terkejut, belum ada waktu seminggu dari hari terakhir Raja Iblis makan, ia sudah mu
Rizal menunggang kudanya dengan cepat, ia harus segera menyampaikan informasi ini kepada Rama. Rizal hanya membawa bekal seadanya, ia akan memangkas waktu istirahat, karena begitu sampai dan bertemu Rama akan mudah untuk kembali. *** "Alan, apa yang kau lakukan di sini?" tanya pejabat Huang saat mendapati Alan membaca buku yang tidak biasa, buku itu dari masa depan dan diberikan oleh Rama. Alan menutup buku itu dengan tenang, ia sudah membuat sampul pada bagian buku sehingga orang lain tidak akan curiga, namun Alan tidak tau kalau Raja Iblis aka pejabat Huang, telah melihat sebagian isi buku yang Alan baca. "Hanya mengisi waktu sebelum masuk ke kelas, Tuan sendirian?" tanya Alan sopan. Ia selalu menatap takjub pejabat Huang, entah mengapa pejabat Huang selalu bisa membuat orang lain untuk senang berada di dekatnya. Karena pejabat Huang memang menggunakan kemampuan sihirnya agar orang lain menyukainya. "Benar, aku menerima undangan makan dari Raja Baskara. Apa kau mau ikut? Ak