Share

Clue

last update Last Updated: 2022-10-17 14:53:21

“Kalian kenapa?” Mama menatap kami bergantian.

Apakah kalian pernah melakukan kekonyolan dan tertangkap basah? Jika iya, itulah yang kurasakan sekarang. Sementara itu, Arsyl hanya berdeham beberapa kali. Mungkin saja dia tersedak?

“Dari tadi kayak nggak fokus.” Mama masih melihat ke arah kami, seperti seorang detektif.

“Nggak, Ma.” Arsyl menjawab singkat.

Oh, astaga! Ingin rasanya aku menginjak kakinya, supaya memberikan penjelasan kepada Mama. Kenapa mengarang cerita dan meyakinkan semua orang selalu saja menjadi bagianku?

“Kalian mau ngomong sesuatu sama mama? Atau mungkin ... pagi ini ada kabar baik?” Mama meletakkan sendok, dan menumpu dagu pada jemari yang terjalin di meja.

Arsyl ... selamatkan aku!

“Misalnya Mama mau punya cucu?” Arsyl menimpali. Dia tersenyum ketika berkata demikian, mengingatkanku pada senyumannya semalam.

Tunggu. Semalam?

Sontak aku menoleh dan melotot ke arah Arsyl. Apa yang dia katakan?

“Sabar, Ma. On process!” Arsyl mengedip ke arahku, dan itu sukses mem
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • PETAKA REUNI   Seperti Seharusnya

    Sepulang dari rumah Mama Indi, hidupku dan Arsyl kembali seperti semula. Kami tidur di kamar terpisah, menyapa seperlunya. Tak banyak waktu dan kesempatan yang menjebak kami berdua saja dalam satu ruangan. Meski jujur saja, aku dan Arsyl memang lebih dekat satu sama lain setelah berbagi kamar lebih dari satu minggu. "Kamu berani tidur sendiri, 'kan?" Begitu Arsyl menggodaku kala itu, setibanya kami di rumah. "Kalo kamu takut, aku ada di kamar sebelah." Aku hanya tertawa, lalu mencibirnya. "Kamu lupa, kalo aku pemberani? Setiap malem aku sendirian di rumah, sampe kamu pulang yang seringnya hampir tengah malam. Sebagai istri, aku nggak nyusahin, tauk." Arsyl tertawa kecil. "Ah, iya. Istri. Tapi, sebagai istri, kamu nggak baik-baik amat, Rin."Aku mencebik. Melihatnya tertawa, kemudian aku menyipitkan mata ketika berkata,. "Nggak baik gimana, maksudnya? Aku udah masak, jagain rumah, bersih-bersih--""Ada satu lagi, Rin." Dia menyela. "Apa? Aku kan--""Apa harus aku jelasin?"Seketik

    Last Updated : 2022-10-19
  • PETAKA REUNI   Kutukan Semesta

    Hari ini, Arsyl berangkat lebih pagi. Sementara itu, aku masih di rumah dan baru akan keluar jam sepuluh nanti. Kantorku akan mengadakan pameran unit sedan keluaran terbaru di sebuah mal, dan aku ditugaskan untuk ke sana menyelesaikan segala sesuatunya. Itu sebabnya, aku tidak begitu buru-buru. Sisa waktu yang masih lumayan lama, membuat aku menyempatkan diri membereskan meja makan lebih dulu. Tak lupa, aku menyiapkan makanan kecil dan buah potong sebagai bekal. Ketika aku masih menyiapkan segala sesuatunya,, sebuah panggilan masuk.Kak Amy?Seketika, jantungku berdetak lebih cepat. Ada apa? Haruskah kuterima panggilan itu? Ah, pikiranku lantas penuh dengan ketakutan-ketakutan yang gagal untuk kusederhanakan.Satu panggilan kubiarkan tanpa terjawab. Dalam hati, aku masih menimbang kalimat apa yang akan aku siapkan, jika mungkin Kak Amy menanyakan hal yang tak ingin kujawab. Namun, akhirnya aku menyapa pada dering keempat.“Halo, Kak. Maaf, tadi aku di kamar mandi. Kenapa?” Aku berbo

    Last Updated : 2022-10-19
  • PETAKA REUNI   Luka dan Kenangan

    Entah bagaimana aku harus menggambarkan perasaanku saat ini. Satu sisi, ada Danar yang datang dan mungkin, dia berniat akan memperjuangkan apa yang aku tuntut darinya. Sementara itu, di sisi lain, ada Kak Amy. Kakak ipar paling baik, orang yang aku harap bisa meringankan bebanku, setelah berhari-hari bersikap layaknya pencuri. Kak Amy dan Danar, dua-duanya memiliki andil atas apa yang aku lakukan. Bila aku ingin memperbaiki dan menebus kesalahan kepada Arsyl, maka aku akan mengaku kepada Kak Amy, bahwa yang kulakukan dengan Danar pada saat reuni adalah kesalahan. Untuk bercerita kepada Kak Amy aku bahkan sudah menyiapkan mental. Sebab ternyata, bagaimanapun aku memendam dan memuja segala hal yang berkaitan dengan cinta di masa lalu, ternyata aku lebih takut kehilangan satu hal: keluarga.Ya. Aku takut keluarga besar akan membenciku. Aku tidak siap dikucilkan dan dijauhi oleh semua orang yang kusayangi. Dan japan satu-satunya agar semua kebaikan tetap kudapatkan adalah berkata jujur

    Last Updated : 2022-10-20
  • PETAKA REUNI   Berani?

    "Masa lalu yang kamu nikmati?” Kak Amy tertawa sumbang. Sementara aku hanya menatapnya. Seperti dia yang memberiku kesempatan berbicara maka aku pin mengizinkan Kak Amy memberi tanggapan sesuka hatinya. “Apa kamu tau, Arini, semua orang punya masa lalu. Tapi, mereka tau mana masa lalu yang bisa dipelihara, mana yang harus dikubur dalam-dalam. Sayangnya, kamu tidak sebijak itu.”“Bukankah setiap orang berhak dengan masa lalu mereka?” Aku berusaha membuat semuanya masuk akal. Meski aku tahu, rasa tak percaya akan membuat Kak Amy lagi-lagi, mematahkan semua yang aku katakan. “Ya. Kamu benar. Dan aku ... kecewa sama kamu. Sama masa lalu yang datang hanya untuk jadi pengganggu, dan kamu malah menikmati itu!”“Kak, please!” Aku mulai tak bisa menahan diri, menangis kian tak terkendali.“Kamu bilang itu wajar dan biasa terjadi. Karena kalian adalah mantan. Karena kamu berhak sama sesuatu yang kamu sebut masa lalu." Kak Amy menurunkan suaranya. Mungkin, dia sedikit iba melihat tangisanku

    Last Updated : 2022-10-20
  • PETAKA REUNI   Malam Pertama?

    Kak Amy kembali menjalankan mobil usai aku berhias secukupnya. Malam ini, kami berdua hanya muncul sebentar di pesta, lalu kembali ke rumah Mama Indi nyaris jam sebelas malam. Butuh lebih dari empat jam untukku menjelaskan semua kesalahpahaman ini, agar Kak Amy mengerti. Paling tidak, aku membutuhkan teman berbagi, agar tak menelan sesak ini sendiri. Benar kata orang, bahwa berbagi itu mampu menyusupkan lega. Apa pun masalahnya, tentu bisa sedikit lega ketika kita membaginya. Meski tentu saja, ini baru awal dari semuanya. Yang paling penting, ada seseorang yang akan membantuku, jika mungkin berada dalam situasi tak dinginkan, suatu saat nanti. Dan mungkin, Kak Amy adalah orang yang tepat."Menurut Kakak, aku harus sampaikan ini sama Arsyl?" Aku bertanya amat pelan. Sungguh, aku tak tahu efek dari semuanya akan semenyakitkan ini. "Yang aku tau, laki-laki nggak akan suka kalo kepunyaannya diusik. Apalagi, istri." Aku menghela napas dalam. Tapi, bukankah aku hanya istri di atas perj

    Last Updated : 2022-10-21
  • PETAKA REUNI   Gangguan

    "Hanya itu?" Arsyl bertanya. Posisi kami masih sedekat tadi. Sementara detak jantungku kian tak terkendali. Panas yang seketika menjalari tubuh, mendadak menghapus pening yang tadi mendera. "Dan karena kita adalah suami istri." Aku berkata setengah berbisik. Kemudian, aku hanya memejam ketika Arsyl merunduk, menghapus jarak tak seberapa yang tadi memisahkan. Sepanjang bersama, ini adalah hal paling gila yang pernah kami lakukan. Bahkan, aku tak menyangka bila kami berdua bisa bergerak sejauh ini.Entah berapa lama kami berpagut, dan hanyut dalam kemesraan. Yang pasti, malam ini aku benar-benar berserah jika penantian selama hampir setahun itu akan berakhir. Bagaimanapun, kami telah bersama selama itu, dan Arsyl berhak mendapatkan haknya sebagai suami.Aku tak tahu, ini benar atau salah. Aku juga tak yakin, aku melakukan ini karena yakin, atau karena rasa bersalah. Namun, berada dalam kuasa Arsyl seperti sekarang, aku merasa aman, dan juga bahagia.Sejujurnya, aku amat gugup sekaran

    Last Updated : 2022-10-21
  • PETAKA REUNI   Gangguan Lagi?

    Aku terbangun saat mendengar Mama Indi keluar dari kamar, dan membuka pintu depan. Saat melirik jam, ternyata sudah siang, hampir jam delapan. Beruntung ini adalah akhir pekan. Jadi, aku tak harus buru-buru. Aku merentangkan badan yang terasa pegal, karena semalaman tidur dalam posisi kurang nyaman. Karena ngantuk, semalam aku tidur di sofa, berbantal pada paha Arsyl. Sementara dia ....Ah, sungguh pemandangan pagi ini menyejukkan mata dan hati. Betapa tidak? Tampak Arsyl masih lelap dalam posisi bersandar di sofa. Zaki pun tampak nyenyak di dada sang paman. Bocah berambut kriwil itu begitu tenang, dengan satu jempol dalam mulut.Aku beranjak hati-hati, tak ingin mengganggu. Semalam kami tidur sudah lewat, sekitar setengah dua pagi. Aku takut Zaki akan rewel bila terbangun sebelum tidurnya cukup.Kepala yang masih pening membuatku meringis. Hal itu ternyata tak luput dari pandangan Mama, yang kali ini menghampiriku."Kamu kenapa? Pusing?" Mama mendekat dengan langkah tertatih.Aku h

    Last Updated : 2022-10-21
  • PETAKA REUNI   Rombongan Pengacau

    “Udah kalian bawa aja. Nanti kalo dia udah tidur, kamu bisa nelepon aku. Biar aku bawa pulang lagi. Zia kalo tidur kan ngebo, nggak akan sadar kalo kugedong dibawa pulang.”Begitu kalimat Kak Amy, yang berakhir pada terlelapnya Zia di kasurku malam ini. Awalnya, aku dan Arsyl ragu akan membawa Zia. Takut rewel atau apa. Akan tetapi, demi menghindari drama, Kak Amy berkata seperti itu.Aku bangkit dari ranjang dengan gerakan amat hati-hati. Drama menidurkan Zia tak boleh terulang hanya karena dia harus terbangun karena gerakanku, yang mungkin menimbulkan kasur bergoyang. Meski tadidia sudah berjanji tidak akan menangis, tetapi tetap saja, Zia sedikit melow jika terpisah dari Zaki.Dua saudara kembar itu memang tak terpisahkan sejak kecil. Menurut Kak Amy, salah satunya akan sakit dan rewel jika berjauhan. Meski seharian tak terhitung berapa kali mereka adu mulut dan kadang adu pukulan serta saingan melengkingkan tangis, tetap saja, ketika malam, keduanya akan saling mencari.Namun, mau

    Last Updated : 2022-10-22

Latest chapter

  • PETAKA REUNI   Terima Kasih (ending)

    “Ssst!” Arsyl meletakkan telunjuk ke bibir ketika aku masuk ke kamar. “Boss besar baru aja tidur.” Dia melanjutkan kalimatnya.“Lho, kok bisa? Kan, dia belum ng-ASI?” Aku mendekat.Sepulang dari mal tadi, kami mampir ke rumah Mama sebentar. Sementara itu, Arsyl lanjut ke klinik. Setelah urusannya selesai, baru kami pulang ke rumah bersama. Aku langsung mandi, karena lelah dan berpikir akan langsung tidur saja.“Tadi sudah aku angetin ASIP-nya.” Arsyl masih berbicara pelan. Dia mendekat dan bertanya, “Mau mompa?”Aku hanya mengangguk, dan mulai mempersiapkan alat. Selama menyusui, produksi ASI-ku memang berlimpah. Sebuah hal yang patut disyukuri, karena banyak ibu di luar sana yang mengalami nasib sebaliknya.“Mam, mompanya bisa biasa aja, nggak?”Aku menoleh? Apa katanya? Biasa saja? Aku bahkan belum mulai. Dasar mesum!“Maksudnya?”“Ya ... nggak usah pake baju begitu lagi, kan aku jadi—“Belum selesai kalimat Arsyl kala aku melemparnya dengan sebuah bantal.Suamiku itu hanya terkekeh

  • PETAKA REUNI   Hadiah Kedua

    Papa Ciiil!”Dua bocah berambut kriwil itu menyongsong dengan riang ketika aku dan Arsyl sampai di rumah Mama. Sore ini, Mama mengundang kami untuk datang ke acara makan malam keluarga. Berkumpul di sini, lalu nanti sama-sama menikmati hidangan di sebuah tempat di tepi pantai. Bukan tanpa alasan, sebab suami Kak Amy datang dari Manado tengah berulang tahun. Ayah si Kembar itu akan menghabiskan masa cuti beberapa hari di Makassar.Menurut Mama, sudah lama kami tak duduk dalam formasi lengkap. Sebab, selama ini memang kami jarang menemukan waktu yang pas. Biasanya, jika ada suami Kak Amy, maka Arsyl sibuk. Atau kalau tidak, aku yang sedang lembur.“Hey! Sudah makan belum?” Arsyl berjongkok, dan menyambut keponakannya dalam dekapan. Kemesraan yang selalu mampu menghangatkan hatiku sejak dulu. “Zaki udah!” Zaki mengusap perut ketika berkata demikian.“Zia juga udah!” Zia menyahut, tak mau kalah.“Anak pinter!” Arsyl menghadiahkan kecupan pada si Kembar, bergantian.“Papa Cil, nanti kit

  • PETAKA REUNI   Tentang Komitmen

    “Nanti aku ada pameran di mal. Bawa Arsha boleh, nggak?”Aku bertanya kepada Arsyl kala menyajikan sarapan. Ini adalah akhir pekan, tapi aku masih harus menyelesaikan beberapa tugas kantor terkait stand pameran disalah satu mal yang ada di Kota Makassar. Menjelang akhir tahun, berbagai perusahaan otomotif memang gencar melakukan kegiatan seperti ini dengan memberikan banyak potongan dan berbagai bonus.“Mau aku temenin sekalian?” Dia bertanya setelah menyesap air jahe. Hari ini Arsyl tidak ke rumah sakit. Dia bilang, nanti malam juga hanya akan ada di klinik satu jam saja.“Nggak usah. Mau ngapain?”“Ya sekalian belanja. Kamu nggak jaga stand, ‘kan? Cuma ngurus administrasi sama orang mall aja?”Aku mengangguk. “Iya. Tapi kalo kamu ikut, aku malah takut nggak konsen nanti.”Arsyl menimang bayi kami yang ada dalam dekapannya lalu berkata, “Nggak konsen? Emang kamu mau ngapain?”Aku melengos, lalu bangkit menuju wastafel. “Lagian mau ngapain ikut? Emang nggak bosen? Aku sampe jam tiga d

  • PETAKA REUNI   Hari-Hari yang Manis

    Jika ditanya apa yang paling kubenci akhir-akhir ini, maka tamu di pagi hari adalah jawabannya. Bukan saja karena masih ingin bermalas-malasan di tempat tidur, tapi karena banyak hal yang harus kubereskan lebih dahulu. Aku tidak suka jika rumah dalam keadaan berantakan lalu ada yang datang. Selain akan dicap jorok, tentu sebagian orang akan menganggap aku istri yang malas. Seperti pagi ini misalnya, kala Kak Amy datang tanpa memberi tahu. Salah Arsyl juga, yang membuka pintu tanpa berpikir panjang.“Ya aku nggak tau, Sayang. Kan kupikir itu Kak Amy, bukan orang lain.” Dia mengelak, sedangkan aku menatapnya dengan memberengut. Mungkin, kali ini wajahku sudah seperti Angry Bird karena alis yang menyatu.“Mau Kak Amy atau bukan, harusnya kamu bisa beresin dulu ruang tamunya.” Aku masih merasa sebal.Bagaimana tidak? Kak Amy datang di akhir pekan, kala kami masih ingin bergelung di balik selimut. Sialnya, Arsyl membuka pintu tanpa membereskan lebih dulu kekacauan yang semalam sempat kam

  • PETAKA REUNI   Reuni Kedua

    “Apa aku batalin aja?”Arsyl menatapku yang sedang berkemas. Lebih tepatnya, aku tengah mengemas pakaian dan segala perlengkapan kami. Rencananya, besok kami akan bertolak ke Bali untuk menghadiri acara reuni yang dilaksanakan oleh kampusnya. Reuni akbar yang digelar setelah lebih sewindu kelulusan.Jika biasanya kami bepergian cukup dengan satu kopor kecil, maka kali ini bawaan kami bertambah satu kopor besar lagi. Banyak bawaan yang tak bisa ditinggalkan, utamanya milik Baby Arsha. Bayi yang kulahirkan dua bulan lalu itu bernama Andi Arsha Hanafi. Darah keluarga Arsyl mengalir dalam tubuh bayi gembul itu.Lahirnya Arsha tentu saja disambut penuh sukacita. Selain menjadi cucu pertama laki-laki di keluargaku, Arsha juga bayi yang lahir setelah banyak drama terjadi dalam keluarga kami. Drama yang melibatkan semua orang, menyita waktu dan melelahkan hati.l“Kenapa harus dibatalin? Kamu nggak mau aku ikut?” Aku menjawab dengan sinis. “Sayang ... Baby Arsha kan masih kecil. Kamu tega mau

  • PETAKA REUNI   Untuk Kamu

    “Mam, mau sarapan apa?”Aku menggeliat kala merasa kecupan bertubi-tubi jatuh di pipi. “Ngh ... masih pagi.”“Sudah siang, Sayang.”“Tapi aku masih ngantuk.” Kunaikkan selimut sampai menutupi kepala, menyisakan mata saja.“Mau jalan-jalan, atau kita olahraga di sini saja?”Setelah Arsyl berucap demikian, terasa kasur empuk ini bergoyang. Benar dugaanku, dia menyusup ke dalam selimut sembari menjejakkan buai memabukkan. Ah, laki-laki ini! Apa dia tidak akan membiarkanku istirahat sebentar saja?“Bangun, atau keseksianmu pagi ini akan membangunkan sesuatu, Arini?’Apakah hanya aku yang mendengar bahwa pujian itu adalah ancaman dalam satu waktu?“Iya ... iya! Aku bangun!” susah payah aku bangkit dari pembaringan. Perut yang sudah bulat sempurna membuatku kepayahan tiap kali bangkit dari posisi berbaring. Karena perut yang sangat besar, Kak Amy beberapa kali menduga jika aku mengandung bayi kembar. Kehamilan yang tak lama lagi menuju persalinan ini membuat kaki sedikit bengkak. Itu sebab

  • PETAKA REUNI   Meja Hijau

    “Kamu sudah siap?” Arsyl mendekat, lalu mengelus bahuku. Setelah menanti dengan harap-harap cemas, akhirnya hari itu datang juga. Meski setengah hati, akhirnya aku menghadiri hari yang sebenarnya ingin aku hindari. Namun, bagaimana lagi? Aku tidak boleh lari, bukan? Aku tersenyum. Kami sudah sejauh ini dan tidak akan mundur lagi. “Iya.”Arsyl menatap dengan sorot serius. “Kalo kamu nggak bisa, nggak apa-apa, Rin.” “Aku nggak apa-apa. Mungkin, ini kali terakhir aku bertemu Danar.” Kutatap Arsyl dengan saksama. “Bukannya ... bukannya harusnya aku yang tanya ke kamu? Nggak apa-apa, ‘kan, kalo misalnya aku ketemu sama dia sekali lagi?”Dia menggeleng, lalu tersenyum. “Nggak ada alasan, buat aku nggak percaya sama kamu.” Usai berkata, Arsyl memeriksa bawaan kami sekali lagi. Dia selalu begitu bila kami akan bepergian. Memastikan tak ada barang yang ketinggalan memang selalu menjadi tugasnya. Untuk setiap hal, dia memang sangat teliti, apalagi bila itu menyangkut kesehatanku dan calon b

  • PETAKA REUNI   Wanita dari Masa Lalu

    Sejak malam aku pulang dari rumah Ibu sambil menyembunyikan tangis dari Arsyl, aku belum pernah ke sana lagi. Rasanya, aku ingin sendiri untuk beberapa waktu. Lalu, kesibukanku di kantor kujadikan alasan untuk beristirahat di rumah saja di akhir pekan. Selain itu, perut yang sudah membesar memang membatasi tenagaku, tak bisa seperti dulu.Seperti hari ini misalnya. Aku hanya bersantai di kamar meski matahari sudah meninggi. Akhir pekan ini aku sendiri, karena Arsyl ke rumah sakit sejak pagi. Entah kesibukan apa yang dia lakukan, aku tak begitu banyak bertanya. Sempat dia menawarkan agar aku ke rumah Ibu, tetapi aku menolaknya.Tak bosan dengan bahan bacaan yang baru saja kubeli, aku berniat akan menghabiskan sepanjang hari dengan membaca. Beberapa jenis makanan ringan sudah siap di meja, berikut buah potong yang tak pernah ketinggalan. Sering lapar membuat aku berubah menjadi manusia pemakan apa saja. Ah ... apa semua perempuan hamil akan begini di trimester ketiga mereka? Atau hanya

  • PETAKA REUNI   Salahku

    “Kok aku agak heran sama Kakak.” Raya maju satu langkah, berdiri di sisi Anita. Dia menoleh sebentar ke arah adik bungsu kami seolah-olah meminta pertimbangan, lalu kembali menatapku dengan sorot setajam sebelumnya. “Susah banget buat move on dari Kak Danag ... apa mungkin ... kalian pernah terlalu jauh?”Untuk beberapa saat, pertanyaan Raya itu berhasil membuat duniaku berhenti. Bukan saja karena terkejut. Lebih dari itu, aku sama sekali tidak menduga bila pertanyaan seperti itu akan terlontar dari bibir adikku sendiri. Bagaimana bisa dia mencurigaiku sampai seperti itu? Bagaimana mungkin mereka bisa berpikir bahwa aku akan merusak kehormatan keluarga?“Apa karena itu juga, Kakak pergi ke acara reuni tahun lalu?” Raya masih menatapku. Dia seperti lupa caranya berkedip. “Apa mungkin ... di sana terjadi sesuatu di antara kalian, sampai Kakak begini?”Aku masih tak dapat berkata-kata. Sungguh, ini terlalu mengejutkan untuk sebuah kenyataan. Bagaimana mungkin, Raya mengungkit semuanya k

DMCA.com Protection Status