"Ahh...." rintih Endrea, Bibinya benar-benar sekarang sudah menjadi psikopat hanya untuk menghilangkan nyawanya.
"Sakit yah? maaf yah aku sengaja hahaha!" Liana tertawa puas melihat wajah Endrea yang meringis karena kesakitan.Endrea memegang lengannya yang sudah bercucuran darah, Liana mundur beberapa langkah untuk bersiap menyerang kembali Endrea.
"Mati kau anak sialan!" teriak Liana dengan menusukkan pisau tajam itu ke dalam perut Endrea.
Endrea di dorong oleh seorang dan orang itu terjatuh diatas tubuh Endrea, Liana menyadari dirinya telah salah sasaran langsung ancang-ancang untuk berlari.
Dor...
Sebuah tembakan terlepas dan tepat mengenai kaki kanan Liana, sehingga membuat Liana tidak lagi bisa berlari.Endrea membuka matanya dan melihat Arya tengah kesakitan di atasnya, Endrea kembali menangis dan memeluk erat tubuh Arya.
"Sayang kamu kuat kan, sabar yang sayang kita akan ke rumah sa
"Aku ikut, apapun yang terjadi aku akan kuat dan tidak akan merepotkanmu," ucap Endrea dengan nada memohon.Kevin menghela nafas, kemudian melihat ke arah perawat itu yang mengangguk ke arahnya."Baiklah Bibi ikut, tapi Bibi berganti pakaian terlebih dahulu," pinta Kevin dengan dibantu oleh perawat itu, Endrea berjalan ke arah kamar mandi dan mengganti bajunya yang penuh dengan darah itu."Saya sudah membayar semuanya," ucap Kevin kepada perawat itu, Kevin keluar dari ruangan itu dan membantu Endrea berjalan ke arah mobil."Bibi sebenarnya aku ingin memberitahukan kabar tentang Paman, tapi Kevin takut Bibi tidak bisa menerimanya," ucap Kevin dengan sesekali menatap ke arah Endrea."Katakan saja, Pamanmu tidak apa-apa kan?" tanya Endrea dengan tidak sabar menunggu apa yang akan Kevin katakan."Sebenarnya tadi polisi yang membawa Paman memberitahu kepada Kevin kalau... Kalau Paman tidak bisa diselamatkan,".Deg...
"Paman yang tenang di atas sana sekarang Paman tidak sakit lagi, Bibi sudah menepati janjinya untuk menemani Paman sampai di tempat peristirahan terakhir Paman, tenang disana Paman Kevin berjanji akan menjaga Bibi sebisa Kevin," gumam Kevin kemudian mengusap air matanya tangan yang satunya lagi memegang tubuh Endrea.Kevin membopong tubuh Endrea dan membawanya ke dalam mobil, Kevin membawa mobil dengan kecepatan sedang menuju ke rumah sakit.Tiga puluh menit kemudian Kevin sudah sampai dan langsung membawa Endrea ke dalam untuk mendapatkan pertolongan, Kevin duduk termenung dikursi tunggu."Setelah ini kehidupan seperti apa yang akan aku jalani tanpamu Paman?" gumam Kevin penuh tanda tanya, dirinya meski sudah dewasa tapi belum bisa berdiri dikaki sendiri.Kevin selalu butuh nasehat dari Pamannya, untuk menunjukkan jalan yang mana yang harus dirinya tempuh, sekarang Pamannya sudah tidak ada dirinya harus bisa melakukannya sendiri.Satu
"Baik Pak akan kami carikan ya, kalau boleh mau yang cewe semua atau cowo semua?" tanya Mbak yang berjaga dimeja resepsionis itu dengan ramah, Kevin malah terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu."Pak," panggil Mbak resepsionis lagi dan menyadarkan Kevin dari lamunannya."Eh iya Mbak, bilang apa tadi?" tanya Kevin lagi."Mau yang cewe semua atau cowo semua?" tanya Mbak resepsionis lagi."Cewe semua saja Mbak, tapi yang badannya fit dan bisa bekerja sama dua puluh empat jam," Kevin menjelaskan perawat yang dia inginkan."Baik Pak," jawab Mbaknya dan mulai sibuk mengetik dikomputer yang ada di depannya."Bapak bisa menunggu nanti saya akan membawa mereka ke ruangan Ibu Endrea," perintah Mbak resepsionis itu dengan ramah, Kevin menuruti kembali berjalan dan kali ini Kevin memberanikan diri masuk ke ruangan Endrea.Kevin melihat Endrea terbaring dibrangkar, Kevin mengusap wajahnya dengan kedua tangannya dan
Satu jam kemudian Kevin sampai di kantor polisi dan langsung memerintahkan polisi membawa pelaku ke hadapannya, betapa terkejutnya Kevin melihat siapa wanita yang keluar dengan diampit oleh dua orang polisi."Ibu Liana," ujar Kevin dengan nada tidak percaya, benarkah yang melakukan ini semua adalah Ibu tirinya."Hay Kevin, ternyata kita dipertemukan lagi disini darimana saja kamu hah selama ini, apakah kamu tahu ayahmu dipenjara karena ulah Arya dan istrinya?" tanya Liana dengan nada emosi.Kevin menggelengkan kepalanya, masih belum paham dengan apa yang dibicarakan Ibu tirinya, Kevin memang tahu Ayahnya masuk ke penjara karena Pamannya tapi itu juga Ayah telah melakukan kesalahan yang fatal."Dan sekarang kamu malah melindungi dia, hahaha... Kenapa kita tidak bekerja sama saja," ucap Liana membuat Kevin menaikkan sebelah alisnya."Kerja sama?" tanya Kevin."Yah aku mendekam dipenjara dan aku tidak bisa melakukan apa-apa, k
"Ada apa ini, kenapa kalian semua berkumpul disini?" tanya Kevin kepada staf keuangan yang juga berkumpul disana, semuanya terdiam menunduk saat Kevin bertanya tidak ada yang berani membuka suaranya."Saya bertanya kepada kalian, kenapa kalian diam saja," ujar Kevin menaikkan nada bicaranya membuat semua orang yang berada disana terkejut."Maaf Pak saya tidak bersalah saya hanya disuruh," ucap seorang yang baru saja keluar dari dalam lift, semua mata tertuju kepada sumber suara tidak terkecuali Kevin sendiri.Kevin melangkah mendekat ke arah dua polisi yang menarik paksa salah satu karyawannya, saat melihat kedatangan Kevin kedua polisi itu terdiam dan mengangguk hormat."Maaf Pak kami lancang, kami langsung masuk tanpa iji Bapak terlebih dahulu," ucap salah satu polisi."Kalian jangan menonton, lanjutkan kerja kalian seperti biasa!" teriak Kevin membuat semua orang yang sedang berkerumun langsung membubarkan diri dan
"Maaf saja tidak cukup kamu harus dihukum seadil-adilnya, jika kamu membutuhkan uang tinggal bilang kepada saya sebisa mungkin saya akan bantu, tapi kamu malah mencari jalan yang salah," ujar Kevin kemudian Kevin mengibaskan tangannya untuk memerintahkan polisi itu membawa Eva keluar dari ruangannya.Kevin mengambil tisu dan mengelap darah yang berada dipunggung tangannya, ada berapa banyak musuh dalam selimut yang Endrea miliki.Setelah mengobati lukanya Kevin menata kamera yang akan digunakan untuk pemotretan, dirinya ingin segera menyelesaikan pekerjaan ini dan kembali ke rumah sakit.Beberapa kali Kevin harus mengulangi jepretannya karena dirinya tidak fokus, pikirannya terus ke masalah yang sedang dirinya hadapi dan memikirkan kata-kata apa yang akan dia katakan saat Endrea sadar nanti.Jam setengah tujuh malam pekerjaan Kevin semuanya beres, Kevin berniat ingin pulang ke apartemen terlebih dahulu untuk mengambil baju ganti.
"Aku haus mau minum," pinta Endrea dengan cepat Kevin langsung membuka tutup botolnya dan membantu Endrea minun dengan perlahan, Kevin senang akhirnya Endrea membuka matanya."Tunggu sebentar aku akan memanggilkan dokter," ucap Kevin kemudian keluar dari ruangan Endrea dan tidak lama kemudian seorang dokter dan prawat masuk bersama Kevin."Tolong Bapak tunggu di depan ya," perintah perawat itu dengan ramah, Kevin melihat ke arah Endrea yang mengangguk seperti mengantakan dirinya tidak apa-apa, Kevin menurut keluar dari ruangan Endrea dan menutup pintunya.Di depan pintu ruangan Endrea, Kevin terus modar mandir dirinya tidak bisa tenang, tiga puluh menit kemudian perawat keluar."Pak silahkan masuk, dokter akan menjelaskan sesuatu," perintah perawst itu, dengan semangat Kevin masuk dan berdiri disamping brangkar Endrea."Jadi seperti ini Pak Kevin keadaan Ibu Endrea sangat baik dan sudah stabil, jika tidak ada sakit yang di d
"Astagfirulloh...." ucap perawat itu dengan nada terkejut, dan matanya langsung melebar melihat penampakan seorang yang sekarang berdiri di depannya."Ya tuhan," teriak Kevin yang tidak kalah terkejutnya dengan Perawat tadi."Kamu sedang apa berada disitu?" tanya Kevin dengan menunjuk ke arah perawat tadi."Saya sedang menunggu Ibu Endrea mandi Pak, tadi Ibu minta tolong untuk membantu mengantarkan ke kamar mandi," jelas perawat itu, Kevin langsung melihat ke arah pintu kamar mandi yang tertutup."Oke, kamu boleh keluar biar saya saja yang membantu Endrea," perintah Kevin, perawat itu hanya bisa mengangguk dan keluar dari ruangan Endrea."Sus masuk ya aku mau minta tolong," teriak Endrea dari dalam kamar mandi, Kevin yang sedang bermain ponsel langsung meletakan ponselnya dan membuka pintu kamar mandi yang suda tidak dikunci."Mau minta tolong apa?" tanya Kevin kemudian matanya melebar melihat Endrea hanya memakai han