"Kalau begitu, kau pergilah, aku juga tidak mau membuat kamu celaka, pergilah, aku akan mencari cara untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.""Kau mau masuk lagi ke bangunan itu sementara kau sudah susah payah untuk keluar?""Tapi, Moreno ke sini untuk menyelamatkan aku, Miko, masa aku kabur sendiri?""Dia bukan cuma menyelamatkan kamu, dia punya urusan dengan pria yang menahanmu, jadi kau patuh padaku, Mitha, jangan membuat situasi semakin kacau!""Aku berjanji akan hati-hati, kau pergilah, kembali ke alammu, pikirkan keselamatan kamu juga, kamu sudah terlalu lama di dunia manusia!"Tanpa menunggu tanggapan dari Miko tentang apa yang diucapkannya, Mitha berbalik dan melangkah terburu-buru sambil memasang wajah waspada untuk menghindari keberadaannya diketahui oleh anak buah Mister X yang sedang berjaga di sekitar bangunan tersebut.Melihat apa yang dilakukan oleh adik kembarnya, Miko terpaksa tidak bisa berbuat apa-apa. Karena ia sendiri juga kondisinya sedang tidak baik, ia tida
"Heh! Kenapa kau tertawa? Apanya yang lucu?" protes Danu pada Mister X dan Mitha pun mengarahkan pandangannya pada pria itu karena sama herannya dengan Danu mengapa Mister X justru tertawa.Mister X menghentikan tawanya dan menatap ke arah Danu dan Mitha bergantian sementara anak buahnya berdatangan dan mengepung Danu juga Mitha hingga situasi semakin mencekam."Moreno itu seperti orang yang sudah tidak punya semangat hidup, tawaran menggiurkan yang aku berikan padanya ditolak mentah-mentah, bahkan saat aku menghajarnya dia juga tidak berani melawan, padahal dahulu disentil sedikit saja, dia sudah tidak terima, tapi yang sekarang dia seperti harimau yang kehilangan taji, lemah!""Kau menghajar, Tuan Moreno?" tanya Danu tidak terima dengan apa yang diucapkan oleh Mister X."Ya! Memangnya kenapa? Moreno sudah menentukan pilihan, dia memilih mati daripada hidup dan aku hanya mengabulkan apa yang dia pilih, tapi, jika dia memilih mati, dia tidak akan mati sendiri, Moreno dan semua yang m
"Ya!""Kalau begitu, biar aku keluar dan biar aku saja yang menebus semuanya karena yang membuat kamu melakukan hal seperti ini adalah kakakku, jadi sudah sepantasnya aku yang menghadapi Mister X, kan?""Kau mau ke mana? Kau tidak boleh keluar, kau pikir kau bisa mencegah Mister X untuk mengurungkan niatnya!""Diamlah, memangnya kau saja yang bisa memutuskan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya? Aku juga bisa!""Tunggu!!"Teriakan Moreno membuat gerakan Mitha terhenti seketika."Apa kau tidak cukup puas membuat hidupku kacau? Tidakkah kamu berpikir semua ini karena rasa yang tertinggal di hatiku? Aku sudah mengembalikan kamu pada suamimu, jadi biarkan aku dengan keputusan yang aku ambil, pergilah, selamatkan dirimu, tidak usah memikirkan aku, kalau kau masih memikirkan aku, aku anggap kau memberikan aku harapan!""Kamu meminta aku pergi, tapi setelah itu kamu akan membuat bangunan ini meledak bersama kamu? Kau ingin aku dikejar rasa bersalah seumur hidup?""Terserah, yang jelas inilah c
Setelah mengatakan hal itu, tanpa peduli dengan reaksi Miko yang tidak menyangka ia akan mengucapkan kata-kata tersebut, Moreno melakukan hal yang tidak diduga oleh Mister X. Tali yang tadinya dibuat Mister X melilit ke tubuh Mitha dialihkan menjadi ke tubuh mereka berdua. Sementara itu Mitha didorong oleh Moreno hingga menjauh dari kursi tersebut dan Mitha terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Moreno!Wanita itu berpaling dan berteriak ketika dengan usahanya yang keras Moreno mendesak Mister X menjauh dari Mitha agar saat tali tersebut menarik penghubung yang ada di luar dan menimbulkan ledakan setidaknya posisi Mitha tidak didekat ia dan Mister X. Melihat bahaya yang akan terjadi, Miko bangkit dan berusaha mengerahkan segala kekuatannya untuk mencegah apa yang dilakukan oleh Moreno. Namun, kekuatan Miko juga terbatas lantaran Miko juga sedang terluka akibat giok milik Moreno tempo hari yang masih belum sembuh benar dideritanya.Miko hanya bisa mengerahkan kekuatan seadanya hin
"Apa? Hancur?" tanya Mitha dengan wajah yang terlihat sangat terkejut."Iya.""Berarti, Kakak melihat dia yang melindungi semua yang ada di gedung?""Aku tidak tahu pasti, tapi, aku melihat dia mengeluarkan sinar putih dari tubuhnya, sinar itu melindungi orang-orang yang ada di gedung, entahlah, aku sendiri tidak bisa percaya dengan apa yang sedang terjadi, terlalu mustahil, tapi itulah yang terjadi, jika orang lain yang mendengarnya mungkin tidak akan percaya tapi aku benar-benar melihatnya...."Wajah Arman terlihat sangat serius saat mengucapkan kalimat tersebut pada Mitha, dan Mitha bisa melihat bahwa sahabat kakaknya itu memang benar-benar bersungguh-sungguh dalam menjawab pertanyaan darinya. "Apakah saat itu, Kakak sama Kak Jay? Maksudnya, apakah Kak Jay juga melihat apa yang Kakak lihat?" tanya Mitha sambil mengawasi pintu ruang rawat inap khawatir sang kakak tiba-tiba masuk dan mendengar apa yang dikatakannya."Sepertinya tidak. Aku pernah memancing soal pria itu-""Namanya, M
Mendengar permohonan Mitha, Arman segera berbalik dan buru-buru keluar dari ruangan rawat inap Mitha hingga nyaris menubruk Jay yang saat itu masuk. "Ada apa?" tanyanya dengan kening berkerut pada temannya tersebut. "Tidak, aku hanya ingin ke toilet," bohong Arman sambil melirik ke arah Mitha agar perempuan itu paham dengan apa yang diucapkannya sekedar agar Jay tidak curiga.Jay membiarkan Arman untuk keluar, tidak curiga sama sekali dengan alasan sahabatnya itu hingga ia tidak bertanya apapun pada Arman.Pria bertubuh tinggi tersebut melangkah menghampiri tepi pembaringan sang adik, dan Mitha sedikit gugup dengan kehadiran kakaknya itu. "Sedikit banyaknya, aku sudah tahu apa yang terjadi, kalau tidak melihat kondisi Moreno yang parah, mungkin aku akan memarahinya sekali lagi."Suara Jay terdengar datar ketika mengucapkan kata-kata itu pada Mitha. "Dia justru menolong aku, Kak.""Ya, memang, tapi karena dia kamu dapat masalah, kan? Kamu sudah punya anak, sudah menikah, apalagi y
"Jangan dekati cucuku!" Ketika Arman sedang kebingungan apa yang harus ia lakukan untuk membuat keputusan, tiba-tiba saja sebuah suara terdengar, dan kakek Moreno sudah ada di belakang Arman sambil bicara seperti tadi.Panglima Tanakarma mengarahkan pandangannya pada pria tersebut seolah sedikit heran karena kakek Moreno juga bisa melihat dirinya."Anda bisa melihatku?" tanyanya pada kakek Moreno, dan itu membuat Arman mundur karena bukan wewenang ia lagi menghadapi Panglima Tanakarma lantaran ia merasa kakek Moreno lebih berhak bicara dengan makhluk gaib tersebut."Aku bisa melihatmu, ketika Miko selalu datang ke kamar Mitha juga aku tahu, hanya saja aku tidak mau membahasnya karena kupikir itu bukan ranahku, Tuan, Moreno melakukan banyak hal justru untuk melindungi Mitha bukan sebaliknya, terlepas dari apa yang diperbuatnya dan mengakibatkan Miko terluka, itu hanya karena mereka berdua selalu bertengkar tidak pernah cocok sama sekali.""Bukan saatnya untuk membahas masalah itu, Pak
Mitha tidak tahu ia akan dibawa kemana, semua terjadi begitu cepat sampai untuk bernapas saja Mitha merasa tidak sanggup karena terlalu terkejut sekaligus tegang dengan apa yang sudah terjadi padanya.Semua berlalu begitu cepat, hingga sesuatu yang menyeretnya terhenti, dan Mitha merasa ia terhempas di atas sesuatu yang empuk sehingga tubuhnya tidak merasa sakit sama sekali meskipun ia tadi seolah terpental dengan kuat dari ruang rawat inap di mana ia berada.Mitha menatap berkeliling. Ia tidak tahu sedang berada di mana karena situasi tempat di mana ia sekarang berada asing dan ia tidak tahu ia sedang di tempat siapa. Ketika Mitha sedang dilanda kebingungan, tiba-tiba saja ia melihat Moreno sedang berjalan sendiri memakai pakaian serba putih. Karena ingin tahu kondisi Moreno, Mitha segera turun dari tempat di mana tadi ia mendarat, dan segera menggunakan kakinya untuk mendekati Moreno."Reno!" panggilnya, tapi ternyata suaranya tidak keluar hanya sampai di tenggorokan hingga Moreno
"Mungkin...."Aku ini kenapa? Kenapa jadi semakin tidak tahu malu, rasanya ini bukan aku tapi aku enggak bisa mundur lagi sekarang....Hati Maira bicara, jari jemarinya saling menggenggam, seolah berusaha untuk mengatasi perasaannya yang kacau akibat perbuatan nekatnya yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Cinta itu perlu dipaksakan, Maira, karena kalau tidak, bagaimana mungkin cinta itu bisa tumbuh?Entah kenapa ucapan Dafa terngiang di telinganya membuat Maira yang awalnya tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Dafa perlahan justru mencoba mempraktekkannya. Apakah dengan memaksa Moreno, pemuda itu akhirnya bisa membuka hati dan bisa bangkit dari masa lalunya?Tuan Moreno sekarang seperti hilang semangat, Maira, aku tahu, itu karena ia sekarang putus asa untuk berharap Nona Mitha bisa menerimanya kembali, apalagi ia melihat hubungan Nona Mitha dengan suaminya tetap baik-baik saja meskipun ujian demi ujian terus menerpa pernikahan mereka, jika kau memang benar-benar tulus pa
"Kenapa? Takut aku peluk?""Enggak, tapi gue enggak nyaman aja!""Bilang aja kamu takut berdebar karena aku peluk!"Moreno menyeringai mendengar apa yang diucapkan oleh Maira. "Ya, udah! Naik!"Mendengar izin dari Moreno untuk membiarkan dirinya ikut di belakang pemuda tersebut, Maira menarik napas lega. Perempuan itu segera naik ke atas boncengan motor milik Moreno dan nekat memeluk pinggang Moreno meskipun ia sebenarnya tidak mau melakukan hal itu. Hanya saja, sudah terlanjur kesal Maira dengan Moreno sampai ia akhirnya nekat melakukan hal yang sebenarnya tidak mau dilakukannya.Dia benar-benar nekat meluk gue ternyata, oke, lu mau gue bikin ketar ketir? Tunggu aja! Gue akan buat lu benci sama gue, Maira Jasmine!Hati Moreno bicara sambil menambahkan kecepatan motornya. Pemuda itu tidak membawa Maira pulang ke kostnya tapi ia membawa Maira berkeliling tanpa tujuan dengan harapan Maira mabuk perjalanan karena ia membabi buta membawa motor miliknya.Namun apa yang diharapkan Moreno
"Berarti, dia kena karma.""Reno!""Emang salah? Bener, kan? Dia kena karma, karena dulu nyalahin bininya melulu yang enggak subur, emang gue salah?""Iya. Emang kamu enggak salah, tapi apa harus seblak-blakan itu? Rasanya, kayak enggak tega aja Reno, apalagi sekarang dia udah kehilangan segalanya.""Dia kehilangan segalanya karena salah dia sendiri, ngapain gue mikirin? Dia juga banyak bikin aset gue terjual, biarin aja, lah! Karma, gue enggak peduli!""Jadi, kamu enggak mau memaafkan dia?""Belum puas kalo belum gebuk dia!""Kau ini, terserah kamu saja, aku cuma menyampaikan pesan itu, mau kamu terima atau enggak permintaan maaf dia, itu terserah kamu!""Ya, udah. Gue pulang kalo gitu, masih banyak urusan!"Moreno bangkit, dan hendak beranjak meninggalkan Maira tapi gerakannya terhenti ketika tiba-tiba saja Dafa yang entah darimana munculnya sudah mendekati meja di mana ia dan Maira bercakap tadi.Dafa mendekati Maira tapi Maira segera bangkit berdiri membuat Moreno yang ingin melan
"Aku bukan peduli, aku hanya ingin Xoyen sadar dan menghentikan semuanya, karena aku gerah melihat apa yang dilakukannya. Dia sudah menerima konsekuensi dari apa yang diperbuatnya, kau harus mengakhiri perseteruan kalian, begitu juga kau, Ridwan."Dragon menatap Moreno dan Ridwan satu persatu setelah ia bicara seperti itu pada keduanya. "Tapi, aku masih tidak puas jika aku belum membunuhnya!" bantah Ridwan dengan nada suara yang masih terdengar meninggi."Kalau kau membunuhnya dia justru senang karena lepas dari segala hal yang perlu ia pertanggungjawabkan.""Jadi, aku tidak perlu membunuhnya?""Memangnya kau ingin jadi seorang pembunuh?""Untuk seseorang yang sudah melakukan hal jahat pada kerabatku, kurasa itu tidak jadi soal.""Kau akan masuk penjara, Ridwan, kakakmu tidak akan senang jika itu kau lakukan, sudahlah, padamkan api kemarahanmu, Xoyen sudah mendapatkan karma dari apa yang dia perbuat, biarkan kita melihat apakah dia bisa berubah atau tidak. Tidak perlu mengotori tanga
Mendengar apa yang dikatakan oleh Ridwan, Mister X tertawa. Ia sama sekali tidak merasa khawatir dengan keselamatannya meskipun ada dua orang pria yang menginginkan kematiannya. Ia masih terlihat santai hingga Moreno dan Ridwan benar-benar heran dengan hal itu."Kenapa kau tertawa, Brengsek! Kau meremehkan aku!!" teriak Ridwan yang ingin mendekati sisi tempat tidur di mana Mister X berbaring tapi Moreno segera mencegah hal itu dengan mencengkram salah satu bahu Ridwan."Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya lu udah balik ke Jakarta? Kenapa lu justru ke sini lagi? Enggak jadi balik, lu?" tanya Moreno pada Ridwan. "Aku sudah kembali ke Jakarta, aku bahkan sudah mulai bekerja lagi dan berusaha untuk melupakan semua yang sudah terjadi, tapi ada seseorang yang kenal dengan Mister X, tapi sekarang ia juga sudah berusaha untuk memulai hidup baru seperti aku setelah lama bersama dengan dia, dia yang mengatakan segalanya, dan setelah aku berusaha mencari tahu, memang kenyataannya seperti itu,
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Viona membuat Maira menghentikan tangannya yang sedang sibuk membuat es teh."Ibu dan Bapak masih saling mencintai, tentu saja memberikan kesempatan kedua itu tidak bodoh, yang penting saat diberi kesempatan, suami Ibu memang benar-benar terlihat berubah.""Semuanya berubah, termasuk kehidupan kami yang biasanya glamor, tapi bukan sesuatu yang penting menurut aku karena uang bisa dicari, yang penting adalah sikapnya berubah lebih perhatian dan lebih peduli dengan perasaanku.""Alhamdulillah, aku ikut senang mendengarnya, Bu. Semoga, Ibu dan Bapak bisa terus bersama sampai akhir hayat, dan bisa mendapatkan keturunan....""Amiiiiin, jangan singgung soal keturunan di hadapannya, ya? Aku tahu, mukjizat itu pasti ada, tapi dia selalu bilang, apakah mukjizat bisa diberikan pada pendosa seperti dia?""Oooh, baik, Bu. Aku tidak akan membahas masalah keturunan dengan bapak, tapi, apakah Ibu yakin bapak memang sulit memiliki keturunan?""Sepertinya, ya. Dia tida
"Baik, Panglima. Aku paham, terima kasih sudah memberikan aku kesempatan untuk tetap berinteraksi dengan kakakku." Panglima Tanakarma hanya mengiyakan tanpa bicara panjang lebar lagi, lalu dalam hitungan detik, pria dari alam gaib itu dirasakan Mitha tidak lagi ada di dalam ruangan tersebut meskipun ia tidak melihat. "Apakah dia sudah pergi?" tanya Moreno, pada Mitha beberapa menit kemudian. "Sudah." "Kamu yakin bisa memenuhi syarat untuk bisa bertemu dengan Miko?" "Yakin tidak yakin, aku harus yakin." "Mustahil...." Moreno hanya bicara seperti itu sambil melangkah keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Mitha yang masih melontarkan kata-kata, bahwa ia akan tetap berusaha untuk membuat utangnya lunas bagaimanapun caranya. Moreno dan juga Mitha akhirnya pulang ke rumah mereka masing-masing didampingi oleh keluarga mereka. Moreno banyak diam, meskipun masa masa kritisnya sudah lewat, tapi berdasarkan keterangan Panglima Tanakarma, keadaannya dengan Mitha memang sepe
"Kamu masih tidak percaya juga bahwa aku bisa berubah?" tanya Pak Salim sambil menatap wajah Viona dengan sangat serius."Bukan tidak percaya, tapi aku trauma, Maira adalah temanku, aku sudah menganggap dia seperti seorang adik, jadi wajar jika aku merasa takut kalau-kalau kamu justru masih menyukainya, aku harus bagaimana bersikap dengan dia....""Viona, aku benar-benar tidak lagi memiliki keinginan untuk memiliki Maira, aku hanya berpikir ingin bersamamu jika masih diberi kesempatan, tapi jika tidak, aku juga tidak memaksa, aku tahu diri.""Jadi, apa yang akan kau lakukan untuk membuat aku tidak khawatir lagi tentang perasaan kamu dengan Maira?""Aku akan membantu Maira untuk bisa mendapatkan Moreno lagi...."Wajah Viona seketika berubah semringah mendengar apa yang diucapkan oleh Pak Salim. "Kamu serius?""Sangat serius.""Kenapa kamu ingin melakukan hal itu?""Karena aku tahu, Maira sangat mencintai Moreno.""Ya, kamu benar, Maira memang sangat mencintai Moreno, tapi pemuda itu
"Iya, aku yang sulit memiliki keturunan, bukan kamu...." "Kamu ke dokter? Periksa?""Tidak sengaja, saat itu, aku mencari pekerjaan, bertemu dengan temanku yang jadi dokter, kami makan bersama dan banyak mengobrol, lalu entah siapa yang memulai sampai akhirnya kami bicara soal anak, dan aku mengatakan bahwa kita tidak punya anak, dia terkejut.""Terkejut karena kita masih muda tapi sulit dapat keturunan?""Ya.""Terus, dia menyarankan kamu untuk periksa?""Ya.""Kenapa kamu mau? Kamukan selalu bilang, kamu sehat dan yang sakit itu aku?""Aku menantang diri sendiri, aku merasa aku memang sehat dan masalahnya ada padamu, jadi karena itulah aku periksa.""Jika benar, yang bermasalah itu aku, kamu akan datang padaku dan menyudutkan aku?""Tidak, Viona. Aku memang egois, selalu merasa paling benar, tapi aku berusaha untuk berpikir jernih, dan selama kita berpisah, aku benar-benar merasa, aku memang sudah keterlaluan sama kamu."Viona memandang wajah Pak Salim dengan sorot mata yang tajam,