Bab 17 - Mengarungi KetidakpastianPerjalanan yang mereka lalui tidaklah mudah. Dito, Sari, dan Bibi Amelia harus bergerak hati-hati untuk menghindari kejaran mereka yang mencari keberadaan Sari dan bayi mereka. Kecemasan dan kekhawatiran terus menghantui mereka sepanjang perjalanan.Sari tak henti-hentinya memikirkan kondisi putranya yang terpaksa mereka tinggalkan di rumah sakit. Hatinya terasa sangat berat, ingin segera kembali dan menjemput sang buah hati."Dito, aku mohon... bisakah kita segera kembali untuk menjemput bayi kita?" pinta Sari dengan nada memohon.Dito menatap Sari dengan tatapan prihatin. "Aku tahu, sayang. Tapi saat ini, kita harus fokus untuk menyembunyikan diri dahulu. Kondisi kita dan bayi masih belum aman."Sari menundukkan kepalanya, air mata kembali mengalir di pipinya. "Aku... aku sangat merindukannya, Dito. Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya?"Dito langsung memeluk Sari, berusaha menenangkannya. "Sari, percayalah bahwa putra kita akan baik-baik saja. T
Bab 18 - Perjuangan untuk KeluargaDito akhirnya memutuskan untuk membawa Sari ke rumah sakit, meski hati mereka dipenuhi kekhawatiran. Kondisi bayi mereka yang kritis membuat Sari semakin panik dan tak tenang.Setelah memastikan keamanan, mereka segera bergegas menuju rumah sakit. Sepanjang perjalanan, Sari terus menggumamkan doa, berharap bayinya baik-baik saja."Dito, bagaimana kalau terjadi sesuatu pada bayi kita? Aku... aku tidak bisa membayangkannya," ujar Sari dengan suara bergetar.Dito meraih tangan Sari dan menggenggamnya erat. "Sari, percayalah bahwa anak kita akan baik-baik saja. Tim medis pasti melakukan yang terbaik untuk merawatnya.""Tapi Dito... aku sangat khawatir. Aku ingin segera bertemu dengannya," Sari berkata dengan air mata mengalir di pipinya."Kita akan segera bertemu dengannya, Sari. Aku janji," Dito berkata sambil menatap Sari dengan tatapan meyakinkan.Akhirnya, mereka tiba di rumah sakit. Dengan cepat, Dito dan Sari menuju ruang perawatan bayi, ditemani o
Bab 19 - Membangkitkan Semangat HidupSetelah beberapa hari berusaha meyakinkan dan membangkitkan semangat hidup Sari, akhirnya ada sedikit perubahan pada dirinya. Meski masih tampak rapuh dan terpuruk, setidaknya Sari mulai mau menerima dukungan dari Dito dan Bibi Amelia."Sari, syukurlah kau mau keluar dari kamar. Aku dan Bibi Amelia sangat mengkhawatirkanmu," ujar Dito lembut sambil menatap Sari.Sari mengangguk pelan, matanya sembab akibat terlalu banyak menangis. "Maafkan aku, Dito... Bibi Amelia. Aku... aku masih belum bisa menerima semua ini."Bibi Amelia dengan sabar mendekati Sari dan menggenggam tangannya. "Nona Sari, kami mengerti perasaan Anda. Tapi kami mohon, jangan menyerah. Kami ada di sini untuk Anda."Sari menatap Bibi Amelia dengan pandangan sendu. "Aku... aku ingin sekali melihat bayi kita lagi, Bi. Aku sangat merindukan sosoknya."Dito bergerak mendekati Sari dan merangkulnya dengan lembut. "Sari, aku tahu ini sangat berat. Tapi percayalah, anak kita pasti bahagia
Bab 20 - Membuka Lembaran BaruSetelah melalui masa-masa sulit, akhirnya Sari mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Berkat dukungan penuh dari Dito dan Bibi Amelia, ia perlahan-lahan bisa menerima kepergian sang buah hati dan berusaha untuk terus berjuang demi kenangan indah mereka.Sari pun memutuskan untuk melanjutkan impiannya membuka toko bunga. Ia ingin mencurahkan seluruh kasih sayangnya kepada bunga-bunga, sebagaimana ia mencintai sang bayi."Dito, aku sudah memutuskan. Aku ingin segera membuka toko bunga itu," ujar Sari dengan semangat yang mulai terpancar di wajahnya.Dito tersenyum lebar mendengar keputusan Sari. "Itu berita yang sangat bagus, Sayang. Aku tahu kau pasti bisa melakukannya."Bibi Amelia juga tampak gembira. "Nona Sari, saya senang Anda akhirnya memutuskan untuk mewujudkan impian Anda. Kami akan selalu mendukung Anda."Sari menatap Dito dan Bibi Amelia dengan penuh rasa terima kasih. "Terima kasih, Dito... Bibi Amelia. Kalian telah banyak membantuku untuk sa
Bab 21 - Masa Depan yang CerahBeberapa bulan berlalu sejak Sari resmi membuka toko bunganya. Usaha yang dirintisnya bersama Dito dan Bibi Amelia itu kini semakin berkembang, bahkan menjadi salah satu toko bunga terfavorit di kota.Sari begitu bangga melihat kemajuan yang dicapai. Ia terus berusaha memberikan pelayanan terbaik dan menyediakan bunga-bunga segar nan indah untuk para pelanggannya.Suatu hari, saat Sari sedang menyusun karangan bunga pesanan seorang pelanggan, Dito datang dengan wajah berseri-seri."Sari, aku punya kabar menggembirakan untukmu," ujar Dito dengan antusias.Sari mengangkat wajahnya dari karangan bunga, menatap Dito dengan penuh rasa ingin tahu. "Apa itu, Dito? Apa yang terjadi?"Dito tersenyum lebar. "Toko bunga kita akan dipasang iklan di koran lokal ternama!"Sari terkejut mendengar kabar itu. "Benarkah? Oh Dito, ini luar biasa!" serunya dengan mata berbinar.Dito mengangguk senang. "Iya, Sayang. Salah satu pemilik koran itu tertarik dengan toko bunga kit
Bab 22 - Membuka Kantor CabangBeberapa bulan berlalu sejak Sari dan Dito membuka cabang toko bunga baru. Usaha mereka kini semakin berkembang pesat, menjadi salah satu toko bunga terfavorit di kota.Sari merasa begitu bahagia melihat kemajuan yang telah dicapai. Ia terus berusaha memberikan pelayanan terbaik dan menyediakan bunga-bunga segar nan indah untuk para pelanggannya.Suatu hari, saat Sari sedang melayani seorang pelanggan, Dito datang dengan wajah berseri-seri."Sari, aku punya kabar menggembirakan untukmu," ujar Dito dengan antusias.Sari mengangkat wajahnya dari karangan bunga yang sedang disusunnya, menatap Dito dengan penuh rasa ingin tahu. "Apa itu, Dito? Apa yang terjadi?"Dito tersenyum lebar. "Kita akan membuka kantor cabang baru untuk toko bunga kita!"Sari terkejut mendengar kabar itu. "Benarkah? Oh Dito, ini luar biasa!" serunya dengan mata berbinar.Dito mengangguk senang. "Iya, Sayang. Aku rasa saatnya kita memperluas usaha kita dengan membuka kantor cabang."Sa
Bab 23 - Menuju Ekspansi Lebih BesarUsaha toko bunga Sari dan Dito terus berkembang pesat. Setelah berhasil membuka kantor cabang pusat, mereka pun segera mewujudkan rencana untuk membuka cabang toko bunga baru.Sari merasa begitu antusias dan bersemangat. Impiannya untuk memperluas usaha semakin nyata menjadi kenyataan. Ia tak henti-hentinya bersyukur atas kemajuan yang telah dicapai.Di bawah kepemimpinan Sari, kantor cabang pusat beroperasi dengan efisien. Para karyawan bekerja dengan profesional dalam mengelola seluruh cabang toko bunga.Setiap hari, Sari, Dito, dan Bibi Amelia terus memantau perkembangan usaha mereka. Mereka memastikan segala sesuatunya berjalan lancar.Suatu hari, saat Sari sedang memeriksa laporan keuangan, Dito datang dengan wajah berseri-seri."Sari, aku punya kabar luar biasa untukmu," ujar Dito penuh antusias.Sari mengangkat wajahnya dari berkas-berkas, menatap Dito dengan penasaran. "Apa itu, Dito? Apa yang terjadi?"Dito tersenyum lebar. "Kita akan memb
Bab 24 - Mewujudkan Rencana EkspansiDengan penuh semangat, Sari, Dito, dan Bibi Amelia mulai menyusun rencana untuk mengembangkan usaha toko bunga mereka ke kota-kota besar lainnya. Setelah berhasil membuka cabang toko bunga di pusat perbelanjaan, mereka yakin bahwa rencana ekspansi ini dapat diwujudkan.Sari begitu bersemangat membayangkan toko bunga miliknya akan semakin tersebar luas dan dikenal di berbagai penjuru negeri. Ia tak sabar untuk memulai langkah ini.Dito dan Bibi Amelia pun turut mengeksplorasi berbagai kemungkinan dan peluang untuk memperluas jaringan toko bunga mereka. Mereka bekerja sama menyusun strategi yang matang, mempertimbangkan segala aspek yang diperlukan.Dalam rapat persiapan, Sari mengungkapkan visinya untuk mengembangkan toko bunga menjadi pusat keindahan dan kebahagiaan di setiap kota."Aku ingin toko bunga kita menjadi tempat yang menyenangkan dan membahagiakan bagi setiap pelanggan yang datang," ujar Sari dengan penuh semangat. "Kita harus bisa membe