Beranda / Romansa / PROLOG / Bagian 22

Share

Bagian 22

Penulis: Maymay
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“May, gue nebeng lo ya. Tadi gue berangkatnya naik ojol. Yuk,” ajak Gadis.

Tumben sekali Gadis nebeng aku, biasanya dia nebeng Danu karena rumah mereka jauh lebih deket. Aku melirik arloji di pergerangan tanganku, ternyata sudah pukul empat. Danu juga sudah siap-siap mau pulang. Saat itu juga pintu ruangan Rendra terbuka.

“Dis, yakin gak jadi bareng gue?” Tanya Danu.

“Enggak, sama Mayang aja. Lama gak nebeng dia.”

Aku hanya mengangguk. Aku melihat kalau tatapan Rendra mengunci mataku. Tapi aku cuek.

“Yuk, keburu macet.” Aku jalan lebih dulu meninggalkan Danu, Gadis, dan Rendra. Aku baru malas jika ngobrol dengan dia.

“May, mampir beli kopi yuk?” ajak Gadis. Aku langsung mengiyakan, karena memang aku butuh kopi. Sangat penat hari ini. Harapan akan membayangkan makan siang berdua, pulang bareng, sampai rumah makan bareng lagi. Sirna sudah.

“Boleh, ke Kopi da

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PROLOG   Bagian 23

    “Pulang bareng ya?” Suara Rendra terdengar sangat dekat. Ternyata dia sudah ada di depan mejaku.“Mobilku gimana?” tanyaku. Karena aku tadi dijemput Gadis.“Biar dibawa Gadis lagi, Mama ngundang makan malem.” Rendra menarik kursi di depanku.Aku kaget mendengar perkataan Rendra, gila aja Mamanya ngajak makan malem bareng. Aku belum persiapan apa-apa. “Kenapa mendadak sih? Kenapa gak dari tadi ngomongnya? Aku gak siap apa-apa ini?” Protesku.“Mama barusan yang whatsapp. Gak usah bawa apa-apa. Udah gitu aja langsung berangkat. Nanti habis isyak langsung pulang, biar gak kemalaman pulangnya.” Katanya.Akhirnya aku menyetujui. Untung saja hari ini pakaian yang ku pakai bisa dikatakan sedikit sopan. Aku memakai celana kulot warna mocca dan blazer dengan warna senada. Ya, meskipun belum mandi tapi not bad lah.“Dis, mobil gue, lo bawa la

  • PROLOG   Bagian 24

    Selang lima menit depan ruang editor terdengar rame-rame. Benar yang dikatakan Gadis kalau Kak Ratu diterima jadi editor di sini. Ketika Bu Rahma selaku kepala HRD masuk ruangan semua penghuni ruangan ini menjadi diem. Kemudian di susul dua orang yang aku Yakini akan diperkenalkan sebagai editor baru. Satu laki-laki dan yang satu perempuan. Yang perempuan jelas itu Kak Ratu.“Mayang, ikut ke ruangan Pak Rendra sekarang juga ya.” Perintah Bu Rahma. Aku langsung berdiri dan mengikuti di belakangnya.Aku berjalan di samping kak Ratu “Hallo kak,” sapaku.Kak Ratu menoleh dan membalas dengan senyuman.Ada yang aneh menurutku, waktu awal ketemu wawancara dulu tidak seperti ini. Ini kenapa seperti cuek ya. Ahhh kenapa juga aku harus mikirin ini.Bu Rahma mengetuk pintu ruangan Rendra. Kami langsung masuk saat Rendra memersilakan dari dalam. Rendra langsung berdiri dari kursinya kemudian menuju kursi tamu yang ada di s

  • PROLOG   Bagian 25

    “Mana kuncinya.” Gadis merebut lagi kunci mobilku terus diberikan ke Danu. “Dan, lo yang nyetir, aku gak mau kalau Mayang yang nyetir terus terjadi apa-apa.”“Siap. Tapi nanti kalian janji ceirta ya.” Rayu Danu.Kami bertiga memang sering gak mau kalau diminta nyetir, sesuai kesepakatan bersama menggunakan mobil siapa baru yang punya mobil yang nyetir. Tapi kali ini beda, karena kondisiku yang tidak memungkinkan Gadis menyuruh Danu untuk nyetir.Baru aku membuka pintu mobil, aku melihat Rendra keluar dari kantor dengan Kak Ratu. Tatapan Rendra langsung menatap ke arahku. Aku tau maksud tatapan dia, tapi aku tidak nyakin untuk kali ini.“Ayo May, lo nunggu apa lagi sih.” Teriak Danu.Aku langsung masuk dan menutup pintu. Menghiraukan tatapan Rendra. Selama perjalanan aku hanya melihat ke arah jendela.“Dis, pesan seperti biasanya ya.” Aku menyuruh Gadis ke

  • PROLOG   Bagian 26

    Aku membaca cerita karya Rendra yang dikirim. Dua hari ini aku membaca naskahnya. Sebenarnya cerita dia tidak begitu Panjang. Tapi aku menikmati setiap bagian yang dia tulis. Semua yang dia tulis seperti yang aku impikan selama ini.Entah sengaja atau tidak, Rendra tidak memberikanku kerjaan selain naskah dia. Ini tidak adil sebenarnya karena karya dia belum masuk ke daftar yang akan dicetak. Malah ada beberapa karya yang dikerjakan Ratu. Aku sempat protes dengan Rendra, tapi dia tetap dengan keyakinannya, aku diminta untuk fokus ke karya dia. Aneh bukan.Sudah dua minggu pasca kejadian awal Kak Ratu kerja di sini. Semua terlihat baik-baik saja. Aku dan Kak Ratu tidak terjadi perang batin, gak tau kalau perasaan kak Ratu.“Yang, bisa ke ruangan saya sebentar?” Pak Rendra menyembulkan kelapa di pintu.Aku mengangkat kepala mencari sumber suara “Ohh, bisa Pak.” Aku langsung berdiri dan merapikan kemeja yang agak kusut.

  • PROLOG   Bagian 27

    Kami tiba di kantor tepat pukul satu. Saat itu Reno dan Ratu sudah fokus ke laptopnya masing-masing. Aku segera menuju meja. Tatapan sinis Ratu sudah mulai aku dapatkan lagi. Mungkin dia curiga kalau Rendra dekat denganku. Aku mah cuek aja.“Mayang, Danu, dan Gadis bisa ke ruangan saya sebentar.” Suara Pak Rendra mengagetkan kami. Aku, Danu, dan Gadis langsung saling menatap.“Ya paling juga dimarahin karena telat masuk.” Ucap Ratu sinis.Padahal kami bertiga tidak telat masuknya. Kami juga tidak menghiraukan perkataan Ratu. Biar diam mau ngomong apa, sepertinya dia iri.Aku langsung membenarkan baju dan jalan ke ruangan Rendra. Kami bertiga masuk setelah mengetuk pintu. Rendra sudah menunggu di sofa tamu.“Silakan duduk.” REndra memersilakan kami.“Jadi begini, karena saya ada projek baru ketemu penulis di Bali, saya ingin mengajak kalian bertiga. Karena penulisnya jauh, jadi nanti bia

  • PROLOG   Bagian 28

    Kamis pagi kami sudah sampai di Bandara YIA. Kami diantar Dea, pacarnya Danu.“Udah, gak ada yang ketinggalan kan?” Tanyaku ke Danu dan Gadis.“Beres.” Jawab mereka serempak.Tiket yang dipesankan untuk kami penerbangan pertama yaitu jam tujuh. Sehingga sekarang baru jam senam kami udah siap di bandara. Biasanya jam enam baru bangun tidur. Kata Rendra biar kami sampai Bali masih pagi dan bisa istirahat sebelum siang kami ketemu dengan klien. Kami menurut saja karena semua akomodasi sudah ditanggung sama kantor.Pukul Sembilan kami Sudah sampai hotel, aku dan Gadis satu sakar, sedangkan Danu sendiri. Katanya berdua dengan Rendra jika dia besok nyusul ke Bali.Kami bertiga istirahat di kamar masing-masing. Walau perjalanan tidak terlalu lama, tapi mata memang tidak bisa berbohong. Sebelum keberangkatan ke Bali kami benar-benar lembur sampai jam satu dini hari baru bisa tidur.Aku mengabaikan suara ponsel y

  • PROLOG   Bagian 29

    Sesuai janji dengan Rika, penulis kami yang di Bali. Kami bertemu di restoran hotel untuk penandatanganan kontrak. Kami janjian pukul dua siang, waktu lebih maju daripada jadwal sebelumnya. Sebelumnya dijadwalkan jumat malam, karena Rendra sudah tiba di Bali Kamis malam, maka kami memajukan jadwal agar bisa cepat selesai kerjaan kami.Oh iya, tadi pagi Rendra juga mengajak aku untuk sarapan bareng. Dia tidak menceritakan apapun masalahnya, padahal sangat jelas dari raut wajahnya jika dia menanggung beban. Aku mencoba untuk memancing agar diam au bercerita tapi hasilnya sama. Masih nihil. Dia hanya menceritakan pekerjaan yang agak kacau karena aku tinggal, padahal aku ini kerja juga bukan meninggalkan pekerjaan.Aku jadi bertanya-tanya sendiri kalau begini, aku penasaran denga napa yang dikatakan Clara. Tapi ketika mengorek agar diam au bercerita sama saja membuka masalah untuk kami. Makanya, aku hanya bisa diam untuk saat ini. Diam lebih baik. Menganggap

  • PROLOG   Bagian 30

    Aku masih menangis di bahu Rendra. Dia masih tetep setia mengelus punggungku. Dia hanya diam tanpa bicara apapun lagi. Kelamaan tangisanku mulai reda, tapi ingusku masih saja keluar. Rendra mengambilkan tisu untuk aku membersihkan ingus."Makasih," kataku.Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi untuk saat ini."Pulang yuk,"ajaknya.Aku menggaguk sebagai jawaban. Tapi sepertinya alam sedang tidak bersahabat dengan kami. Tiba-tiba hujan turun lama kelamaan begitu deras. Kami masih di tempat makan pinggir pantai. Padahal sudh pukul setengh enam. Jika kelamaan kami di sini, tiba di hotel bisa malam karen jrak hotel ke Pantai Pandawa lumayan jauh.Tiba-tiba angin lumayan kencang. Aku kedinginan karena baju yang aku gunakan hanya kemeja tipis dan untungnya aku pakai celaba kulot dan sandal. Toba-tiba Rendra melepas jaket yang dia kenakan."Nanti kamu kedinginan Ren, kalau jaketnya basah gimana?""Gak papa sayang."Hari sem

Bab terbaru

  • PROLOG   PART AKHIR

    Kehadiran dan kedatangan Rendra kali ini memang membuatku bingung dengan sikapnya. Walau aku sudah tau semua kisahnya selama ini, tapi aku belum yakin dengan perasaanku dengan menerima dia kembali. Seperti halnya aku yang masih ragu dengan perasaanku, apakah hanya sebatas suka atau kasihan dengan kisahnya. Walau waktu di puncak aku sempat menerima cincin darinya, tapi bukan bearti hati ini sudah menetap untuk memilihnya kembali. Aku hanya perlu memikirkan dan membuat keputusan secepat itu, karena aku tidak ingin Rendra menunggu. walau kenyataannya dia yang selama ini membuatku terus menunggu.Aku pernah berada di posisi menunggu, dan itu sungguh tidak adil bagiku. Ketika Rendra memintaku bagaimana caranya aku tidak akan membiarkan dia menunggu, walau kenyataannya hatikulah yang lagi-lagi dibuat sakit. Kali ini bukan sakit karena menunggu, tapi sakit atas keputusanku, apakah sudah benar atau tidak? Apakah Rendra juga menginginkan hal yang sama? Atau dia hanya ingin membalas kebaikanku?

  • PROLOG   Bagian 57

    Curahan Hati MayangBagaimana perasaan kalian saat ditinggal dan diberi harapan palsu dengan orang yang dicintai? Pasti sakit hati bukan.Itulah yang ku rasakan hampir satu tahun ini. Orang tersayang bukan hanya Rendra yang menghilang, tetapi Gadis dan Danu juga menghilang.Aku sampai bingung harus menghubungi mereka lewat apa? Karena setiap kali aku kirim pesan baik di whatsapp atau sosial media yang lain pasti tidak pernah dibalas.Aku bingung apa yang membuat mereka seperti ini? Kalau hanya Rendra aku tidak ada mempermasalahkan karena memang dia masih punya istri. Tapi dengan Danu dan Gadis membuatku jadi bertanya-tanya, ada apa dengan mereka?Di saat aku membutuhkan dukungan untuk menjalani hidup yang jauh dari orang-orang tersayang, mereka semua menghilang, tapi aku bersyukur ada Galang yang selalu menemaniku saat itu. Dia menjadi orang pertama dan di garda terdepan saat aku terjadi suatu hal. Dia juga y

  • PROLOG   Bagian 56

    Sore ini kami semua langsung berangkat ke Puncak. Liburan yang tidak pernah aku rencanakan sebelumnya. Semua ini kejutan dari Rendra. Aku gak nyangka kalau dia punya ide seperti ini.Sampai puncak sudah malam hari, kami langsung masuk ke kamar masing-masing. Rendra yang memesan villa ini. Villa ini terdapat empat kamar tidur. Ayah dan Ibu satu kamar, Clara dan Mama, Rendra dan Danu, sedangkan aku dan Gadis.Kami semua tidak ngobrol santai dulu karena sudah terlalu capek. Aku bahkan di perjalanan tadi pun sempat tidur.Pukul sebelas malam aku kebangun karena haus, aku lupa membawa botol minum di kamar. Padahal biasanya aku selalu menyiapkan minum di kamar agar tidak keluar kamar malam-malam.Aku melihat televisi ruang tengah masih nyala, padahal tadi kami semua sudah masuk ke kamar masing-masing. Aku perlahan berjalan mendekati cahaya lampu televisi, ingin memastikan siapa yang menonton televisi malam-malam.“Loh Mas, bukan

  • PROLOG   Bagian 55

    Sebelum pulang ke kost, kami melakukan foto studio dulu. Aku padahal tida booking untuk foto studio, ternyata Rendra yang sudah melakukan dan merencanakan semua ini.Foto pertama, fotoku dengan Ayah dan Ibu, ke dua fotoku sendiri, ketiga Ayah, Ibu, dan Rendra. Dan yang terakhir fotoku dengan Rendra. Beberapa kali pose kami lakukan. Aku kikuk jika foto berdua dengan Rendra, karena belum pernah kami melakukannya. Dia juga beberapa kali pose memeluk pinggangku erat. Malu di lihat Ayah dan Ibu.Dirasa sesi foto cukup, kami segera pulang. Tapi aku mengajak untuk makan siang terlebih dahulu, tapi di tolak oleh Rendra. Padahal aku sudah sangat lapar.“Kenapa gak boleh mampir makan sih, aku laper.”“Nanti di kost aja ya.” Katanya lembut.“Aku gak masak tadi Mas.” Kataku dengan nada geli. Masih risih saat menyebut dengan sebutan “Mas”.Rendra langsung senyum senyum dan melaj

  • PROLOG   Bagian 54

    Hari ini, hari yang ku tunggu-tunggu. Iya. Aku wisuda pagi ini. Ibu dan Ayah sudah datang dari Solo sejak kemarin siang. Aku menggunakan kebaya modern warna merah maroon senada dengan kebaya ibu. Dan rok batik yang sama dengan Ibu dan Kemeja Ayah. Ibu tampak bahagia melihatku pagi ini.“Duh, ayune anak ibu.” Ibu senyum-senyum melihatku.Aku hanya membalas senyuman ibu.Ketika kemarin siang ibu sampai di sini, ibu dan Ayah langsung membahas lamaran Rendra, awalnya aku tidak terima dnegan Ayah yang begitu saja menerima tanpa menanyaiku terlebih dahulu. Tapi alasan Ayah menerima Rendra membuatku yakin kalau pilihan Ayah tidak pernah salah.Tapi, sampai saat ini aku belum memberikan jawaban ke Rendra. Dia juga rutin mengirimkan pesan untukku karena dia sudah ku usir dari sini beberapa hari yang lalu. dia hanya akan ngrecokin ketika aku mengerjakan revisi tesis bareng Galang. Ada saja alasannya agar dia bisa menganggu k

  • PROLOG   Bagian 53

    Harusnya hari ini Rendra dan yang lainnya pulang ke Jogja karena mereka tidak bisa meninggalkan pekerjaan terlalu lama, apalagi penerbitan yang di rintis Rendra baru seumur jagung. Tapi yang pulang hanya Ratu, Gadis, dan Danu. Sedangkan Rendra masih di Bandung katanya ingin menemaniku. Halah padahal dulu dia seperti apa. Aku Sudah mencoba mengusirnya karena kalau dia di sini, nanti hanya akan mengangguku menyelesaikan revisi tesis, padahal aku aku hanya diberi waktu satu minggu untuk menyelesaikan.“May, kami pulang dulu ya. Hati-hati, ada buaya di sini.” Kata Gadis sambil terkikik.Aku tau yang di maksud buaya adalah Rendra.“Santai, paling bentar lagi juga Gue usir.” Kataku.Setelah mereka pergi, mereka pulang ke Jogja menggunakan mobil Rendra. Rendra sengaja menyuruh mereka membawa mobilnya biar nanti REndra ke Jogja menggunakan mobilku. Aku paham maksudnya. Memang dari dulu Rendra selalu tidak mengijinkanku untuk

  • PROLOG   Bagian 52

    Aku tidak menjawab pertanyaan Rendra, buat apa aku menjawab kalau akhirnya dia tidak menjelaskan apapun yang sudah terjadi selama ini. Di juga menghilang. Dia pikir aku perempuan seperti apa yang bisa seenaknya dia singgahi begitu saja.Hingga dia menghentikan mobilnya di daerah braga. Kawasan ini sangat ramai jika malam hari, aku sudah sering ke sini dengan Galang. Bahkan kami sering menghabiskan malam minggu di tempat ini, selain untuk menghilangkan penat karena tesis yang menyita pikiran dan waktu, tempat ini juga nyaman untuk ngobrol.Rendra turun dari mobil, rasanya aku malas turun tapi mau bagaimana lagi aku gak mau jika dikunci dalam mobil. Rendra jalan ke arah Kopi Magma, tempat ini yang biasa aku datangi dengan Galang, selain tempatnya nyaman menunya juga enak dan ramah untuk mahasiswa seperti aku apalagi anak kostan.“Selamat Malam Neng Mayang.” Sapa seorang karyawan yang datang membawa buku menu.“Malam A’, saya pesan se

  • PROLOG   Bagian 51

    Malam ini kami makan penyetan yang dipesan Gadis, kami makan di ruang depan. Ruang ini tadi Danu sulap menjadi tempat istirahat Gadis, Danu, dan Ratu sedangkan Rendra malah menyusulku istirahat di kamar dan menyebabkan kejadian yang luar biasa. Dia belum bilang apa-apa, tapi dari yang dia lakukan ke aku itu menandakan kalau dia memang saat ini sudah resmi cerai dari Ratu.Kami makan dalam diam, tidak ada percakapan atau guyonan seperti biasa. Bahkan Danu dan Gadis yang biasanya selalu becanda, kesempatan makan malam ini mereka diam seribu bahasa.Selesai makan, aku selaku tuan rumah membereskan sampah bekas makanan. Aku membuangnya di tempat sampah depan kost biar tidak menumpuk di dapur. Aku sengaja berlama-lama di luar karena aku merasa canggung dan seperti orang asing di antara mereka.Takut mereka pada curiga aku langsung melangkahkan kaki masuk ke kost. Mereka baru fokus dengan ponselnya masing-masing. Aku segera ke dapur untuk cuci tangan.

  • PROLOG   Additional part Bagian 51

    “Sayang, maafin aku ya.” Berulang kali Rendra mengucapkan kalimat itu, aku memiliki rasa bersalah saat ini karena di luar ada istrinya. Dia malah menyusulku ke kamar. Di mana letak rasa pengertiannya dengan istrinya. Aku mulai melepas tangannya yang ada di perutku. Risih sekali sudah lama kami tidak komunikasi tiba-tiba dia datang-datang langsung meluk. “saya sudah maafin bapak. Bapak tunggu di luar ya. Saya mau ganti baju dulu.” Aku tak menoleh ke arahnya. Rasanya ingin melihat reaksi wajahnya, tapi aku urungkan. “Belum, kamu belum bisa memaafkan ku.” Katanya lagi. Dia memang orang yang keras kepala. “Sudah Pak, semua sudah berakhir. Saya sudah memaafkan bapak sejak dulu. Jadi jangan berfikir kalau saya belum bisa memaafkan bapak.” Kataku. Aku sengaja memanggilnya “bapak” karena itu lebih sopan daripada aku memanggil nama. Tiba-tiba dengan paksa Rendra membalikkan badanku. Dia langsung memegang kedua pip

DMCA.com Protection Status