262. Keputusan Aji! (Bagian B)"Mbak, didengar lagi deh … aku bilang itu, bukan diri Mbak yang tidak positif, tapi kejadian ini yang tidak ada positifnya. Masa orang nagih hutang dijadikan bahan pembicaraan, yang enggak lah! Yang membuat diri Mbak itu diperbincangkan oleh orang lain, ya diri Mbak sendiri. Bukan kami, ataupun warga sekitar. Toh, sewaktu motor Mbak ditarik saja, aku tidak ada di sana. Tapi, Mbak sudah jadi pembicaraan orang satu desa, kan?" kataku sambil mencebik sinis.Enak saja dia mau menjelek-jelekkan aku, dengan cara mengatakan aku akan membicarakan dirinya dan juga aib-aibnya kepada orang lain. Padahal aku tidak pernah melakukan itu sama sekali, bahkan ketika orang membicarakan Lisa aku sebisa mungkin menghindar agar aku tidak mendengar gosip tentang kakak iparku itu.Tapi apa? Dia malah menuduhku dengan tuduhan yang keji seperti tadi, benar-benar kurang ajar! Membuat aku merasa kesal saja, aku mengumpat di dalam hati."Halah … sama aja! Kamu itu terlalu pintar ng
263. Keputusan Aji! (Bagian C)Lisa menelan ludah, dia kemudian menutup mulutnya rapat-rapat dan mempersilahkan Mas Aji untuk melanjutkan ucapannya lagi."Dan kamu tadi juga bilang, kalau hasilnya itu bisa bermiliar-miliaran jumlahnya itu semua untuk Salsa dan juga Naufal. Tentu semua itu untuk kedua anak kita, untuk Salsa dan juga Naufal! Tetapi jika ada hasilnya!" kata Mas Aji dengan penuh penekanan. "Kalau tidak ada hasilnya bagaimana? Zonk dong! Anak kita tidak akan mendapatkan apapun, uang kita tidak kembali, tanah kita juga diambil oleh juragan Karta. Lalu mana yang bisa menjadi modal utama, untuk membesarkan Naufal dan juga Salsa?" tanya Mas Aji lagi dengan nada tenang.Suara Mas Aji terdengar bertanya, dia menatap Lisa dengan pandangan menuntut jawaban. Tetapi istrinya itu malah memalingkan wajah kembali, karena dia tidak ingin menjawab pertanyaan tajam yang diberikan oleh Mas Aji."Selanjutnya kamu juga ingin kehidupan kita seperti dahulu, mempunyai motor, terus mempunyai keh
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)264. Lisa tak mau menurut! (Bagian A)"A—apa?" Lisa bertanya.Wajahnya terlihat sangat bingung, dan juga linglung. Jangankan dia, kami saja bingung dengan ucapan yang Mas Aji lontarkan. Dia mengusir Lisa? Ini tidak mungkin, kan?"Iya, pulang ke rumah orang tuamu. Ambil baju Naufal dan juga Salsa, lalu ambil semua emas yang dipakai ibumu. Karena emas-emas itu akan aku jual semua untuk menutupi uang tabungan anak-anak, aku sudah membicarakan hal ini pada Ibu, dan dia setuju kalau emas yang sudah diberikannya kita jual untuk membantu melunasi hutang," kata Mas Aji menjelaskan."Ta—tapi …."Lisa tergagap, dia beberapa kali menoleh ke arah Marwan tapi kembali lagi menatap Mas Aji dengan pandangan bingung, padahal kakak Suamiku itu sudah mengatakan perkataannya dengan cukup jelas."Ya? Tapi apa, Dek?" tanya Mas Aji dengan sangat lembut."Tapi—""Mas ngusir mbakku?" Marwan tiba-tiba memotong."Ngusir?" Kening Mas Aji berkerut dalam. "Ya
265. Lisa tak mau menurut! (Bagian B)"Sudahlah, daripada memperburuk keadaan dan juga membuat keadaan semakin runyam, lebih baik kamu diam saja dan biarkan Mbak Lisa dan juga Mas Aji menyelesaikan permasalahan mereka sendiri. Lagi pula, aku merasa tidak ada yang salah dari kata-kata masku, kok!" kata Mas Abi lagi, sambil menatap Marwan dengan pandangan tajam. "Mas Aji hanya ingin agar Mbak Lisa mengambil perhiasan yang sudah diberikan oleh ibuku, mereka terlilit hutang yang sangat banyak akibat berinvestasi di tempatmu. Apa kamu tidak mempunyai perasaan sedikitpun, Wan? Lihatlah mereka ini … mereka adalah Mbak dan juga Mas kita, loh. Ya mbok jangan menipu mereka, cari mangsa yang lain kalau menipu. Jangan sama keluarga sendiri!" kata Mas Abi lagi."Heh! Kamu menuduh aku menipu mereka? Begitu, Bi? Itu adalah tuduhan yang tidak berdasar, dari mana bisa kamu menuduh aku melakukan hal licik seperti itu?" tanya Marwan tidak terima."Bisa-bisanya kamu tidak mengakuinya, setelah semuanya te
266. Lisa tak mau menurut! (Bagian C)Aku bisa melihat Mas Aji yang mengangguk-angguk mengerti, dia sepertinya setuju dengan kata-kata yang baru saja dikeluarkan oleh Mas Abi. Ya sejujurnya, aku juga sangat menyetujui kata-kata suamiku itu barusan.Memang lebih elok jika Mas Aji lah yang pergi ke sana dan mengantarkan Lisa sendiri, hal itu juga menunjukkan kalau Mas Aji yang memang menginginkan perhiasan itu kembali, sehingga Bu Maryam tidak bisa mengelak lagi."Baiklah kalau begitu, saran kamu benar juga. Ya sudah, biar Mas saja yang mengantar mbakmu ke rumah orang tuanya, untuk mengambil baju-baju anak-anak dan juga perhiasan miliknya," kata Mas Aji mengangguk mengerti."Mas aku nggak mungkin minta perhiasan itu kembali!" kata Lisa tiba-tiba."Loh, kok nggak mungkin, Dek? Itu adalah perhiasanmu loh, yang membelikannya adalah Ibuku. Kok, bisa-bisanya kamu berbicara seperti itu?" tanya Mas Aji dengan alis yang terangkat tinggi. "Aku dan ibuku tidak mengikhlaskan perhiasan itu dipakai
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)267. Ancaman Abi! (Bagian A)“A—apa?” Lisa bertanya, suaranya lirih dan juga tergagap.“WAH! SUAMIMU INI SUDAH GILA, MBAK!” Marwan memekik sinis.“Apa? Siapa yang gila?” tanya Mas Aji dengan wajah yang terlihat sangat polos. Marwan mendengus kesal, namun tidak menyahut. Dia menatap Lisa dengan pandangan tajam, walau kakaknya itu sama sekali tidak menatapnya. “Mas, kamu tadi bilang apa?” tanya Lisa lagi.“Aku? Aku bilang apa emangnya?” Mas Aji balik bertanya.“Ta—tadi, ka—kamu bilang mau menceraikan aku,” kata Lisa dengan sangat lirih.“Loh, bukannya kamu yang meminta hal itu tadi, Dek?” Mas Aji bertanya santai. “Aku hanya mengabulkannya saja, jika kamu memang menginginkan hal itu!” lanjutnya lagi, kali ini lebih tegas dan juga mantap.Dan hal itu, sukses menjadikan Lisa membeku dan juga membatu. Wanita itu menarik nafas dengan panjang, dan menghembuskannya perlahan. Mungkin demi menghalau rasa terkejut yang dia rasakan.Jangank
268. Ancaman Abi! (Bagian B)Dia lalu bangkit dan duduk di samping Mas Aji, sambil menggenggam tangan kakak iparku itu dia memberikan tatapan memohon yang terlihat sangat tulus.Namun, aku yakin tatapan yang dia berikan tidak setulus hatinya. Aku sangat meyakini kalau bisa berbicara seperti itu, hanya demi meluluhkan hati Mas Aji agar kakak iparku itu mau menuruti keinginannya.“Ya, Mas? Mas tinggal minta kepada Ibu beberapa ekor sapi, dan menjualnya untuk membayar uang tabungan anak muridku,” kata Lisa lagi.Namun yang tidak aku sangka-sangka adalah, Mas Aji melepaskan genggaman tangan Lisa dengan sangat lembut. Dia lalu menatap istrinya itu sambil menggeleng pelan.“Maaf, tetapi aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Aku sudah melakukan kesalahan yang teramat bodoh, saat menggadaikan kebun sawit milik kita kepada juragan Karta. Padahal itu adalah ujung tombak utama kita, untuk membesarkan dan juga untuk memberi pendidikan yang layak kepada Naufal dan juga
269. Ancaman Abi! (Bagian C)Lisa mendengus, dia langsung terdiam karena dia mestinya sudah bisa berpikir. Kalau uang modal yang dipegang oleh Mas Aji juga mereka habiskan, maka kali ini mereka akan benar-benar tamat.“Kalau begitu, mintalah kepada orang tuamu, Mas, untuk membantu kita sekali ini lagi. Mintalah kepada mereka uang untuk membayar anak muridku!” kata Lisa dengan pandangan memelas.“Nggak bisa, Dek. Aku sudah terlalu banyak merepotkan kedua orang tuaku, dan aku tidak mau lagi meminta uang kepada mereka untuk menyelesaikan masalah kita. Lagi pula kamu yang sudah membuat masalah, jadi kamu juga yang harus menyelesaikannya!” kata Mas Aji dengan sangat tegas.“Ya nggak bisa gitu dong, Mas! Kedua orang tuamu itu kaya raya, apa salahnya kalau dia membantu kita uang lima puluh juta? Tidak akan ada artinya di tangan mereka! Apa salahnya mereka memberikan uang itu kepadaku untuk membayar tabungan anak-anak, hah? Memang dasar orang tuamu saja yang pelit!” kata Lisa tiba-tiba.“Tung