Sebenarnya, mendengar apa yang diucapkan oleh Jee, Moreno kesal, tapi pemuda itu berusaha untuk menahan diri karena ia sadar sekarang sedang ada di kantor. "Lu bisa enggak sih bicara tanpa urat? Ini kantor, kalo lu sampai bikin kacau kantor bokap gue, gue akan gebuk lu juga Jee, jadi jaga sikap lu, ikut gue sekarang!" Setelah bicara demikian, Moreno keluar dari ruangannya dan meminta Danu untuk di ruangannya saja menggantikan dirinya karena ia ingin bicara dahulu dengan Jee di tempat lain. Jee mengikuti dengan wajah yang terlihat tidak sabar. Mereka sampai di atap bangunan kantor, dan di sana, Moreno membebaskan Jee untuk bicara semaunya tanpa khawatir karyawan lain mendengar pembicaraan mereka. "Jawab pertanyaan gue! Apa yang sedang lu sembunyikan dari gue? Kenapa sampai lu melibatkan Mitha segala? Udah bosen hidup lu?" Jee mengulang pertanyaannya yang belum sempat dijawab oleh Moreno. Moreno menghela napas sesaat, untuk mencari kalimat yang tepat agar Jee tetap tidak tah
"Apa?" Moreno terlihat sangat terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh Jee."Lu kagak menyelidiki masalah itu emangnya?""Orang-orang bokap gue belum punya kesimpulan apapun tentang hal itu, karena masih menyelidiki masalah siapa yang memberikan perintah pria misterius yang ingin membunuh gue.""Mereka diminta oleh seseorang yang berasal dari desa Maira, apa lu kagak curiga biangnya itu mantan bini kontrak lu?""Enggak usah bilang mantan bini kali, cuma kontrak juga, bilang aja namanya, malas banget gue dengerinnya," sungut Moreno, dan Jee hanya mencibir mendengar aksi protes yang dilakukan Moreno."Jadi, apa lu bisa menyimpulkan informasi yang gue sampaikan ini? Kalau sampai terbukti si Maira itu pelakunya, gue kagak akan main-main ngasih dia pelajaran, Reno, kagak peduli dia itu perempuan, banci atau laki!""Gue akan mengusut ini sampai tuntas.""Kalau sampai terbukti dia otaknya, lu harus mengakhiri permainan lu ini, apapun alasannya gue kagak mau peduli!"Setelah bicara demikia
"Apa? Cucu?""Kenapa? Tidak bisa?"Sang kakek meneliti paras Moreno yang terlihat salah tingkah ketika ia menyebutkan ingin cucu dari cucunya tersebut."Bukan tidak bisa, tapi kenapa Kakek sama seperti ayah dan ibuku? Memangnya cucu itu bisa dibeli di supermarket? Butuh proses!"Moreno masih berusaha untuk menutupi pernikahan kontraknya dengan Mitha, "Butuh proses memang, tapi kau sepertinya tidak bisa melakukan proses itu karena sebenarnya kamu dan Mitha bukan pasangan yang sebenarnya, kan?"Jantung Moreno nyaris berhenti berdenyut ketika mendengar apa yang diucapkan oleh sang kakek. Apa yang harus aku katakan? Apakah kakek tahu apa yang aku lakukan dengan Mitha?Hati Moreno bicara demikian sambil berpikir keras apa yang harus ia katakan untuk membuat kakeknya tidak tahu tentang sandiwara yang dilakukannya dengan Mitha."Reno, sejak kecil, kau selalu mengatakan apa saja yang ingin kau katakan pada Kakek, kenapa sekarang kau tidak seperti itu? Apakah menurutmu, Kakek sudah tidak lag
Teriakan yang diucapkan oleh Mitha cukup membuat langkah Moreno terhenti seketika. Padahal, ia sudah mencapai pintu depan dan siap memutar handle nya.Moreno berbalik dan menatap perempuan itu sesaat."Kalau kau pergi, kau sendiri tahu apa resikonya, dan aku tidak main-main untuk resiko yang harus kau tanggung!"Setelah bicara demikian Moreno langsung berbalik dan tetap melangkah pergi meninggalkan Mitha yang tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya memanggil Moreno saja tapi diacuhkan oleh Moreno. Namun, terpikir permintaan kakek Moreno bahwa ia harus menahan kepergian Moreno, perempuan itu akhirnya berlari keluar dan menahan Moreno yang siap ingin menaiki motornya."Kamu mau ke mana?" tanyanya pada Moreno. "Pergi!""Jangan pergi, kamu enggak boleh pergi dalam keadaan emosi!""Kalo gitu, apa kamu mau menemani?""Reno, ini sudah jam berapa? Enggak baik keluar dalam keadaan marah jam segini.""Kalau aku emosi dan tetap di rumah, aku tetap akan emosi sampai kapanpun, Mith, jadi pergi d
"Untuk sekarang tidak bisa, tapi yang pasti orang ini punya kuasa yang setara dengan ayah Moreno, kalau enggak, enggak mungkin kasus yang sudah lama kembali mencuat dan Moreno sekarang dijadikan target.""Banyak sekali orang yang ingin menghancurkan Moreno saat dia berjibaku untuk menghandle perusahaan, jadi, Kakek harap, kau bisa bersabar, tidak menambah rasa kalutnya itu sekarang ini, bisa?""Tapi, apakah Pak Marvel akan kembali secepatnya, Kek?""Tentu saja. Kau jangan khawatir. Sekarang ini asalkan apa yang terjadi di sini tidak bocor ke telinga Marvel, Kakek yakin, dia akan segera pulih dan kembali ke sini hingga kamu juga boleh bebas dari pernikahan kontrak kamu dengan Moreno."Mitha menarik napas panjang. Tidak tahu harus bicara apalagi untuk membantah apa yang diucapkan oleh kakek Moreno. Meskipun berat, toh, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Keinginannya untuk segera kembali ke rumah sepertinya harus ia tahan dahulu lantaran situasi belum mendukung. Tetapi, apakah sang suami bi
"Lu enggak berhak ikut campur dalam urusan gue sama Mitha, Maira apapun alasannya, jadi lu enggak usah banyak komen soal itu!"Setelah bicara demikian, Moreno bangkit dari tempat duduknya dan ingin beranjak meninggalkan Maira tapi mendadak kepalanya pusing pandangan matanya berkunang-kunang hingga untuk sesaat Moreno menghentikan langkahnya dan berdiri saja di tempatnya untuk memastikan rasa pusing dan berkunang-kunang itu hilang secara keseluruhan.Maira yang melihat hal itu buru-buru mendekati Moreno."Kamu kenapa?" tanyanya sambil menatap wajah Moreno yang terlihat pucat. "Enggak papa. Cuma pusing dikit.""Kamu duduk dulu, kayaknya kamu kurang istirahat dan makan dengan baik belakangan ini."Mendengar apa yang diucapkan oleh Maira, Moreno terdiam, ia memang tidak nafsu makan karena pikirannya sedang banyak, ditambah lagi pertengkarannya dengan sang kakek adalah hal yang paling menyedihkan bagi Moreno yang selama ini tidak pernah bertengkar dengan kakeknya lantaran sang kakek selal
Mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno, wajah Maira merah padam. Rasa percaya dirinya yang tadinya mampu untuk membuat ia sedikit melakukan ancaman pada Moreno musnah seketika karena ucapan Moreno yang terdengar vulgar di telinga. Tangannya merapatkan kembali kemejanya hingga Moreno tersenyum kecut melihat apa yang dilakukan oleh Maira."Kenapa? Enggak pede? Buka bajunya, katanya pengen akting pemerkosaan, silahkan, gue tunggu!"Trak!!Maira meletakkan piring berisi nasi itu ke lantai dengan kasar lantaran kesal tidak berhasil menguasai Moreno dan sekarang justru ia yang dipermainkan oleh Moreno."Ya, udah! Kalau kamu enggak mau makan biarin aja sakit terus, mungkin itu alasan kamu aja supaya kamu bisa ke sini tanpa aku usir!" ketusnya. "Hei! Siapa yang sengaja numpang di sini? Lu pikir gue setertarik itu sama lu sampai gue harus melakukan hal itu?"Tidak suka mendengar penilaian Maira tentangnya, Moreno langsung mengucapkan kata-kata itu pada perempuan tersebut dengan wajah yang
Perkataan Danu, bahwa ia harus sedikit berusaha untuk membuat perhatian Moreno pada Mitha teralihkan terngiang di telinganya.Perkataan Mitha, bahwa ia harus menunjukkan bahwa ia tulus dengan Moreno agar Moreno merespon perasaannya, cukup membuat Maira berpikir keras, ketulusan yang seperti apa yang harus dilakukannya agar Moreno mampu melihat dirinya saja?Karena itulah, ia mulai memberanikan diri untuk mendengarkan kata hatinya, dan sekarang kata hatinya mengatakan padanya bahwa ia ingin menyentuh Moreno agar Moreno tidak selalu fokus memikirkan sang mantan terus menerus. Perlahan, wajah Maira semakin dekat dengan wajah Moreno yang masih terlelap dalam tidurnya. Napas Moreno menyapa wajah Maira hingga membuat degup jantung perempuan itu jadi tidak beraturan.Satu tangan Maira memegang rahang Moreno dan membenarkan posisi wajah Moreno agar ia lebih sempurna saat mendaratkan bibirnya pada bibir Moreno.Ketika sedikit lagi bibir Maira menyentuh bibir milik Moreno, tiba-tiba saja, kedu