17 PERTEMUAN AIDAN DAN ZIKO
Phia memakan rotinya dengan tergesa-gesa. Tiga hari ini dia tidak dapat melakukan apapun dengan tenang. Segelas teh hangat juga menemani sarapannya pagi ini.Rumah kecil di pinggiran kota menjadi tempat persinggahannya saat ini.
Di sebelah rumahnya, terdengar lagu dangdut yang berjudul Bang Toyib. Tanpa sadar Phia tersenyum. Dia merasa seperti bang Toyib yang tak pulang-pulang. Haruskah nanti dia kembali dengan membawa sebongkah berlian? Phia merasa geli dengan pikirannya sendiri.Ya, dalam situasi yang terkadang menegangkan, dia harus bisa menghibur dirinya sendiri. Dia seperti seorang penjelajah, entah sudah berapa banyak tempat yang dia datangi.
Dulu, saat dia masih kecil, dia memang memiliki impian untuk keliling dunia. Itulah sebabnya dia menyukai kebebasan. Dia tidak menyukai pekerjaan yang terikat.Dengan keliling dunia, wawasannya bertambah dan dia memiliki banyak kenalan, dan merekalah y
18 VIOLA DAN STEVANOSelama bersama Aisar, pria itu memang sering bercerita tentang kedua orang tuanya, namun tidak pernah bercerita tentang kakeknya.Apa jangan-jangan ... ah, Phia sendiri jadi bingung.Wajah Phia kena tonjokan karena dia kurang konsentrasi akibat memikirkan nenek dan kakeknya.Mulutnya mengeluarkan darah. Phia menendang perut pria yang ada di hadapannya. Pria yang lain menendang punggungnya.Dor!Phia menembak lengan pria yang menendang punggungnya itu. Jika seperti ini terus dia bisa kalah.Meskipun Phia pintar bela diri, namun terus-terusan diserang oleh banyak pria yang juga kuat dan banyak tentu saja membuatnya kualahan.Kreekkk“Arrgghh ....”Phia mematahkan tangan pria yang lain.Dor, lalu dia menembak lutut pria yang lain lagi. Setelah itu dia kembali lari.Keadaan Phia sudah tidak karuan. Bajunya sobek, mulut dan hidungn
19 DIA ELPHIA AYURAPhia berjalan tertatih-tatih menyusuri lorong hotel itu. Dari arah belakang, terdengar derap langkah kaki yang tergesa-gesa. Dia seperti terperangkap, masuk ke kandang Singa.Jika saja tadi dia tidak memasuki hotel itu, mungkin dirinya akan lebih mudah meloloskan diri. Pasti sudah banyak orang yang berjaga di pintu masuk dan keluar.Phia mencoba membuka pintu demi pintu kamar hotel itu, tapi semuanya terkunci.Phia menekan tombol lift, saat pintunya terbuka, dua orang berpakaian hitam berdiri di hadapannya.“Kamu ....”“Tidak tahu.”Phia langsung menendang salah satu pria itu dan menonjok dua yang lainnya. Gadis cantik yang sudah babak belur itu langsung masuk ke dalam lift. Phia berhenti di lantai atas berikutnya. Dia kembali mencoba membuka pintu.KrekBerhasil!Pintu kamar nomor 888 terbuka. Phia langsung menerobos masuk
20 PERTEMUANPerut Phia seperti diremas-remas, membuatnya semakin mual.“Kemana nona Elphia pergi?”Phia menahan nafasnya. Mereka memanggilnya Elphia, apa identitasnya sudah terbongkar? Phia bersembunyi di tempat penyimpanan selimut. Dia pikir London akan menjadi tempat yang aman, yang terjadi justru sebaliknya. Semua musuhnya berkumpul di sini. Apa mereka bekerja sama?Phia mengatur nafasnya, setelah merasa aman, dia keluar dari tempat persembunyiannya.Aidan berjalan dengan tergesa-gesa, ingin segera menyusul Phia.“Sekarang dia ada di lantai sebelas. Jangan sampai membuat orang-orang curiga.”Hari beranjak malam, acara di ruangan itu masih berlanjut.Phia berlari dengan langkah lebar. Untung saja dia menggunakan sepatu karet yang meredam suara langkahnya.Dia melihat dua pengawal yang berjaga di depan pintu dan yang lain hilir mudik di lorong yang lain.
21 TIGA FOTO BERBINGKAI HITAM“Aarrgghh ....”Suara jeritan kaget terdengar di ruangan itu. Phia tanpa sengaja menekan pelatuk pistol karena perutnya tiba-tiba sangat sakit. Untung saja tidak ada yang terkena tembakannya.Ruby melangkah mendekati Ayura.“Nona ....”Phia dan Aidan melihat ke arah wanita tua itu dan langsung melebarkan matanya.“Nenek!” ucap Phia dan Aidan bersamaan.Badan Phia terhuyung ke belakang, hampir pingsan. Untung saja Ziko dan Aidan dengan sigap menahan tubuhnya.“Nenek, masih hidup?”Phia tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Dia melihat Aidan yang jugavsama terkejutnya.“Ai, apa kamu juga melihat apa yang aku lihat?”“Iya.”“Apa kalian mengenalku?” tanya Ruby.“Apa nenek tidak mengenal kami?”
22 RUMAH SAKITPhia segera dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Aidan dan Ziko terus berada di sisi Phia. Aidan juga sudah berganti baju dan membersihkan dirinya saat Phia juga dibersihkan oleh teman-teman perempuannya tadi.Keduanya saling memandang dengan tatapan penuh persaingan. Bukan persaingan bisnis, tapi persaingan dalam masalah perempuan.Carlos dan Ruby memandang Andreas penuh minat. Andreas dapat melihat dari ujung matanya bahwa dua arang yang baru pertama kali bertemu dengannya ini sedang memperhatikannya.Begitu juga dengan Clara, dia terus menatap Andreas sambil mengernyitkan alisnya. Kini mereka semua berkumpul dalam satu ruangan karena Elphia Ayura, gadis cantik yang masih terbaring tidak sadarkan diri.Takdir kah ini?Promise ....Membuat mereka semua ibarat puzzle yang mulai disusun.Ya, ini memang takdir.Diawali dengan Phia
23 KEMBALI KE JAKARTASelama tiga hari ini Phia dirawat di rumah sakit. Aidan dan Ziko dengan setia selalu menemaninya.Kedua pria itu tidak banyak bicara satu sama lain. Sekalinya bicara hanya membahas tentang kerja sama mereka saja.Aidan dapat melihat dari sorot mata Ziko bahwa pria itu sangat menyukai Phia. Pun sebaliknya, Ziko dapat merasakan kalau Aidan sangat menyayangi Phia. Saat ini yang masih menemani Phia selain Aidan dan Ziko hanya Lila saja. Teman Phia yang lain sudah kembali ke Jakarta, termasuk kedua orang tua Aidan.Phia sendiri sudah berencana untuk kembali ke Jakarta, melanjutkan hidupnya dengan tenang. Jika Phia merasa biasa-biasa saja dan tidak merasa tidak enak hati dengan keberadaan Ziko dan Aidan bersamaan, maka beda dengan Lila.Gadis ceplas-ceplos itu selalu merasa canggung saat Ziko dan Aidan ada di ruangan yang sama.“Phi, diantara dua pria tampan itu, siapa yang kamu pilih?”
24 KEBENARAN Ruby bersandar di pundak suaminya, Arthur, sedangkan Julia memeluk tubuh suaminya, Erlan. Viola mendelik tajam pada suaminya, Stevano. Sedangkan dua orang lainnya, Clara dan Carlos, merasa hampa yang berkepanjangan. Sungguh keadaan dan pemandangan yang sangat jauh berbeda di antara dua keluarga besar itu. Namun anehnya, mereka yang tidak bahagia itu tetap bertahan hingga saat ini. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka, hanya mereka saja yang tahu. Meskipun usia mereka tak muda lagi, bukan berarti sudah tidak bisa merasakan patah hati, kasih tak sampai atau apa pun itu namanya. Cinta tak pernah mengenal umur. Patah hati tak memandang usia. Kerinduan tak pernah redup. Tak ada celah lagi untuk yang lainnya mengisi hati itu. Terasa pilu bagi hati yang berteluk sebelah tangan, atau tak bisa bersama meski hati saling mencinta. *** Ra
25 FAKTA “A-apa?” tanya Julia. “Iya, ini fotoku saat masih berumur tiga tahun,” jawab Phia. “Apa kamu yakin?” “Tentu saja aku yakin, masa aku tidak mengenal wajahku sendiri.” Phia tidak mengerti mengapa mereka seperti itu, yang menunjukkan ekspresi antara ragu tapi juga bahagia. Mereka saling berpandangan dengan senyum bahagia. Seketika tangis haru memenuhi ruangan itu. Ini sebuah kejutan yang sangat luar biasa bagi mereka. Mereka berharap semua ini memang nyata, bukan hanya sebuah mimpi. “Chiara ... anakku!” Julia langsung menghampiri Phia dan memeluknya. Dibelainya dengan lembut wajah gadis yang berdiri di hadapannya. Diamatinya dengan lekat, dengan mata penuh kerinduan. Alis, bulu mata, mata, hidung, pipi, bibir, dagu. Diamatinya setiap inci wajah Phia. “Anak? Maksudnya?” tanya Phia tidak mengerti. Dia memandang wajah Aidan dan ayahnya. Mereka juga terlihat sedikit bingung, namun seketika seperti memahami sesuatu. Apa dia akan menjadi orang bodoh sendiri di sini?“Kamu ad