Reno terus berusaha membujuk Anggun agar mau melakukan barter dengannya. Jika Anggun mengembalikan anaknya bersama Nindya, maka ia siap melakukan apapun untuk Anggun.
Walau harus menceraikan Halimah. Karena Reno tak ingin masuk penjara. Sepertinya Pras tidak main-main dengan ancamannya. Pagi itu Nindya pun mulai kembali kesadarannya. Wanita yang baru saja menjalani proses operasi Caesar pun perlahan pulih. Saat matanya terbuka, Nindya pun menanyakan keadaan anaknya.
"Sara, anak mbak gimana?" tanya Nindya dengan suara yang masih lemah.
"Anak mbak masih di kamar bayi. Dia cantik mbak, kayak mbak," ujar Sara tersenyum. Nindya pun nampak bahagia ketika mendengar jika anaknya terlahir sehat dan cantik tanpa kekurangan apapun.
Namun, hanya sesaat kebahagiaan Nindya. Secara tergesa seorang perawat pun datang mengabarkan berita buruk itu.
&
Reno benar-benar terpuruk. Bukan hanya soal perceraiannya dengan Anggun dan tidak mendapatkan harta sepeserpun dari gono-gini, tapi Reno harus mengembalikan semua harta yang pernah diberikan oleh Anggun padanya dan kedua orang tuanya."Reno, Mama sama Papa nggak mau tahu ya. Kamu selesaikan semua ini. Kamu yang memulai, kamu juga yang harus mengakhirinya," pekik Papa Reno."Tapi, Pa?""Reno, kalau gini, lebih baik kamu pilih Anggun daripada Halimah. Iya sih, dia sedang mengandung anakmu juga, tapi kalau udah gini, gimana?" timpal Mama Reno ketus."Udah, Ma. Tinggalin aja dia. Biarkan dia selesaikan masalahnya sendiri," ujar Papa Reno yang langsung menarik tangan istrinya meninggalkan Reno sendiri di ruang persidangan."Ah, shit!"Reno akhirnya mengambil gawai di saku celananya. Ia mencoba menghubungi sebuah nomor,tapi ternyata ....
Kondisi kesehatan Mama Luthfi mulai drop lagi. Ia pun jatuh pingsan dan bergegas dibawa Luthfi ke rumah sakit tempat di mana selama ini sang Mama menjalani pengobatannya."Dok, tolong Mama saya. Dia pingsan di rumah," ucap Luthfi dengan panik. Sang Mama akhirnya dibawa ke ruang UGD untuk ditangani lebih lanjut.Luthfi pun menunggu dengan cemas di ruang tunggu. Hanya seorang diri. Luthfi dan Mamanya memang hanya tinggal berdua. Tidak ada sanak famili. Bahkan keluarga Ayahnya pun menghilang entah ke mana sejak ia kecil.[Hallo, Bos. Luthfi sedang membawa Mamanya ke rumah sakit Permata. Mamanya pingsan dan kondisinya lemah. Apa yang harus kita lakukan?]Seorang pria bertubuh atletis itu menghubungi seseorang. Pria itu duduk tidak jauh dari Luthfi duduk. Ia memang sengaja ditugaskan Anggun mengawasi sang sahabat.[Apa, drop lagi?] Anggun di ujung te
Nindya masih berada di dalam kamar khusus di sebuah rumah sakit jiwa. Dalam pengawasan seorang dokter yang dipercaya oleh Pras. Namun, tanpa disadari oleh Pras, jika Nindya sesungguhnya sudah sembuh."Terimakasih atas bantuannya, Dokter Femmy," ucap Nindya saat sang dokter datang menghampirinya.di dalam kamar khusus itu."Sama-sama, Nindya."Nindya dan Reno memang sudah bercerai. Namun, cinta Nindya masih begitu kuat. Rasa cintanya pada Reno tak bisa ia hilangkan begitu saja. Nindya sengaja menjalankan rencana ini demi mencari tahu di mana keberadaan anaknya. Benarkah Reno dalang dibalik hilangnya sang putri atau Anggun yang masih sakit hati dan menyimpan dendam padanya."Aku harus bisa menemukan di mana keberadaan putriku. Jika sampai aku menemukan bukti kalau Reno terlibat, aku pastikan dia tidak akan bisa menyentuh anakku lagi," batin Nindya
Anggun tetap dengan keputusannya. Dia akan tetap menjaga dan mempertahankan Ghania menjadi putri angkatnya. Ia tak lagi memperdulikan nasihat Luthfi yang memintanya mengembalikan Ghania.pada Nindya. Agar wanita itu bisa kembali pulih."Tidak, Luthfi. Aku minta maaf, aku nggak bisa memenuhi keinginan kamu kali ini. Aku minta maaf ...." ucap Anggun yang langsung bangkit, berjalan keluar kamar.Anggun dan Luthfi kini kembali ke ruang tamu. Kedua sahabat itu memilih mengalihkan pembicaraan. Luthfi paham bagaimana karakter Anggun. Mungkin Anggun butuh waktu menata hatinya kembali."Anggun, sebaiknya aku pulang saja ke rumahku yang lama. Aku nggak enak dan takut jika Reno atau tetangga kamu beranggapan lain tentang aku dan Mama di sini," ucap Luthfi. Ia pun memutuskan pergi."Kamu mau pulang ke mana, Fi? Aku tahu, rumah lama kamu sudah dijual kan? Kamu mau kembali ke kontrakan?" cecar Anggun m
Halimah kini tinggal di sebuah rumah peninggalan kedua orang tuanya. Bersama kedua putrinya buah cintanya dengan Reno, Halimah hidup dalam kesederhanaan. Halimah merasakan ketenangan di saat semua orang masih berkutat dengan dendamnya.Namun, suatu hari, kehadiran seorang wanita muda berusia 17 tahun, mengubah semuanya. Gadis remaja itu datang menemuinya dan membawa sebuah kabar tentang Reno. Gadis bernama Putri itu diminta Reno mencari keberadaan sang istri."Saya bersyukur, akhirnya bisa menemukan kalian, Kak," ucap Putri saat Halimah membukakan pintu rumahnya."Kamu siapa?" tanya Halimah. Halimah akhirnya mempersilakan gadis belia itu masuk ke rumahnya yang sederhana."Maaf, kita nggak pernah kenal. Ada keperluan apa, kamu datang menemui saya?" tanya Halimah yang tak suka berbasa-basi dengan orang yang tak dikenalnya itu."Saya orang yang diminta Reno mencari Kak
Halimah akhirnya memilih pergi jauh dari kehidupan Reno. Ia memutuskan hijrah dan menetap di sebuah pulau kecil di ujung utara Indonesia.Wanita yang menjadi single parent dengan 2 anak, terpaksa memulai kembali hidupnya dari nol. Halimah pun mencoba berjualan di rumah barunya yang sederhana. Membuka warung kecil-kecilan yang menjual berbagai barang dan menu makanan.Tiga tahun berlaluBerjalannya waktu, kini usaha yang digeluti Halimah mulai berkembang. Ia pun sudah menggunakan 2 karyawan untuk membantu usahanya.Amanda, anak pertamanya kini sudah masuk sekolah dasar sedangkan putri keduanya yang bernama Laura, kini beranjak besar dan selalu berceloteh hal-hal yang di luar nalarnya.Suatu hari, sambil menunggu anak pertamanya pulang dari sekolah, Halimah menemani putri bungsunya itu bermain sambil
Pertemuan mengharukan itu akhirnya terjadi. Kepolosan Clara begitu membuat hati Reno terenyuh. Penyesalan itu terus menghimpit hatinya."Anakku ...."Reno pun memeluk erat Clara. Anak yang baru bisa dipeluknya. Anak yang begitu ingin dilihatnya. Rasa sesal itu sedikit terobati. "Clara! Jauhi dia. Ayah kita sudah mati!" teriak Amanda yang begitu kecewa pada Reno. Gadis kecil itu begitu merindukan sosok Ayahnya selama ini."Manda, maafin Ayah ...."Halimah pun berusaha membujuk anak sulungnya itu. Memberi pengertian jika Ayahnya tetap menyayangi Amanda juga Clara.Setelah berjuang cukup lelah, hati Amanda perlahan luluh. Reno pun berhasil mendekatinya dan memeluk putri sulungnya itu."Maafin Ayah. Ayah janji,mulai saat ini, kita nggak akan berpisah lagi,"ucap Reno berjanji pada kedua anak perempuannya.Ren
Anggun masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu dan jendela kamarnya. Ia tidak ingin diganggu siapapun. Kejadian memalukan ini membuatnya terpuruk."Kenapa kamu tega melakukan ini sama aku, Luthfi? Pada siapa lagi, aku harus percaya? Kenapa Tuhan, kenapa Engkau tidak padaku?" rintih Anggun yang mempermasalahkan ketidakadilan."Kamu sudah mengambil kedua orang tuaku. Aku harus hidup sebatang kara sejak kecil dan sekarang sahabat aku dan orang yang ku anggap Mamaku sendiri kini mengkhianati aku. Kenapa Tuhan?" jerit tangis Anggun.Mang Karto pun mendengar dari balik jendela. Ia tahu Anggun yang sudah kehilangan kedua orang tuanya dan dikhianati banyak orang, termasuk Reno kini harus merasakan kembali pengkhianatan. Kali ini, lebih menyakitkan."Apa aku nggak boleh bahagia, Tuhan?!" teriak Anggun yang melempar semua barang yang ada di dekatnya