“Ayah terlalu berlebihan deh,” ujar Lily dengan tawa manisnya. “Aku kan udah punya pacar. Kak Aster juga udah punya tunangan. Sakura mana mau nikah sama orang Indonesia. Dia kan cita-citanya dapet orang luar negeri.”
“Nah, bener itu kata Kak Lily,” imbuh Sakura secepat kilat. Dia mendukung ucapan Lily agar Galen tak lagi membahas tentang kejelekan masa lalu Reynold.
Aster memilih diam. Dia tak berani bicara karena Galen sedang marah. Dia tahu persis seperti apa amarah ayahnya. Apalagi, dia masih memiliki masalah tentang keberadaan Jordie saat ini. Jujur saja, Aster tak mau ayahnya membahas tentang Jordie. Hatinya masih pilu karena Jordie sama sekali mengabaikan dirinya usai membelikan dia rumah.
“Aster, bagaimana denganmu?” tanya Galen. Dia menatap anak perempuannya yang sedari tadi lebih b
Aster terdiam. Dia tak mampu menjawab ucapan Sakura.“Sakura! Bunda udah siapin makan buat Aster nih,” teriak Lisa senang. Perempuan tua itu tak tahu jika Aster sudah bangun.Percakapan Aster dengan Sakura terhenti. Pandangan Aster menoleh ke Lisa. Hatinya tersentuh melihat sang bunda membawakan nampan berisi makanan penuh. Padahal, semalam dia sudah mengajak bundanya bertengkar hebat.“Eh, Aster udah bangun,” ujar Lisa. Dia tersenyum lembut pada anak perempuannya itu. “Udah mandi belum? Makan dulu ya? Kamu belum sarapan.”“Aku udah mandi, Bunda,” jawab Aster dengan suara seraknya. Pandangannya sedikit menunduk. Rasa malu muncul di dalam hatinya.Lisa menaruh nampan makanan di meja. Dia mengambil kursi dan duduk di dekat Aster. “Mau Bunda suapin?” tanya Lis
Aster memandangi wajah Reynold. Dia mulai merasa ragu tapi beberapa orang memang memiliki pemikiran bahwa anak harus berbakti pada orang tua. Apalagi, sistem pendidikan dan budaya di Indonesia mengajarkan pemikiran itu sejak anak berada dalam kandungan.Kepala Aster mengangguk. “Maaf ya. Pikiranku agak kacau,” ujar Aster. Lagi-lagi dia memang harus menyalahkan dirinya sendiri karena semua permasalahan bersumber dari pola pemikiran dan perasaan galaunya.“Aster, kamu jangan bicara seperti itu. Kamu nggak melakukan hal buruk kok. Lagipula, kita hanya mengobrol santai. Kita nggak lagi bertengkar, kan?” timpal Jordie. Dia menatap Aster dengan perasaan bersalah. Hatinya sedih juga karena dia malah membuat Aster kacau.Aster mengulas senyuman hambar. Dia memandangi Reynold. Pikirannya teringat tentang komentar orang tua
“Kalian ngobrol apa?” sapa Ruth. Dia merangkul Jordie dan DIo dari belakang. Seperti biasa, senyuman Ruth merekah dengan lebar dan sempurna.Jordie segera melepaskan rangkulan Ruth. Selain dia berusaha menghargai Hakim yang naksir Ruth, dia juga tak suka dirangkul oleh perempuan asing. Bahkan, jika bukan karena pekerjaan, dia tak akan mau berfoto model atau syuting dengan artis perempuan.“Ruth, kamu rangkul Dio aja,” ujar Jordie. Dia menjaga jarak antara dirinya dan Ruth.Ruth menatap Jordie dengan pandangan sedih. “Rey, lama-lama kamu mirip seperti anak pesantren,” cibir Ruth.Dia memang tahu jika Reynold disuruh agensi menjaga citra diri. Namun, untuk pergaulan di kalangan artis yang mudah melakukan sentuhan fisik, Reynold jadi mirip anak pondok pesantren yang baru lulus.&ldqu
Jordie harus menunggu Ruth selesai mandi. Tadinya dia ingin menunggu sambil membantu Hakim memasak. Namun, Hakim tidak mau dibantu memasak.“Ruth akan makan makanan ini. Semuanya harus aku buat dengan tanganku sendiri,” tolak Hakim. Dia ingin Ruth menikmati makanannya dan merasakan ketulusan cintanya itu.Alhasil Jordie memilih pergi ke ruang gym. Di sanalah, dia menghabiskan waktunya untuk olahraga sambil menikmati pemandangan pagi lewat kaca yang terbuka gordennya.Jordie berolahraga sekitar satu jam. Saat ke dapur untuk mencari air minum, dia melihat Hakim dan Ruth sedang sarapan bersama dan mengobrol manis.Hati Jordie lega melihat keduanya akrab. Sepertinya gangguan semalam dari Ruth dan Dio bisa dia maafkan karena Ruth berhasil membuat hati Hakim bahagia.“Rey, aku nanti antar Ruth pulang ya,” beritahu Hakim.“Iya,” sahut Jordie pendek. Dia tak mempermasalahkan hal itu. Apalagi, dia tahu Hakim menaru
“Bau alkohol,” Pak Michael mengibas-ngibaskan tangan kanannya saat berdekatan dengan Dio. “Kalian minum-minum semalam di night club-nya Ruth?”Pak Michael tahu bahwa semalam adalah jadwal rutin Jordie menjadi juri lomba di night club milik Ruth. Dia memicing curiga pada Jordie. Jujur saja dia tak suka Jordie minum minuman alkohol. Hal itu bisa merusak performa pita suara dan alkohol yang rutin diminum bisa menimbulkan ketergantungan.Kasus ketergantungan alkohol selalu negatif. Mereka yang mengalami ketergantungan alkohol akan malas bekerja, fisiknya rusak, dan temperamental. Meskipun sah-sah saja minum minuman beralkohol, Pak Michael selalu menekanan pada artis binaannya untuk menghindari minuman yang hanya menimbulkan petaka itu.Jordie langsung menggelengkan kepala. Dia tak berani minum alkohol. Lagipula, dia p
“Habis ini jadwalku ke mana lagi?” tanya Jordie pada Hakim.Tangan Jordie meraih kotak bekal berisi camilan siangnya. Dia langsung menghabiskan semuanya dalam beberapa menit karena terlalu lapar.“Jadwal hari ini nggak padat,” tutur Hakim. Dia mengemudi ke studio pemotretan untuk brand pakaian. “Besok kan jadwal lagu albummu launching. Pak Michael menyuruhku untuk menjaga staminamu. Biar besok sore kamu bisa fokus ke penampilanmu di acara music show dan ketemu sama beberapa penggemarmu.”Jordie menganggukkan kepala. Tak terasa waktu satu minggu sudah berlalu. Mulai besok dia akan disibukkan dengan berbagai acara musik, fans meeting, dan konser.“Kalau kamu mau tidur, tidur aja,” ucap Hakim. “Kalau udah sampai, aku langsung bangunin kamu.”Jordie mengangguk.
“Bukannya itu acara internalmu bersama agensi ya?” balas Aster ragu.Hati Aster sebenarnya sangat senang mendapatkan tawaran itu dari Reynold. Dia merasa seperti orang terdekat Reynold. Namun, dia tetap harus menjaga tingkah laku agar bisa terlihat lebih elegan saat berkomunikasi dengan Reynold. Bagaimanapun, Aster tak boleh melupakan status Reynold sebagai seorang superstar.“Ada beberapa artis dari agensi lain yang diundang. Tapi, kalau kamu memang sibuk, lebih baik tidak usah ikut,” ujar Jordie. Dia melihat ada keraguan di wajah Aster. Dia tak mau Aster datang ke acaranya dengan terpaksa.Aster menggelengkan kepala. “Aku mau kok ikutan,” sahut Aster secepat kilat. “Aku hanya pengen pastiin aja kalau orang di luar acara itu masih boleh ikutan atau nggak. Kan malu gitu kalau misalnya nggak boleh tapi aku malah ikutan. Apalagi, aku ini masih pendatang di dunia hiburan ini.”Jordie mengulas senyuman lembut. &
“Die, kemarin malam masuk kamar jam berapa kamu?” tanya Hakim usai solat subuh. Pria itu melangkah ke pantry dan membuat kopi untuk dirinya dan Jordie.Mereka akhirnya bermalam di hotel. Hakim sudah tidur nyenyak saat Jordie masuk ke dalam kamar.“Jam sebelas,” jawab Jordie.“Lama amat. Acaranya apa aja?” timpal Hakim. Dia membuka gorden balkon dan membawa kopi di sana. Mereka duduk santai menikmati segelas kopi dan roti.“Nggak lama. Cuma aku ketemu Aster,” jawab Jordie. Dia mengulas senyuman simpul.Hati Jordie bahagia karena kemarin akhirnya dia bisa bertemu dengan Aster lagi. Sudah lama dia tak berkomunikasi dengan Aster semenjak mereka berpisah di Jepang. Jordie merindukan tunangannya itu dan seperti sebuah keajaiban, dia mendapatkan kesempatan dari Tuhan untuk be
Seharian Hakim dan Jordie hanya mengurusi packing barang untuk dibawa konser ke Bali dan memantau perkembangan berita di media sosial. Sampai malam hari, tidak ada berita apapun tentang Aster dan Reynold. Artinya, tidak ada yang tahu tentang kejadian saat Jordie dan Aster berciuman.“Sementara waktu kita aman,” ujar Hakim. “Aku cuma berani menyimpulkan hal ini saja karena memang nggak ada berita tentang kamu.”Jordie mengangguk paham. Hatinya lega karena memang tak ada yang mengekorinya. Dia lega karena Aster tidak akan diganggu oleh para fans garis keras Reynold.“Sekarang kamu bisa istirahat tenang, Die. Besok kita langsung ke Bali,” terang Hakim.“Iya,” sahut Jordie.Dia kembali ke kamarnya. Tangan Jordie mengambil ponselnya. Dia mencari nomor Aster. Hatinya ingin s
Sebuah peluk erat merengkuh tubuh Aster dengan hangat. Ciuman yang menyentuh bibirnya semakin dalam. Hati Aster berdesir aneh. Rasanya seperti begitu dekat dengan Rey.Aster segera mendorong dada Rey menjauh darinya. Rasa bersalahnya muncul karena dia berciuman dengan pria lain selain Jordie.Buru-buru Aster mendorong dada Rey. Tangannya bergerak otomatis menampar pipi Rey sekeras mungkin untuk menyadarkan Rey.Jordie terkesiap kaget mendapatkan tamparan itu. Dia ternganga dan tersadar bahwa apa yang dia lakukan adalah salah.“Minggir!” Aster kembali mendorong Rey. Dia merasa jijik pada dirinya sekarang. Tangannya bergerak mengusap bibirnya yang baru saja dicium Rey.Sepasang mata Aster memanas. Dia bisa merasakan air yang menggenangi matanya. Dia segera bangkit dari duduknya dan berlari menuju tenda tem
“Maaf ya! Kamu pasti udah lama nunggu ya?” sapa Jordie. Dia baru saja keluar dari hotel dan masuk ke dalam mobil Aster.“Nggak masalah kok,” jawab Aster. “Duduk sini. Mau sarapan bareng nggak? Kita cari yang anget-anget gitu.”Jordie duduk di kursi kemudi. Dia mengenakan seat belt-nya. “Yang anget-anget? Mau bubur ayam?” tawar Jordie. Dia mulai mengemudikan mobil Aster.“Boleh deh. Soto Bandung juga enak,” tutur Aster. “Gorengan, batagor, ketupat sayur, lotek. Enak semua tuh.”Tawa Jordie terdengar. Aster memang paling suka makan dan dia tak bisa menghentikan hobi Aster itu.“Kenapa ketawa?” Aster menoleh dan menatap Jordie dengan pandangan heran.“Pantes sih kalau kamu kerja di bidang kuliner. Soalnya kamu suka banget sama makanan,” tutur Jordie.“Oh, itu rupanya,” Aster tersenyum simpul. “Aku kira gara-gara aku malu-malu
“Ruth, bangun, Ruth,” Hakim mengetuk-ngetuk pintu kamar Ruth.Dia berniat untuk mengajak Ruth jalan pagi. Mengingat, kemarin malam, mereka memang sudah berencana untuk jalan-jalan santai bersama.“Kim, kenapa ganggu si Teteh?” tanya Ibu Hakim. Dia mengerutkan keningnya menatap anak laki-lakinya mengetuk-ngetuk pintu kamar tamu dimana Ruth tidur pulas.“Ini, Bu. Kan kemarin janjian mau jalan-jalan pagi ke sungai deket rumah. Tapi, Ruth kayaknya belum bangun gitu,” terang Hakim pada sang ibu.“Kamu ini masa’ ngajak jalan-jalan si Teteh ke sungai. Apa nggak kasihan?” balas Ibu Hakim terheran. “Teteh kan nggak ada hobi mancing kayak kamu. Nanti bukannya seneng, malah kesurupan di sana.”“Bu, kan bisa mandi di sana. Airnya bagus lho. Nggak harus manc
“Gimana, Ruth?” Hakim menemani Ruth mengobrol di teras rumah saat usai makan malam.“Aku kenyang banget,” ujar Ruth. Dia mengusap-usap perutnya dengan senyuman lebar di wajahnya. “Ibumu pandai masak ya?”“Aku juga ikut masak tadi,” timpal Hakim. Dia sedikit pamer kemampuannya pada Ruth. Mungkin saja Ruth akan memujinya juga.“Benarkah? Eh, tapi kan kamu punya geprek ayam ya? Pasti masakanmu memang enak,” tutur Ruth. Dia tersenyum dan memuji kemampuan memasak Hakim juga.Hati Hakim berbunga-bunga mendengarkan pujian Ruth. Bahkan, Ruth memuji usaha geprek ayamnya.“Kamu udah mampir ke sana nggak?” tanya Hakim.Ruth menggelengkan kepala. “Aster dan Rey sibuk, kan? Aku nggak mungkin ajak Dio. Dia mana mau makan di tempat pinggiran seperti itu,” Ruth tersenyum getir. Dia menghela napas panjang dan berat. “Apa aku putus sama Dio aja ya?”Hakim te
“Namanya siapa?” tanya Ibu Hakim. Perempuan yang sudah beruban dan berambut pendek di bawah telinga itu memandangi Ruth dengan tatapan lamat-lamat.Pandangannya memang sudah mengabur karena faktor usia. Ditambah lagi, akhir-akhir ini dia juga sering sakit-sakitan sampai Hakim harus cuti kerja selama satu minggu.“Ruth, Tante,” jawab Ruth. Dia tersenyum tipis pada Ibu Hakim.“Cantik ya? Mirip sama orangnya,” puji Ibu Ruth. Dia tersenyum ramah pada Ruth.Hati Ruth lega mendengarkan ucapan Ibu Hakim. Dia pikir dia akan disambut dengan buruk. Nyatanya, semua itu hanyalah pikirannya yang terlalu overthinking.“Ayo masuk! Pasti capek. Makasih ya udah mau beliin banyak oleh-oleh,” Ibu Hakim menggandeng lengan Ruth. Dia mengajak Ruth masuk ke dalam rumah dan duduk di kursi rua
“Ini minum dulu, Rey,” Aster duduk di sisi Reynold. Dia memberikan gelas teh jahe untuk pria itu.Jordie menerimanya. Dia tersenyum dan berterima kasih pada Aster. Dia memang ingin minum yang hangat-hangat karena Lembang masih tetap dingin meski sekarang sudah memasuki waktu tengah hari.“Makanannya belum dateng ya?” gumam Jordie sambil menyesapi teh jahenya.“Katanya ada macet gitu tadi pagi, jadinya bahan makanan di tempat catering sampai agak siang,” terang Aster. “Kayaknya ada kecelakaan gitu.”Wajah Aster tampak sendu. “Untung ya kita tadi aman-aman aja waktu jalan-jalan,” pungkas Aster penuh dengan kelegaan.“Kita kan jalan kaki. Lagian, aku bakal selalu jaga kamu kok,” balas Jordie. Dia tersenyum tipis pada Aster.“Makasih ya,” Aster tersenyum lega mendengarkan perkataan Reynold. “Oya, kamu tadi kocak banget waktu mau nangkep ayam. Kok bisa sih k
“Sekarang kita udah sampai di penangkaran rusa,” tutur Hakim. Dia menggandeng Ruth melangkah masuk usai menyerahkan karcis.Mereka berhenti untuk membeli wortel. Setelah itu, mereka melangkah membagikan wortel-wortel di keranjang kecil pada para rusa yang hidup liar bebas di alam luas.“Rusa-rusanya besar ya!” seru Ruth. Dia agak takut jika nantinya disepak oleh rusa-rusa itu. Tanduk-tanduknya juga tajam.“Iya, kita habiskan dulu wortelnya di rute berpagar ini sambil aku fotoin kamu ya?” terang Hakim.“Kita foto berdua aja sih,” balas Ruth.Hakim sedikit terkaget dengan ucapan Ruth. Namun, dia senang mendengarnya karena Ruth mau berfoto dengannya.“Nggak apa-apa nih foto berdua?” tanya Hakim.Ruth menganggukkan kepala. Dia mengeluarkan
Senyuman Aster dan Jordie tak bisa berhenti meski mereka sudah masuk ke kamar masing-masing. Mereka menikmati momen olahraga bersama dan tiba di vila tepat waktu.Jordie memilih langsung mandi dang anti pakaian. Dia tak sabar ikut sarapan bersama dengan para kru. Bagaimanapun, saat sarapan dia bisa bersosialisasi seperti pesan Pak Michael dan bisa mengobrol akrab dengan Aster tanpa perlu takut ketahuan paparazzi. Ini seperti sekali mendayung dua tiga pulau terlewati.“Aku nggak tahu Aster pakai pakaian apa hari ini,” gumam Jordie. Dia ingin kembali terlihat serasi saat berpakaian bersama dengan Aster. Namun, kali ini dia tak bisa mengintip dari jendela balkon seperti kemarin.Jordie memutuskan mengenakan pakaian bernuansa putih biru. Lagipula, syuting variety show memang selalu lebih santai secara outfit dibandingkan dengan syuting iklan atau film.Setelah berganti pakaian, Jordie berlari ke ruang makan dan menyapa para staff. Hal ini sudah me