Mendengar suara nyaring itu, Khalingga bergegas menuju asal suara. Tangannya ingin langsung menarik tuas pintu dan membukanya tapi ia urungkan. Ia mengetuk-mengetuk dan memanggil Nayyara.
"Nay.. Nay… Nayyara!!!" Khalingga sedikit berteriak agar bisa terdengar oleh Nayyara.
Khalingga merasa panik tidak mendapat jawaban apapun dari dalam, ia langsung meraih handle pintu menaik turunkan dengan cepat. Sialnya pintu kamar tamu terkunci dari dalam.
Segera Khalingga berlari menuju dapur, ia membuka salah satu kitchen set tempat dimana tersimpan berbagai kunci cadangan. Setelah mendapat yang ia cari Khalingga kembali menuju kamar tamu. Berusaha membuka pintu itu.
Terlihat Nayyara yang sedang terduduk menunduk di lantai dengan tangan yang memegang kepala dengan rambut panjangnya sedikit berantakan terurai ke depan menutupi wajah cantiknya.
Khalingga bergegas menghampiri Nayya
Pak Pranoto menatap Khalingga dengan tajam. Kemudian beliau membalikkan badan."Gunakan pakaianmu dan temui saya di ruang baca," ujar Pak Pranoto dingin, dan melangkah meninggalkan ruangan itu.Khalingga masih terdiam sejenak, ia mengatur napas dan mengumpulkan keberanian. Pasalnya kalau sudah seperti ini, ruang baca bagaikan pengadilan. Ia menatap Nayyara yang terlihat sangat mengenaskan. Khalingga merasa sedikit kecewa dengan Nayyara. Menurutnya Itu bukanlah yang pertama untuk Nayyara, tapi kenapa tangis wanita itu terlalu berlebihan.Bingung sudah pasti, entah apa yang harus ia jelaskan kepada sang ayah. Kemudian Khalingga memunguti pakaiannya satu persatu dan membawanya ke keluar."Nay…" lirih Bu Iska"Kita pindah ya, di sini banyak beling," ucapnya khawatir melihat keadaan sekeliling.Batin wanita paruh baya itu menerka-nerka kenapa kejadian seperti ini bisa terjadi. Tangann
Khalingga menarik napas berat, ia menyandarkan tubuhnya pada kursi, memegang dan menjambak rambut dengan kedua tangan. Otak cemerlangnya seolah buntu. Ia meraih ponsel mencari nama Narotama di sana."Bodoh." gumamnya pelan.Ya tidak mungkin dalam masalah ini ia akan melibatkan Tama. Entah bagaimana reaksi Tama mengetahui scandal ia dengan kekasih sahabatnya. Apa persahabatan yang mereka jalin sejak berseragam putih abu-abu akan berakhir begitu saja?Khalingga mengusap wajah kasar, ia frustasi jika memikirkan pertemanan mereka. "Sudahlah." ucapnya kesal.Gerakan tangan pada ponsel ia lanjutkan dan mencari kontak bertulisan Kavi."Pulanglah, aku akan menemui setelah makan siang di rumahmu." Tanpa basa-basi Khalingga langsung menyampaikan maksudnya."Oh oke," jawab Kavi singkat. Ia sangat paham pasti ada masalah bila Khalingga sudah bersikap dingin.Sedangkan di
Mike yang cemas akan kondisi Nayyara, langsung melesat menuju rumah sahabatnya. Di sana ada dua orang bertubuh kekar menghadang Mike di depan pagar rumah Nayyara."Maaf tidak sembarangan orang diperbolehkan masuk." Cegat salah satu Pria berkaos hitam.Mike menatap heran, sejak kapan ada algojo yang menjaga rumah Nayyara."Saya sahabat Nayyara," jelasnya.Dua orang itu saling bertatapan, salah satu diantaranya menelpon seseorang seolah melaporkan keadaan. Sempat mereka menanyakan nama kepada Mike, yang dijawab dengan ketus olehnya. Mike pun diperbolehkan masuk setelah pria menyeramkan itu mendapatkan izin dari yang diyakini adalah Bos mereka.Mike melajukan mobil ke dalam pelataran rumah Nayyara dan memarkirkan kendaraan yang ia gunakan.Pintu rumah Nayyara tidak terkunci, pasalnya setelah membuka pintu Nayyara langsung berlari dan meninggalkan kunci masih menggantung di pintu bagian luar.Kemudian Mike masuk dan menyimpan kunci yang tergantung,
Nayyara menggeser layar ponselnya ke atas, sejujurnya ia sangat bingung harus berbicara apa kepada Tama, ia harus memulai cerita darimana dan dengan cara apa?"Halo, Nay." sapa Tama yang terdengar panik."Abang..." lirih Nayyara"Ada apa dengan suaramu, Sayang?" tanya Tama khawatir.Nayyara terdiam air matanya mengalir, ia berpikir harus dari mana memulai berbicara. Sangat sulit untuk berkata jujur tapi tidak mungkin dia berbohong."Maaf…" Nayyara terisak hatinya sakit merasa telah mengkhianati Tama.Tama semakin panik dan bingung mendengar isakan dan perkataan Nayyara."Sayang, Kamu kenapa? Apa karena foto itu, aku yakin itu bukan seperti yang terlihat." ucap Tama bermaksud menenangkan keadaan.Benar dugaan Nayyara, ternyata Tama juga mendapatkan kiriman foto seperti Mike."Kejadian sebenarnya malah lebih mengerikan." sergah Nayyara di antara tangisnya."Aku menyerah, aku berhenti, aku...
"Nay…" suara Mike membuyarkan lamunannya. Beruntung kali ini ia bisa menahan emosinya untuk tidak menangis.Nayyara langsung membuka pintu kamar mandi. Ia melihat Bu Ani dan Mike masih menunggu di sana."Yuk." Ajak Bu Ani setelah melihat Nayyara keluar dari kamar mandi.Mike dan Nayyara mengikuti langkah Bu Ani keluar dari kamar Nayyara dan menuju meja makan.Pak Riswa sudah menunggu mereka di meja makan. Hatinya lega melihat putri semata wayangnya mau ikut bergabung untuk makan.Kemudian mereka mengambil posisi duduk masing-masing dan mulai makan setelah Pak Riswa menawarkan dan mengajak mereka makan."Udah lama yah, Mike gak main kesini?" tanya Pak Riswa di sela-sela acara mengunyahnya."Iya, Pak. Maaf baru sempat main kesini lagi." jawab Mike sungkan."Tu kan jadi kaku gitu, udah jarang main ke sini sih." ledek Pak Riswa mencairkan suasana."Bu bos mah ga boleh kemana-mana, takut hilang, Pa." timpal Nayyara.Mike menoleh
Rr"Sial buntu," desis Kavi kesal.Kavi dan Khalingga kecewa dengan hasil akhir pencariannya. Pasalnya orang-orang suruhan Kavi kehilangan jejak pria tua itu.Ya pria tua, mereka sudah mengantongi identitas si pemesan itu. Hanya jejaknya telah hilang di tengah jalan. Pria itu bernama Rino, baru satu bulan kabur dari penjara dan dalam pencarian. Tidak ada yang tahu ia tinggal di mana dan bekerja apa, selalu berpindah-pindah tempat, dan menggunakan identitas palsu.Motif, hanya motif dari Rino yang belum mereka ketahui. Atas dasar apa Rino menjebak Nayyara dan Khalingga."Kalian tu nyari orang tua aja gak bisa, bisa kerja gak sih?" bentak Kavi murka pada lawan bicaranya di telepon.Khalingga melirik ke arah Kavi, teriak Kavi mengalihkan perhatiannya pada layar ponsel."Apa?!" Ekspresi wajah Kavi yang semula bingung langsung berubah kaget.Kavi terdiam sejenak kemudian menatap Khalingga dengan tatapan yang tak dapat diartikan.
Mata Tama menyalak tajam menatap sahabat baiknya itu. Ia bingung harus berbuat apa dengan lelaki di depannya saat ini. Kalau saja itu bukan seorang Khalingga ia akan menghajar sampai hancur menjadi abu hingga tak tersisa. Sedangkan Khalingga merasa sangat bersalah. Ia pun merasa sama bingungnya dengan Tama. Khalingga hanya bisa menerima sorotan tajam dari mata Tama. Tatapan yang seolah mampu melubangi apa saja yang dipandangnya. "Gua berharap kalo telinga ini salah dengar." Ucap Tama memulai pembicaraan. Khalingga menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan berat. "Gua akan ceritain semuanya." Balas Khalingga cemas. "Harus." Sarkas Tama mantap. "Kalian duduk dulu." Ajak Kavi seraya mendudukan diri di sofa ruang tamunya. Tama dan Khalingga menyetujui ajakan Kavi, mereka ikut duduk di sofa dengan posisi saling berhadapan, sedangkan Kavi berada di tengah duduk di bangku single. "Emm… maaf," gumam Khalingga lirih. Tama masih terdiam belum ingin merespon apapun yang dilakuk
Walau Khalingga harus mendapatkan hantaman dari tangan kekar milik Tama, tapi kini perasaannya sedikit lebih lega, ia bisa berterus terang kepada Tama.Disisi lain ia pun merasa khawatir, apa persahabatan yang selama ini terjalin erat akan terputus begitu saja?.Entahlah, intinya ia sudah mengatakan semuanya. "Kayanya lu lagi menabuh genderang perang ya, Ga?" Suara Kavi membuyarkan lamunan Khalingga. Kavi baru saja kembali dari dapur mengambil air hangat untuk mengompres luka Khalingga. Ia meletakan baskom berisikan air hangat dan handuk kecil itu.Mendengar perkataan Kavi, Khalingga hanya tersenyum kecut seraya meraih baskom yang sudah diletakkan diatasi meja."Secara ngak langsung lu udah ngumumin perasaan lu," sambung Kavi yang ikut duduk di samping Khalingga.Khalingga tetap diam, ia hanya fokus terhadap handuk kecil yang tengah ia peras lalu ia gunakan untuk menutup seluruh wajah. Mungkin itu cara Khalingga mengompres atau menenggelamkan diri."Sial lu," maki Kavi kesal, "egois
Karena keadaan Nayyara masih sangat kacau membuat Khalingga terus merasa kuatir. Ia memerintahkan Galuh untuk mengantar Nayyara ke klinik gedung untuk mendapatkan perawatan dan beristirahat.Ingin rasanya Khalingga yang membopong dan mengantar Nayyara sendiri ke klinik. Beruntung akal sehatnya masih berfungsi, pasti akan membuat seisi gedung menjadi gempar kalau ia melakukan hal itu."Yuk, Nay," ajak Galuh seraya memapah Nayyara.Nayyara patuh, melangkah perlahan. Sesampainya di klinik ia merebahkan tubuhnya di atas bangsal, dibantu Galuh dan dokter yang bertugas.Dengan telaten dokter itu memeriksa Nayyara menggunakan stetoskopnya.Kemudian tensi darah dan suhu badan Nayyara pun di cek oleh perawat yang bertugas."Semuanya bagus kok. Mungkin mbak Nay hanya kecapean, butuh istirahat saja." Dokter itu mengalungkan stetoskop di leher."Saya kasih vitamin aja yah."Nayyara mengangguk mendengar penuturan dokter."Mari mbak, kita pindah ke ruang perawatan," ajak perawat kepada Nayyara yang
Mata Nayyara mengerjap beberapa kali untuk beradaptasi dengan cahaya setelah tidur nyenyaknya semalaman.Ia sempat meregangkan tubuh sebelum menyadari bahwa ponselnya mati. Sebab ia lupa mengisi daya karena tertidur saat melakukan panggilan dengan Khalingga."Astaga." Nayyara menepuk dahinya. Menyadari kebodohannya yang tertidur saat melakukan panggilan."Hah!!!" Nayyara lebih terkejut lagi melihat jam analog di atas nakas."Ya ampun, telat." Tangannya langsung menyibak selimut, segera bangun dan meluncur ke kamar mandi.Dengan tergesah-gesah ia membersihkan diri dan berpakaian seadanya. Ia langsung menyambar tas sebelum berlari menuruni anak tangga."Pelan-pelan, Nay." Bu Ani yang merasa kuatir memperingati Nayyara. "Makan dulu."Nayyara hampir telat, tapi perutnya terasa lapar. Ia Memutuskan sarapan terlebih dulu. Sebab ia tidak pernah melewatkan sarapan di rumah. Tapi entah kenapa setelah sampai kantor, perutnya sudah minta diisi lagi. Lalu bagaimana kalau sama sekali tak sarapan
Hari ini terasa sangat menakjubkan menurut Khalingga. Tanpa sengaja ia bertemu dengan Nayyara. Lebih hebatnya lagi penampilan Nayyara yang sangat menyenangkan.Wajah polos, rambut basah dan jubah mandi, perpaduan yang sangat-sangat sedap untuk dinikmati.Khalingga mengingat kembali apa saja yang sudah ia lakukan pada Nayyara. Bibirnya mengulum senyum. Mungkin sikapnya secara terang-terangan menunjukan ia sedang mengejar Nayyara.Apa wanita itu bisa merasakannya?Perasaannya pun bertambah bahagia, dengan respon Nayyara yang tidak menolak sama sekali dengan perhatiannya.***Sejak Nayyara merasa ada yang berubah dari Khalingga. Ia merasa canggung dan berusaha menghindar.Hanya dengan memikirkannya saja sudah membuat ia gelisah. Bagaimana tidak. Saat Khalingga membelai tangan dan menyuapinya pizza, hatinya malah merasa senang."Hufft!!!" desahnya tak habis pikir. Sementara tangannya menyendokan bubur yang ia beli untuk sarapan."Kamu kenapa, Nay?" tanya Yuni yang baru saja masuk ke ruang
Entah sudah berapa potong baju yang Mike pilihkan untuk Nayyara pakai, tapi semuanya ia tolak. "Pendek banget.""Nggak muat.""Sempit."Semua penolakan Nayyara membuat Mike berdecak kesal. "Ya udah kamu pulang pake itu aja!"Nayyara mendesah bingung. "Padahal kamu yang bikin bajuku basah."Mike mendesis sebal, "Jangan sok imut." Sementara tangannya meraih baju pilihan terakhir dan memberikannya pada Nayyara, "Nih dress rajut, melar dan di aku kepanjangan"Nayyara menyahut dress berwarna Navy dari tangan Mike, memantaskan pada tubuhnya. "Itu yang terakhir," sergah Mike yang melihat gelagat Nayyara yang kurang puas terhadap dressnya.Nayyara hanya bisa mendesah pasrah, ia langsung membawa dress itu ke kamar mandi untuk ia kenakan."Ya ampun." Mike terkejut, "Kamu kaya iklan obat pelangsing, Nay."Nayyara berjalan cepat ke arah cermin, memandang pantulan dirinya. "Ish, aku kaya orang saltum (salah kostum). Nayyara berputar di cermin menilai diri sendiri."Orang cantik mah, bebas," Mi
Usai menyantap bakso Nayyara bermaksud untuk mencuci piring."Nggak usah Nay, tar bibi aja yang bersihin," cegah MikeNayyara hendak menolak tidak enak dengan asisten rumah tangga Mike, tapi sahabatnya itu sangat mengenali sifatnya."Katanya mau cerita, yuk." Mike langsung menarik tangan Nayyara, mengajaknya menuju belakang rumah.Mike duduk di salah satu saung yang menghadap kolam renang terdapat juga taman kecil yang menghiasi sepanjang tepian.Sedangkan Nayyara duduk di tepi kolam membelakangi saung, membiarkan setengah dari kaki jenjangnya basah terendam di dalam air.Mengayunkan kaki di dalam air mampu membuat Nayyara merasa lebih tenang.Mike menghampiri Nayyara dan duduk disebelahnya. Ikut mengayunkan kaki bermain dengan air. Menunggu Nayyara siap untuk bercerita.Benar saja, tak butuh waktu lama Nayyara langsung membuka suara."Kemarin abang ke kantor." Suara Nayyara terdengar datar tapi dengan wajah yang murung.Mike menggeser duduknya mendekat pada Nayyara."Aku…." Suara Nay
Berbekal informasi yang sangat minim Khalingga dibantu dengan Kavi terus berusaha mencari keberadaan Roni. Sulit memang tapi Khalingga tak akan patah semangat sampai tujuannya terpenuhi.Begitu pun dengan Nayyara berat memang terus bekerja di sekitar Khalingga. Rasa malu sudah pasti yang Nayyara rasakan. Bagaimana tidak, bekerja di bawah seorang atasan yang sudah melihat ia seutuhnya, benar-benar harus membuat Nayyara berusaha menjadi seorang yang tebal muka. Mungkin untuk sebagian karyawan lain itu sudah biasa atau malah menjadi batu loncatan untuk mendapatkan kedudukan lebih tinggi. Tapi tidak untuk Nayyara, hal semacam itu sangat rendah menurutnya."Nay," panggil Galuh. Tangan dan mata Galuh masih fokus pada komputer didepannya."Emm," saut Nayyara tanpa menghentikan aktivitasnya mengecek jadwal Khalingga pada gadget di tangan."Kamu ada masalah kah sama Tama?" Galuh menghentikan pekerjaannya sejenak lalu menoleh ke arah Nayyara.Nayyara terpaku mendengar pertanyaan temannya itu.
Hari ini Nayyara memulai kembali aktivitasnya di kantor. Dua hari sudah ia tak ada kabar seolah menghilang tanpa jejak membuat teman-temanya kuatir.Membuat Nayyara di berondong pertanyaan dari Galuh, Melody dan yang lainnya."Kemarin tiba-tiba saja, aku drop." Begitu alasan yang Nayyara berikan.Tetap saja Melody tidak terima dengan alasan Nayyara. "Memangnya sulit memberi kabar?" omelnya pada Nayyara, "Kan kita bisa jenguk." ucapan Melody tak jelas karena mulut yang masih terisi penuh."Rencananya kita bakal ke rumah kamu hari ini Nay, kalo kamu belum masuk dan memberi kabar juga." Yuni berbicara sambil menunjuk-nunjuk Nayyara dengan sendok."Em...betul," saut Diana menyetujui.Nayyara menatap mereka satu persatu membuat hatinya menghangat. Yah memang seperti ini lebih baik tetap jalani kehidupan seperti sebelumnya."Iya ih, kamu jahat banget. Aku kerja sendirian, mau telpon kamu buat tanya-tanya kerjaan pun nggak bisa." Galuh memotong bakso dengan kasar seolah bakso lah yang bersal
Sepulangnya Khalingga, Nayyara menuju kamar. Merebahkan diri di tempat ternyamannya. Sudah dua hari ia tidak berangkat kerja dan tak memberikan kabar apapun kepada Galuh dan yang lainnya. Ia tak sempat untuk sekedar melihat pesan apalagi memberikan kabar.Masalahnya terlalu rumit, bahkan butuh waktu yang tidak sebentar untuk mengurai semuanya. Perjalanan masih jauh untuk mencapai kata selesai. Yah Nayyara lebih memilih kata selesai dibandingkan dengan bahagia. Bahagia, seolah kata yang mustahil iya capai. Bayang-bayang kelam yang sempat memudar, ternyata kembali lagi dengan cara yang lebih menakutkan.Nayyara memejamkan mata sembari sesekali menarik nafas dalam-dalam berusaha mengosongkan pikiran mencari ketentraman walau sejenak.SatuDuaTigaBayangan seorang wanita paruh baya muncul dalam benaknya. Wanita yang memiliki kemiripan garis wajah dengan kekasihnya. Dimana wanita itu menatap Nayyara lekat dengan pandangan yang sangat sulit diartikan. Memorinya seakan mengulang kembali
Mike menatap wajah suaminya yang terlelap. Kata-kata Kavi terus saja berputar di otaknya."Aku ingin memiliki bayi." Begitu yang Kavi bisikan di telinga Mike, di tengah-tengah panasnya permainan mereka tadi malam.Bukankah setiap pasangan yang sudah menikah pasti ingin memiliki keturunan. Namun tidak untuk Mike ia masih sangat ragu bahkan takut akan hal itu.Sudahlah kalau memang sudah saatnya, pasti hatinya sangat yakin dan ingin mendapatkan keturunan. Namun, untuk saat ini tetaplah seperti ini.***Khalingga sudah berpikir semalam menyusun rencana untuk menangkap pria yang sudah menjebaknya. Jadi pagi ini ia memutuskan untuk menemui Nayyara dan menyampaikan semua rencana sederhana yang sudah ia siapkan.Kemudian ia bergegas menyalakan mesin mobil dan melesat menuju rumah Nayyara. Sesampainya dirumah Nayyara, Khalingga di sambut oleh Bu Ani."Pak Khalingga?! Silahkan masuk," ajak Bu Ani seraya membuka pintu lebar-lebar mempersilahkan Khalingga masuk."Silahkan duduk, Pak." "Panggil