Share

Susuk

Penulis: Ayu Kristin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Asih berjalan menghampiri Wini. "Jadi sejak tadi kamu sengaja mengawasiku?" cetus Asih menjatuhkan tatapan kesal pada Wini.

Wanita dengan bibir penceng itu hanya terdiam dengan membalas tatapan takut pada Asih. 

Asih mendengus barat, ia terlihat lega. "Untung saja kamu struk dan tidak bisa bicara. Karena kalau saja kamu mengadu sama Mas Tejo, aku tidak akan tinggal diam. Camkan itu!" ancam Asih dengan nada penuh penekanan.

"Asih, ada apa?" 

Tejo tiba-tiba muncul dari ruang tamu. "Loh, kenapa pas bunganya pecah?" seloroh Tejo melihat pecahan pas bunga di bawah kursi roda Wini.

"Aku nggak tahu, Mas, tadi aku dengar ada suara benda pecah jadi aku ke sini untuk melihatnya. Eh, ternyata pas bunga Mas Tejo yang pecah," adu Asih.

"Kamu yang mecahin pas bungaku ya, Win?" seloroh Tejo memberikan penekanan pada ucapannya. Sorot matanya nampak kesal melihat pada Wini.

Wini membalas tatapan Tejo. Lagi, Ia hanya memasang wajah datar kepa

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Ranjang Panas

    "Bukalah bajumu!" titah Mbah Datuk pada Asih yang terduduk pada bibir ranjang yang terbuat dari bambu yang dilapisi oleh tikar yang terbuat dari daun pandan."Semua, Mbah?" tanya Asih dengan wajah takut."Iya, semuanya, Neng!" sahut lelaki tua itu terlihat sudah tidak sabar.Perlahan Asih membuka satu persatu kancing baju yang ia kenakan. Kini terlihat dua gunung yang sangat menantang khas anak gadis yang belum pernah sekali disusui.Gairah Mbah Datuk semakin menggelegak. Melihat gunungan putih mulus Asih yang semakin menantang untuk di rem*snya."Neng, celananya dibuka semua, ya!" titah Mbah Datuk, lelaki itu berpura-pura untuk setenang mungkin. Ia pun ikut melucuti baju yang ia kenakan hingga menyisakan celana pendek yang masih tertinggal.Kini Asih sudah menganggalkan semua benang yang menutupi tubuhnya. Kemudian ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan kak

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Ular Di Kamar Asih

    Pernikahan megah juragan kelapa dengan Asih akhirnya dilaksanakan. Gadis muda itu sama sekali tidak percaya dengan ucapan ibunya jika kekayaan juragan Tejo adalah hasil dari sebuah pesugihan. Ribuan tamu undangan datang memenuhi gedung besar yang telah Tejo sewa untuk menggelar pernikahan keduanya.Pukul jam 11 malam acara megah itu baru selesai. Beberapa tamu undangan sudah kembali pulang. Begitu juga dengan Tejo dan Lastri yang kini sudah berada di dalam kamar pengantin. Taburan bunga mawar merah memenuhi ranjang besar yang berada di lantai atas rumah Tejo. Aroma yang khas menyeruak memenuhi sudut ruangan.Lelaki yang bertelanjang dada itu sudah bersiap-siap berada di atas ranjang untuk melakukan pertempuran besar. Ia menyadarkan tubuhnya pada ujung ranjang melihat ke arah Asih yang baru keluar dari dalam kamar mandi."Ayolah Asih!" seru Tejo dengan tatapan tidak sabar. Melihat tubuh sintal Asih semakin membuat nafsu T

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Kamar Terlarang

    Lelaki itu beranjak pergi setelah berdecak kesal pada Asih yang membangkang. Sejenak Asih mematung melihat Tejo yang semakin aneh. Baru kemarin pesta pernikahan mereka digelar. Tapi lelaki itu sudah benar-benar berubah."Jadi apa?" Asih terlihat berpikir. "Jadi onde-onde, bergitu!" imbuhnya dengan terkekeh. Menertawakan ucapan suaminya yang sudah pergi.Asih membersihkan setiap ruangan yang berada di rumah Tejo. Mulai dari lantai atas hingga lantai bawah. Hanya satu ruangan yang berada di rumah bawah yang belum terjamah oleh Asih. Kamar yang berada di samping kamar Wini."Memangnya di dalam kamar ini ada apa, sih?" gerutu Asih dengan wajah berpikir. "Kenapa tidak boleh di buka sama sekali!" Wajah Asih berpikir sesaat.Sesuatu seperti menarik diri Asih untuk mencari tahu apa yang ada di dalam kamar itu. Asih meletakan satu tangannya pada gagang pintu dan siap untuk membukanya."Ja

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Melanggar Larangan

    Hos! Hos! Hos!Nafas Asih hampir terputus. Sejenak ia terdiam dengan wajah yang masih terlihat sangat ketakutan. Peluh membasahi wajah Asih yang menegang.Wanita yang duduk di kursi roda itu menjatuhkan tatapan intens kepada Asih."Ka-kamu baik-baik saja?" tanya Wini dengan suara terbata.Asih tidak bergeming, sesaat ia melihat pada pintu kamar kosong yang sudah tertutup kembali. Kemudian mengalihkan tatapannya kepada Wini.Perlahan Asih bangkit, mengacuhkan Wini. Wanita itu berjalan menaiki anak tangga dengan satu tangan yang memegangi bagian pinggangnya yang serasa hampir mau patah."Sial, rumah ini memang benar-benar angker. Tapi siapa wanita yang berbeda di dalam lukisan itu," pikir Asih mencoba menerawang.Wanita itu berjalan terseok-seok masuk ke dalam kamarnya. Lalu membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Sesaat Asih menghela nafas panjang untuk meregangkan persendiannya yang hampir patah."Jika aku tau kamar itu adalah k

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Tangisan Tengah Malam

    Cahaya sinar matahari begitu lembut masuk melalui celah-celah jendela kamar Asih. Sinarnya yang terasa begitu hangat menyapu pori-pori kulit wanita yang meringkuk di samping pintu kamar. Perlahan Asih membuka netranya, bangkit dengan tangan yang memegangi kepalanya yang terasa berdenyut. Sepertinya sebuah benda keras sudah menghantam kepalanya semalam, membuat Asih tidak sadarkan diri."Aduh ...!" lirih Asih berjalan terseok-seok menuju rajang. Lalu membaringkan tubuhnya di atas pembaringan.Beberapa saat Asih memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Netranya masih terpejam, namun benaknya mencoba untuk mengingat-ingat kejadian semalam yang ia alami. Asih melirik pada jendela kaca yang berada di samping ranjang. Tidak ada apapun, semuanya aman. Tirai yang semalam berterbangan oleh angin kencang juga masih rapi pada tempatnya.Asih mendengus berat, "Apa ya semalam itu, kenapa sama persis dengan yang terjadi di kamar koso

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Tolong

    Sudah beberapa hari semenjak kejadian malam itu, Asih tidak pernah lagi melihat Wini di rumah Tejo. Wanita lumpuh yang kerap kali bersantai di depan layar televisi itu tiba-tiba menghilang dan tidak pernah muncul lagi. Bahkan, di tempat-tempat favorit Wini pun, wanita itu tidak pernah muncul lagi."Aku akan pergi malam ini, jaga rumah baik-baik!" tutur Tejo sekilas melihat pada Asih yang sedang sibuk menyuapkan makanan ke dalam mulutnya."Iya Mas," balas Asih mengangguk lembut. "Oh, iya Mas, sepertinya sudah beberapa hari ini aku tidak melihat Mbak Wini. Kemana ya, Mas, dia?" seloroh Asih menatap lekat pada Tejo yang terlihat begitu santai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya."Iya, beberapa hari yang lalu aku membawa Wini berobat dan kata dokter Wini harus ditinggal di sana untuk mempercepat proses kesembuhannya," tutur Tejo."Berobat? Di mana, Mas?" celetuk Asih."Jauh dari sin

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Misteri Kematian

    Wini sudah mengemasi semua baju-baju miliknya ke dalam koper. Ia sudah menghubungi seseorang untuk menjemputnya tanpa sepengetahuan Tejo. Ini adalah kesempatan Wini meninggalkan rumah Tejo saat Tejo sedang tidak ada di rumah.Malam semakin merangkak naik. Asih sudah mengurung dirinya di kamar sejak tadi sore. Karena hujan turun cukup deras sepanjang hari. Sungguh ini adalah waktu yang tepat sekali untuk Wini kabur. Wini menarik kopernya menuju pintu kamar. Langkah Wini terkejut saat melihat Tejo tiba-tiba muncul di balik pintu kamarnya yang terbuka.Wajah Wini mendadak pucat. Tejo menampakan seringainya di depan Wini, berjalan masuk ke dalam kamar."Mas!" lirih Wini, bibirnya bergetar ketakutan. Wini menarik beberapa langkah kakinya ke belakang."Aku tahu, kamu akan menjadi benalu di rumah ini, Win!" sergah Tejo, tersenyum sinis.Tubuh Wini bergetar hebat, dadanya bergemuruh. Tan

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Jasad

    Tejo sudah kembali, Asih menatap lelaki berkumis tebal itu berjalan melewatinya. Wajahnya terlihat kesal, menghempaskan tubuhnya duduk pada bangku yang berada di depan ruangan televisi cukup kasar."Ada apa, Mas?" tanya Asih."Tidak ada apa-apa," balas Tejo datar. Wajahnya terlihat berpikir keras. Satu tangannya memijat keningnya beberapa kali.Tok! Tok!"Tuan!""Ada apa?" tanya Tejo menatap pada lelaki yang berdiri di ambang pintu dengan wajah takut. Kedua tangannya meremas ujung baju yang ia kenakan."Itu Tuan, para pelanggan komplain," tutur lekaki itu dengan wajah takut."Complain kenapa?" cetus Tejo. Wajahnya perlahan memerah."Kelapa yang kita kirim busuk semua, Tuan!""Apa? Bagaimana bisa!" Tejo menaikan nada suaranya. "Memangnya sebelum dikirim kalian tidak memeriksanya dulu!" decih Tejo,

Bab terbaru

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 143

    Langkah Zaki seketika terhenti, saat lirih suara Indah memanggil namanya. Begitu juga dengan Angga dan Dimas yang nampak terkejut melihat tatapan Indah hampir sama dengan Sekar."Dek, kamu manggil, Mas Zaki?" Prapto yang hendak beranjak kembali terduduk menatap serius pada Indah."Zaki!" lirih Indah lagi.Perlahan Zaki menyeret langkah kakinya berat menghampiri Indah. Tatapannya menerawang pada wanita yang duduk di hadapannya."Hati-hati di jalan! Jaga teman-teman!" lirih Indah dengan suara berat, seperti sedang menahan tangis.Tubuh Zaki gemetaran, ia merasa jika seseorang yang berada dalam diri wanita gila itu bukanlah Indah lagi."Siapa kamu?" lirih Zaki.Indah yang sempat menjatuhkan tatapan pada Zaki, kini kembali terdiam dengan tatapan kosong. Sorot mata itu seketika berubah."Jawab siapa kamu?" Zaki menai

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 142

    Zaki menerobos tubuh Angga dan Dimas. Mendekat pada wanita yang hampir mirip sekali dengan Hanum, netranya yang jeli begitu juga dengan suaranya."Hanum! Apakah itu kamu?" lirih Zaki menyentuh pada kedua bahu wanita yang berdiri di hadapannya. Lelaki bertubuh atletis itu sama sekali tidak dapat menyembunyikan kerinduan dan kesedihannya pada kekasihnya yang sudah meninggal."Dek, siapa?"Deg!Wajah Zaki seketika berubah pias saat mendengar suara lelaki dari dalam rumah. Sepertinya panggilan itu di tunjukkan pada wanita di hadapan Zaki. Dimas menyambar tangan Zaki dan menarik tubuh lelaki itu sedikit menjauh dari wanita yang berada di dalam pintu. Wanita yang hampir mirip sekali dengan Hanum itu nampak tercengang."Maaf, mbak!" ucap Dimas menyungingkan senyuman."Siapa, dek?" Lelaki berkulit sawo matang itu muncul dari dalam rumah. "Oh, kalian!" Semburat

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 141

    Zaki tergeragap, menoleh pada pria berseragam petugas kebersihan yang berdiri di belakang punggungnya menenteng ember dan alat pel di tangannya."Itu Mas, ehm ... Tadi saya mendengar ada orang menangis di dalam kamar ini!" ucap Zaki gugup."Menangis?" Lelaki yang mengenakan seragam kebersihan itu mengeryitkan dahi, menjatuhkan tatapan heran pada Zaki."Mas, yakin ngak salah dengar kan?" cetus petugas kebersihan nampak ragu dengan ucapan Zaki."Iya, Mas, benar, saya mendengar orang menangis dari dalam, makanya saya ingin melihatnya," ucap Zaki penuh keyakinan.Wajah petugas kebersihan itu seketika berubah menjadi takut. "Mas, jangan nakut-nakutin saya deh!" protesnya."Tidak, Mas, saya tidak tahu nakutin Mas," seloroh Zaki. "Tadi saya benar-benar mendengar orang sedang menangis dari dalam situ," imbuhnya."Tapi Mas, di dalam kamar itu suda

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 140

    Dimas dan Zaki mendengarkan cerita Angga dengan seksama. Mereka nampak tenggelam dengan cerita yang Angga sampaikan."Lalu siapa wanita buruk rupa itu?" celetuk Dimas dengan wajah penasaran."Dia adalah ibu Yuda,"jawab Angga melirik pada Zaki."Apa?" Lagi-lagi Dimas dan Zaki terhenyak serentak. Mereka menggeleng bersama."Iya, wanita yang aku lihat saat aku berusia tujuh tahun itu adalah ibu Yuda," tegas Angga dengan sorot mata menerawang jauh."Jadi ibu kamu adalah istri nomor ...?" Dimas kelepasan, satu tangannya segera membungkam mulutnya menghentikan ucapannya. Wajahnya meringis saat Angga menoleh padanya."Ternyata ibuku adalah istri kedua ayahku. Jadi aku dan Yuda miliki ayah yang sama dengan ibu yang berbeda. Semenjak itu aku tinggal bersama Yuda, tapi entah mengapa Ayah lebih perhatian padaku, semua ayah lakukan untuk aku. Seolah Yuda dan ibunya tidak

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 139

    Wajah Yuda yang meradang tidak tinggal diam. Hati yang sakit dengan dendam yang menguasai membuat pemuda itu menjadi lepas kendali. Yuda melompati meja, menjatuhkan tinjauan tepat pada hidung Angga.Bruk!Tubuh Angga hampir terjatuh, beruntungnya ada Zaki yang menopang tubuh pemuda tampan itu. Meskipun hidungnya tetap saja terasa sakit sekali."Hay ... Apa yang kamu lakukan!" sentak seorang lelaki.Petugas penjaga segera menghampiri Yuda. Ia menarik tubuh lelaki itu menjauh dari Angga.Satu tangan Angga memegangi hidungnya yang mengeluarkan darah segar. Wajahnya meringis menahan sakit. Sementara Yuda, netranya memicing pada Angga dengan dada bergerak naik turun."Angga, kamu nggak apa-apa, kan?" sergah Zaki panik.Beberapa saat Angga tidak menjawab. Hidungnya terasa sangat pedih sekali. "Aku baik-baik saja!" lirih Angga menatap pada telap

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 138

    "Zak, ada apa?" seloroh Dimas membuat Zaki tergeragap."Tidak!" balas Zaki mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Suara yang tidak asing itu masih terus mendengung dalam indera pendengarannya."Kamu mencari apa, Zaki?" ucap Dimas menatap aneh pada sikap Zaki yang ada di belakang punggungnya.Zaki nampak gelisah. "Tidak, aku tidak sedang mencari apapun. Mungkin aku tadi hanya salah dengar saja!" imbuh Zaki menarik sebelah sudut bibirnya. "Ayo masuk!" ajak Zaki melingkarkan tangannya pada bahu Dimas masuk ke dalam ruangan Angga.____Jangan pernah menanyakan sinar matahari di lereng Semeru. Sekalipun ia menampakkan cahayanya, ia tidak akan pernah membuatmu terasa panas. Justru yang ada ia akan memberi kehangatan dalam dinginnya udara yang membekukan. Semejak semalam, gerimis masih turun seperti biasa, soalnya hujan tidak memiliki jeda di daerah pegunungan itu. Beberapa kali Dimas berjalan monda

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 137

    Zaki beranjak bangun karena terkejut, sesaat lelaki yang mengenakan topeng itupun juga menatap ke arahnya. Dengan gerakan cepat lelaki yang mengenakan topeng itu berhambur lari menuju ke arah pintu."Angga!" teriak Dimas terkejut melihat Angga tengah sekarat bersimbah dengan darah.Zaki bingung, hendak menyelamatkan Angga atau menangkap lelaki bertopeng itu. Zaki memutuskan untuk mengejar lelaki yang mengenakan topeng itu hingga menuju pintu keluar rumah Pak Samsul.Lengan kekar Zaki menyambar jaket kupluk yang lelaki itu kenakan. Tubuh lelaki terpelanting dan terjatuh."Ough!" Suara lelaki yang mengenakan topeng itu mengaduh kesakitan, karena benturan yang cukup keras.Zaki segera mengambil kesempatan untuk menangkap tubuh lelaki itu. Sayangnya lelaki itu menendang tubuh Zaki hingga terjatuh. Saat Zaki hendak melakukan penyerang padanya. Tubuh Zaki tersungkur dengan wajah mering

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 136

    "Hey, tunggu!" teriak Angga dari ambang jendela.Menyadari jika Angga dan Zaki melihat kehadirannya. Lelaki yang bersembunyi di balik pohon pisang itu segera berlari masuk ke dalam kebun pisang."Tunggu!" teriak Zaki terus mempercepat langkah kakinya mengejar lelaki yang mengenakan jaket hitam dan berlari sangat cepat sekali.Mantan jawara beladiri itu tidak kesulitan untuk menangkap lelaki yang mengintai rumah Pak Samsul. Satu tangannya menyambar jaket yang lelaki itu kenakan hingga terjatuh. Secepatnya Zaki, mengunci tubuh lelaki itu, dengan kaki yang menindih pada bagian perut dan tangan yang mencengkeram kuat pada kedua pergelangan tangan lelaki tersebut."Ampun Mas, ampun!" lirih lelaki itu dengan wajah ketakutan."Apa?" Seketika Zaki terkesiap. Melihat sosok lelaki yang berada di bawah tubuhnya bukanlah Yuda. Sahabat yang ia kira sedang mengintai rumah Pak Samsul.&n

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 135

    Lelaki yang mengenakan topeng itu terus menyerang Dimas. Dimas tidak bisa berkutik, karena lelaki itu menindih tubuh Dimas dari belakang punggungnya."Le-lepaskan!" lirih Dimas, satu tangannya hendak meraih penutup topeng yang lelaki itu kenakan.Plak!Lelaki yang menindih tubuh Dimas itu memberikan tamparan tepat pada pipi Dimas. Seketika wajah Dimas pun berpaling hingga kacamata yang ia kenakan pun terlepas. Saat itu juga meramunlah penglihatan Dimas. Ia tidak bisa lagi melihat siapa yang sudah menyerangnya, apalagi gelap malam semakin membuatnya hampir seperti orang buta.Dimas semakin panik, ia tahu lelaki itu bisa leluasa menyakitinya karena kini dirinya hampir tidak dapat melihat sama sekali."Tolong!" teriak Dimas memberontak. Sayangnya tenaga lelaki itu jauh lebih kuat. Beberapa kali lelaki itu menjatuhkan tinjuan pada Dimas."Hentikan!"&n

DMCA.com Protection Status