Share

6. Berubah

Penulis: yessiratna
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-11 19:06:27

( PoV Asmara )

"Kok diem aja Al?" Aku keluar dari kamar setelah selesai mandi dan mengganti pakaianku. Ku amati Albert yang tampak hanya menunduk di sofa ruang tamuku. Di luar hujan deras. Itulah mengapa akhirnya aku meminta Albert untuk mampir ke rumah setelah mengantarkanku pulang dari rumahnya sore tadi.

"Nggak apa-apa." Albert tak bergeming. Dia masih duduk dan menunduk. Menyatukan dan menggosok kedua tangannya yang tampak pucat karena kedinginan. Dia basah kuyup. Kami memang sempat kehujanan tadi di jalan.

"Ayo ganti baju." Aku menarik tangannya. Aku tak tahan melihatnya menderita menahan rasa dingin yang juga begitu aku benci. Aku sudah memintanya sedari tadi untuk mengganti pakaiannya. Kebetulan ada banyak sekali pakaian Aksara di rumahku. Tak ada salahnya jika dia memakainya, sementara aku mencuci dan mengeringkan pakaiannya yang basah kuyup.

"Nggak usah. Aku balik aja." Albert menghempaskan tanganku kasar. Aku kaget. Tak biasanya dia seperti ini. Ada apa dengannya? Sumpah! Hari ini dia aneh. Padahal tadi di rumahnya, masih tersungging senyum di bibirnya. Apa yang sebenarnya aku perbuat hingga membuatnya menjadi sedingin ini dalam waktu yang begitu singkat?

"Kamu kenapa sih Al?" Aku bingung. Tak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku tak mau membuatnya marah. Bagaimanapun, kami pernah menjadi keluarga. Meskipun terkadang aku merasa tak enak setiap kali dia menampakkan perasaan tertariknya kepadaku. Entah kenapa. Aku hanya merasa tak pantas saja. Namun aku tak pernah sedikitpun membencinya.

"Nggak apa-apa. Selamat malam. Hati-hati di rumah." Albert mengambil kunci motor yang tergeletak di atas meja kacaku. Tanpa banyak kata, dia berdiri dan langsung melangkah keluar dari pintu rumahku.

"Al!" Aku mengejarnya. Aku mengejar lelaki yang berkali-kali aku abaikan. Mengejar seseorang yang selama ini hanya aku anggap sebagai seorang saudara.

'Duaaarrr!'

"Ahhh!" Tiba-tiba terdengar bunyi ledakan keras di depan rumahku di sertai percikan api di tengah derasnya hujan. Aku benar-benar terkejut. Aku langsung berjongkok dan menutupi kepalaku dengan kedua tanganku.

"Mara!" Albert yang sudah keluar dari pintu rumahku pun terkejut. Dia berbalik dan bergegas menghampiriku yang sedang panik dan ketakutan.

"Kamu nggak apa-apa kan?" Albert memelukku yang masih menunduk di bawah sofa ruang tamuku yang berwarna merah marun.

"Apa tadi Al?" Aku menatap Albert yang begitu erat memelukku. Tubuhnya bergetar. Mungkin dia juga terkejut. Atau mungkin karena dia takut?

"Nggak tahu. Ayo ke dalam. Tenang aja. Ada Pak Sukur dan Pak Sabar yang masih ngobrol di pos tadi kayaknya. Biar mereka yang mengatasi." Dia mencoba membuatku berdiri dan menuntunku masuk ke dalam kamarku. Aku menurut.

"Tenang ya." Albert membuatku duduk di atas tempat tidurku. Dia lalu mengambil satu gelas air dan memberikannya kepadaku. Aku meminumnya sedikit.

"Jangan pulang Al." Aku menarik tangan Albert. Aku benar-benar ketakutan.

"Nggak baik kalau aku di sini. Ada Pak Sukur dan Pak Sabar juga. Bik Yuli juga kan kamarnya ada di sebelah kamar kamu. Aksara juga nanti dateng kan?" Albert jelas menolak permintaanku. Aku mengerti. Namun, aku benar-benar membutuhkannya malam ini.

"Tapi..."

Aku tak melanjutkan perkataanku setelah ku lihat Albert menggeleng pelan tanda dia tetap pada pendiriannya. Ingin segera pergi. Mau tak mau, aku harus mengerti. Membiarkannya pergi di tengah ketakutanku. Berharap Aksara datang malam ini. Meskipun aku juga tak boleh berharap lebih. Karena orang yang ku cintai dan aku pilih itu, entah aku salah apa, seakan aku tak mengenalnya kini. Seakan dia bukan orang yang sama. Aksara yang dulu aku kenal. Aksara yang bahkan beberapa waktu lalu masih begitu menunjukkan cintanya dan perhatiannya kepadaku, tiba-tiba saja berubah.

***

Bab terkait

  • PUDING JELLY   7. Aku yang Berubah

    ( PoV Asmara )"Mbak Mara nggak kenapa-kenapa?" Dengan raut wajah yang begitu panik, Bik Yuli masuk ke dalam kamarku. Menanyakan keadaanku. "Nggak apa-apa Bik. Ada Albert yang nolongin aku." Aku tersenyum kepada Bik Yuli. Sempat ku lirik Albert yang hanya menunduk. Dia hampir saja keluar, menolak permintaanku yang menginginkannya untuk membantuku mengusir ketakutanku malam ini, sebelum akhirnya Bik Yuli masuk ke dalam kamarku. "Ah. Syukurlah. Dasar anak-anak nakal memang. Malam-malam hujan-hujan, masih aja main petasan." Bik Yuli bersungut-sungut. Beliau seakan tak terima. Jelas saja. Petasan itu masuk ke dalam pagar rumahku. Untung saja hujan deras, jadi apinya kecil dan tak menyebar kemana-mana. Kalau seandainya tak ada hujan, pasti sudah lain lagi ceritanya. Masalahnya, suaranya benar-benar bikin jantungku hampir saja terlepas. "Anak-anak? Bukannya ini kawasan elite ya Bik? Mana ada anak orang kaya yang main petasan malam-malam gini? Apalagi ini hujannya deres banget. Kayaknya ng

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-12
  • PUDING JELLY   8. Guru Baru

    ( PoV Asmara )"Selamat pagi anak-anak." Pak kepala sekolah masuk ke dalam kelas kami bersama dengan seorang wanita yang memakai pakaian kerja formal. Wanita itu membawa tas kerja berwarna merah marun, dan juga buku-buku besar di tangannya. Mungkin beliau adalah seorang guru. Bisa jadi beliau guru baru di kelas kami. Mungkin. "Selamat pagi Pak." Jawab kami serentak dengan begitu keras. Kompak sekali memang. "Anak-anak! Pagi ini, Bapak membawa seorang guru baru buat kalian semua. Silahkan Bu, perkenalkan diri Anda." Aku seratus persen benar. Beliau adalah guru baru kami. Entah mata pelajaran apa yang akan dibawakannya. Namun aku akui, guru baru ini begitu cantik. Aku yakin, tak butuh waktu lama untuknya menyesuaikan diri di sekolah ini. Dan aku yakin, semua orang akan dengan mudah menyukainya, karena kecantikannya."Selamat pagi anak-anak! Bagaimana kabar kalian hari ini?" Guru cantik itu menyapa kami dengan begitu lembut. Senyumnya begitu manis. Tutur katanya juga benar-benar menyena

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-12
  • PUDING JELLY   9. Bertahan dengan Kamu

    ( PoV Asmara )"Sayang, ada guru baru lho di sekolahku. Wanita. Cantik banget lagi orangnya." Aku memeluk Aksara dengan begitu erat di balkon kamarku, ruang favorit kami dulu. Mencoba menikmati setiap momen kebersamaan dengannya yang akhir-akhir ini begitu langka aku dapatkan. Bagaimana tidak, Aksara mengaku sedang sibuk sekali menjalankan bisnis keluarganya dan juga bisnis keluarga Amanda, istrinya. Mau tak mau aku harus bersabar. Entahlah, aku merasa dia berubah. Mungkin dia memang sedang sibuk. Tapi, kesibukannya kini menjadi alasannya untuk selalu menghilang dan tak datang menemuiku."Oh ya? Siapa namanya?" Aksara melipat kedua tangannya di dada. Dia tak memelukku. Dia juga tak membelai rambut hitam panjangku yang selama ini selalu dia lakukan. Dia hanya menatap lurus ke arah depan. Dia bahkan tak mau menatapku."Namanya Bu Dira. Guru kesenian. Sumpah deh, kamu jangan sampai ketemu sama Bu Dira. Kamu nggak akan kuat. Aku aja yang perempuan, ngelihat Bu Dira itu udah spechless. Ngga

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-12
  • PUDING JELLY   10. Kembali ke Rumah Lama

    ( PoV Asmara )"Hai!" Aku rebahkan tubuhku di samping Albert yang sedang asyik mendengarkan musik di atas tempat tidurnya. Aku datang untuk menemui Tante Astia karena aku merasa kesepian setelah Aksara pergi begitu saja dan tak ada kabar. Setidaknya di rumah ini, aku tak merasa sendiri. Namun sepertinya Albert tak menyadari kehadiranku. Buktinya dia sama sekali tidak keluar kamar, padahal aku sudah sekitar tiga puluh menit ngobrol bersama Tante Astia di ruang keluarga. "Mara? Kapan dateng?" Albert duduk dan langsung melepas earphonenya. Dia tampak terkejut melihatku yang tiba-tiba berada di sampingnya. Ku amati ekspresi wajah Albert, dia tampak kembali seperti semula. Dia tak tampak murung seperti saat terakhir kali aku bertemu dengannya. Berarti dia sudah tak marah denganku. "Udah setengah jam aku ngobrol sama Tante Astia. Kamu ngapain sih, sampai nggak tahu aku dateng?" Aku bangkit dan duduk di samping Albert. Aku tersenyum. Bahagia rasanya melihat Albert sudah tak menekuk wajahnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-12
  • PUDING JELLY   11. Bersama Albert

    ( PoV Asmara )"Wah, bagus banget Al." Seperti cerita di dalam novel-novel romantis, Albert membawaku ke tempat yang romantis, dimana aku bisa melihat bintang di atas langit dan lampu di sepanjang jalan ibu kota yang begitu indah. Penasaran di mana tempatnya? Di atas gedung Rumah Sakit milik keluarga Albert. Entah aku lupa atau aku memang tak menganggap penting untuk mengingatnya, jujur aku sudah pernah ke tempat ini. Ketika Albert menyatakan perasaannya kepadaku waktu itu. Namun sepertinya malam itu tak seindah malam ini. Benar-benar berbeda. "Kan udah pernah ke sini." Albert menata tikar dan kasur lantai yang kami bawa dari rumah. Kami memang berniat ingin berkemah di tempat ini. Kami juga membawa tenda. Namun Albert belum memasangnya. "Iya sih. Tapi dulu rasanya biasa aja." Aku berjalan ke arah Albert. Berniat membantunya memasang tenda yang kini sudah di keluarkannya dari tas bawaannya. "Bukannya dulu ke sininya sama aku dan sekarang sama aku lagi? Kok bisa beda rasanya?" "Ih,

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-12
  • PUDING JELLY   12. Malam yang Sempurna

    ( PoV Asmara )"Apa kabar kamu Ra? Kamu aman kan di rumah kamu? Yah, meskipun setiap hari ketemu, aku tetap tak tenang memikirkan kamu yang sendirian di rumah itu." Albert mengelus rambutku yang berbaring di sampingnya. "Emmmm. Mungkin aku bisa di bilang menyesal karena sudah meninggalkan keluarga angkatku yang begitu baik kepadaku. Tapi setidaknya aku bisa berjuang untuk hidupku sendiri. Kalau di tanya kabar, kabar aku baik Al. Dan ya, kehidupanku aman-aman saja. Tapi jujur, aku sering merasa kesepian." Aku menatap lurus ke arah langit melihat gemerlap bintang di malam ini. Aku jadi rindu dengan teman-teman di panti asuhan. Seperti inilah kegiatan kami dulu setiap malam. Menatap bulan dan bintang. Belajar memaknai kehidupan. Kata Ibu Panti, belajarlah dari langit. Langit selalu membawa banyak pelajaran. Salah satunya tentang konsekuensi dalam sebuah pilihan. Ketika kita takut akan gelap dan ingin merasakan terang di siang hari, kita harus menerima terik sinar matahari yang terkadang

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-12
  • PUDING JELLY   13. Sakit Albert

    ( PoV Albert ) 'Braaakkk!!!' Ku lempar semua yang ada di atas meja belajarku dengan begitu kerasnya. "Di mana sih obat itu?" Ku remas rambutku. Aku sudah putus asa. Sudah sekitar satu jam semenjak aku pulang sekolah, aku mencari benda itu, namun tak aku temukan juga. Benda yang begitu berharga untukku. Benda yang membuatku bisa menjadi lelaki baik di saat aku bersama dengan Asmara. Benda penting itu. Benda itu tak boleh hilang. Kembali ku kelilingi seluruh bagian dari kamarku untuk yang ke sekian kalinya, namun aku tetap tak menemukannya. "Sial! Siapa sih yang nyembunyiin obat itu? Aku lagi butuh banget!" Kali ini almari pakaianku yang menjadi sasaranku. Pakaian yang tertata begitu rapi itu pun tak lepas dari amukanku. Ku obrak-abrik semuanya. Tak ada satupun yang boleh tertinggal di dalam almari sehingga aku bisa dengan leluasa melihat ke dalamnya, apakah obat itu ada di dalam atau tidak. "Ah!!!" Aku membanting pintu almariku dengan amarah yang membara. Hingga pintu yang awalnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-12
  • PUDING JELLY   14. Ancaman

    ( PoV Asmara ) "Ternyata ini penyebab kamu selalu nyuekin aku dan nggak ngebolehin aku menyentuh kamu Ra?" Aku terkejut. Sepagi ini Aksara sudah ada di rumahku? Apakah tadi malam dia kembali lagi setelah memarahiku, pergi dan tak bisa di hubungi? "Kamu kapan datang? Ini kan masih pagi banget." Aku mencoba mengalihkan pembicaraannya. Aku tahu dia pasti akan marah ketika tahu kalau aku menghabiskan waktuku semalaman bersama dengan Albert. Berkemah bersamanya."Di apain aja sama Albert?" Aksara tang tadinya duduk di atas sofa ruang tamuku, kini berdiri. Berjalan perlahan menghampiriku dengan kedua tangannya dia lipat di atas dadanya. "Apa sih? Udah ah. Aku mau mandi. Nggak mau telat ke sekolahnya." Aku tak menghiraukannya. Aku melanjutkan langkahku. Berniat masuk ke dalam kamar dan mengganti baju ku yang sudah bau bantal ini dengan seragam sekolah. "Kamu tahu kan kalau aku nggak suka di cuekin?" Aksara menggenggam tanganku. Dia menarikku dengan begitu kencang. Hingga tubuhku terbantin

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-12

Bab terbaru

  • PUDING JELLY   82. Penolakan Lagi

    ( PoV Asmara )"Waktu itu aku nyari-nyari kamu Ra. Aku telusuri seluruh jalanan kayak orang gila biar bisa nemuin kamu." Albert menatapku. Tatapannya sayu. Dia sepertinya masih memendam perasaan kecewa kepadaku, dengan kepergianku waktu itu."Maafin aku, aku udah banyak salah sama kamu Al." Aku menunduk. Aku tak berani menatap matanya. Semakin aku menatapnya, semakin aku merasa tak pantas untuk mendapatkan maaf darinya."Aku nggak apa-apa Ra. Mungkin kamu takut sama aku malam itu. Mungkin kamu nggak mau deket lagi sama aku yang saat itu sedang kumat. Jadi kamu memutuskan untuk pergi. Dan aku ngerti." Albert semakin erat menggenggam tanganku. Sudah ku duga, dia tak akan marah kepadaku, sebesar apapun kesalahanku. Dia akan selalu memaafkanku meskipun aku telah membuatnya terluka. Sikapnya itulah yang membuatku semakin menyesal karena tak bisa mencintainya."Kamu udah banyak merawat aku Al, jadi aku nggak akan mungkin pergi hanya karena penyakit kamu itu." Ya. Malam itu aku mengetahui sa

  • PUDING JELLY   81. Ingin Tahu

    ( PoV Asmara )Kulihat Albert yang tampak kelelahan, tertidur di tepi tempat tidurku. Wajahnya yang tampan terlihat sayu karena terlalu banyak terjaga untuk menjagaku. Aku merasa begitu bersalah karenanya. Bagaimana ada seorang lelaki yang sebaik dirinya. Mencintai seorang wanita yang tak mencintainya dengan begitu besar. Wanita penyakitan seperti diriku.Ku belai lembut wajahnya. Ku telusuri setiap inci dari lekukan di wajah tampan itu untuk mencari kekurangannya. Kekurangan yang membuatku tak mencintainya. Namun semakin aku mencarinya, aku semakin tak mendapatkannya. Bahkan semakin aku melihatnya, wajahnya terlihat semakin tampan. Lantas, apa yang dalah denganku? Mengapa aku dengan sombongnya mengacuhkan seseorang yang tanpa cela ini? Mengapa aku tak bisa sedikitpun memberikan hatiku untuk lelaki yang sudah memberikan segalanya untukku ini? Mengapa aku tak bisa sedikit saja melihat cinta tulus dari lelaki yang sudah banyak berkorban untukku ini?Ah, rasanya aku benar-benar sudah gil

  • PUDING JELLY   80. Menjaga Asmara

    ( PoV Albert )"Kamu nggak ngejar Amel, Al?" Aku menatap Asmara tak berkedip untuk memastikan apakah dia benar Asmara atau bukan. Ku tatap wajahnya yang sayu, wajah yang selama ini selalu ku lihat di wajah Asmara karena memang kondisinya yang lemah sedari kecil, yang tak ku temukan dari wajah Asmara yang ku temui saat dia hilang ingatan tempo lalu."Nggak. Ngapain?" Aku tersenyum menatapnya. Melihat wajah ayunya, membuat jantungku terasa tak normal. Berdetak begitu cepat. Aku bahkan hampir lupa dengan Amel yang baru saja mengamuk karena cemburu melihat Asmara sedang berada di rumahku."Ya, kasihan aja sih. Aku nggak enak juga. Kalian bertengkar kan gara-gara aku tadi kalau aku nggak salah denger." Asmara menunduk. Menunjukkan kalau dia memang berada dalam penyesalan saat ini. Membuatku tak rela jika wajah wanita yang ku cintai itu menjadi murung karena sikap Amel yang kekanak-kanakan."Dih, apaan sih. Nggak, bukan gara-gara kamu. Amelnya aja yang kayak anak kecil. Cemburu nggak jelas.

  • PUDING JELLY   79. Amel Pergi Lagi

    ( PoV Albert )"Kamu nggak usah berisik bisa nggak sih Mel? Mara lagi sakit!" Aku kesal dengan Amel yang sedari tadi memintaku untuk mengantar Asmara pulang. Padahal dia melihat sendiri bagaimana kondisi Asmara saat ini. Asmara begitu lemah. Aku khawatir jika terjadi apa-apa dengannya lagi. Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan jika dia kembali tak mengingat apapun karena aku. Aku yang tiba-tiba saja membicarakan Amora di hadapannya."Kamu nggak ngerti ya Al? Itu tuh cuma caranya aja biar kamu mau balikan lagi sama dia. Biar kamu ninggalin aku. Ngerti nggak sih? Masak gitu aja nggak paham." Amel semakin tak terkendali. Dia bahkan berbicara dengan nada tinggi. Membuatku hampir saja frustasi di buatnya. Bagaimana tidak, ada Papa dan Mama di rumah. Dan Asmara, Asmara sedang beristirahat di dalam kamarnya yang memang bersebelahan dengan kamarku yang saat ini menjadi tempat perbincangan kami berdua. Atau lebih tepatnya, tempat pertengkaranku dan Amel."Mau kamu apa sih Mel? Kamu lupa kala

  • PUDING JELLY   78. Ingatanku Kembali

    ( PoV Asmara )"Makasih ya Al, udah nolongin aku tadi di jalan." Aku menyenderkan tubuhku yang masih terasa begitu lemah di senderan tempat tidurku. Ah, tidak. Tepatnya kamar tamu di rumah Albert, karena kamar itu kini bukan milikku lagi. Meskipun mungkin kamar itu masih sama seperti dulu dan tak ada sedikitpun yang berubah, aku tak berhak mengakuinya masih menjadi milikku. Karena aku sudah meninggalkannya."Sama-sama." Albert menunduk. Dia duduk di tepi tempat tidurku, namun membelakangiku. Dia terlihat tak senang melihatku. Entah apa yang membuatnya bersikap seperti ini kepadaku. Bukankah dia biasanya selalu ingin bertemu denganku? Bukankah dia bahkan tak akan melewatkan sedikit saja waktunya bersamaku?"Bisa minta tolong sekali lagi?" Aku menatapnya dalam. Mencoba mengartikan ekspresinya saat ini. Mungkinkah dia masih marah kepadaku setelah kejadian terakhir di villa tempo lalu? Ketika aku menolak pernyataan cintanya untuk yang kesekian kalinya. Mungkin saja iya. Aku memang keterla

  • PUDING JELLY   77. Mas Angga

    ( PoV Aksara )"Bener-bener gila si Dira. Dia tahu kan bagaimana kondisiku di dalam keluarga. Iya, oke kalau aku memang pewaris dari kekayaan orangtuaku yang tak akan habis di makan sampai tujuh puluh tujuh turunan. Tapi kan dia tahu kalau bukan aku satu-satunya pewaris orangtuaku. Bisa-bisanya dia minta sesuatu yang tak mungkin bisa aku kasih ke dia. Pakai acara ngancam segala lagi." Aku mengusap keningku dengan keras. Kepalaku serasa ingin pecah. Ingin sekali aku mengusir wanita gila itu saat ini juga. Selain aku sudah muak dengan tingkahnya, aku juga sudah tak ingin lagi melihat wanita yang sekarang sudah berubah menjadi macan loreng itu."Ah, mana panas banget lagi hari ini. Jalanan macet dari tadi nggak jalan-jalan. Kenapa sih ini? Perasaan kalau jam segini nggak pernah macet deh. Kan bukan jam berangkat dan pulang kerja. Lancar-lancar aja biasanya. Ah! Sial!" Aku memukul setir mobilku dengan keras. Udara yang begitu menyengat siang hari ini membuatku tak bisa menahan emosiku. AC

  • PUDING JELLY   76. Aku Pergi Dengan Syarat

    ( PoV Andira )"Kamu udah nggak ada waktu buat kita?" Aku melihat lelaki yang kini menjadi suamiku itu berdandan dengan begitu rapi. Entah kemana dia akan pergi. Kalau hanya sekedar ke kantor, dia tak akan sewangi ini. Aku jdi curiga, mungkinkah di luar sana ada wanita muda yang menjadi incarannya lagi kali ini?"Sama Amanda yang masih mulus saja aku sudah ogah. Apalagi sama kamu yang sekarang sudah kayak macan loreng." Deg! Apa? Apa yang dia katakan? Sadarkah dia mengatakan sesuatu hal yang begitu membuatku terluka seperti itu? Apakah dia memikirkan bagaimana perasaanku mendengar kalimat ejekannya itu kepadaku? Sungguh aku tak menyangka jika lelaki yang dulu begitu lugu, kini berubah menjadi begitu menjijikkan.Iya, aku akui aku sudah begitu berubah. Entah penyakit apa yang saat ini sedang aku derita. Seluruh tubuhku muncul bercak putih yang semakin hari semakin banyak. Aku sudah berusaha berobat kemanapun dan dengan cara apapun yang aku bisa. Namun nyatanya, bercak ini tak mau mengh

  • PUDING JELLY   75. Terakhir Kali

    ( PoV Asmara )"Aku tahu kamu udah nyaman sama cewek lain Al. Tapi jahat kalau kamu harus nuduh aku seperti itu. Nggak apa-apa kalau kamu mau pergi. Aku akan coba ikhlasin. Tapi aku nggak terima kalau seakan-akan di berakhirnya hubungan kita ini, aku yang kamu tuduh sudah menipu kamu, hingga kamu berpikir aku memang pantas menerima penghianatan kamu dengan Amel. Bahkan aku tak marah setelah aku tahu jika kamu membohongiku soal hubungan kita yang sebenarnya kita tak pernah pacaran, di saat aku hilang ingatan dulu. Dan kamu menyembunyikan hal yang paling penting di hidupku. Tentang aku yang menjadi saudara angkat kamu." Albert terkejut. Dia menatapku satu detik, kemudian kembali berpaling dariku. Dia masih diam saja. Pandangannya masih kosong. Dia bahkan tak menatapku sama sekali setelah satu detiknya tadi. Sesekali dia menarik napas panjang di sela-sela air mata yang masih mengalir sedari tadi. Aku tak menyangka, Albert setulus itu mencintaiku. Dia menangis untukku.Ah, tidak. Aku bahk

  • PUDING JELLY   74. Amora

    ( PoV Asmara )"Aku sudah bilang, tak ada yang perlu kita bicarakan lagi Al." Aku menatap pemandangan malam di sekitarku yang begitu indah. Lampu-lampu perkotaan di bawah sana, dan bintang-bintang yang gemerlap di sekitar rembulan di atas langit cerah. Ya! Akhirnya aku pergi juga dengan Albert. Aku tak enak saja karena Tante Astia turut serta bersamanya menghampiriku ke rumah. Beliau juga dengan sangat antusias mengajak kami berkemah di atas gedung rumah sakit milik keluarga Albert."Tapi kita harus bicara Ra." Albert berdiri tepat di sebelahku. Pandangannya jauh ke depan. Mungkin sama denganku, menatap lampu perkotaan yang gemerlap dengan indah."Apalagi? Kamu mau kita udahan kan? Bukannya tadi aku udah bilang mau udahan sama kamu? Itu kan yang kamu mau biar kamu bisa lanjut pacaran sama Amel? Terus mau apa lagi?" Aku menatap Albert dengan emosi. Lelaki yang beberapa jam lalu masih menjadi kekasihku yang sangat aku cintai, kini terlihat begitu menjengkelkan bagiku."Ya. Aku mau kita

DMCA.com Protection Status