“Apa maksudmu, Bayu? Fahira dinikahi pria lain? Jangan ngaco kamu!” bentak mama Bayu. Wanita bermake up tebal itu hampir-hampir keluar bola matanya mendengar pengakuan putra tunggalnya. Ia bangkit dari sofa krem bermotip salur emas.Bayu hanya menunduk, tak sanggup menatap mata wanita yang tengah menguarkan kilat tajam di lensanya.“Kami tidak berjodoh. Tak ada yang salah di sini. Aku yang memutuskan memberikan Fa pada Reynan. Itu demi kesembuhannya.“ jelas Bayu femm dengan nada dibuat setenang mungkin. “Apa maksudmu pria itu yang bisa menyembuhkan Fahira?" cecar mamanya dengan nada meninggi.Bayu masih belum berani mendongak. Ia tahu sekeras apa karakter wanita ningrat itu. Bahkan, air mata pun tak mampu meluluhkannya. Sebaiknya pergi saja untuk menghindari interogasi lebih jauh.Bayu berdiri, mengayunkan kakinya di atas karpet bulu berwarna meraa. Namun, tangannya dicekal hingga langkah itu tertahan.“Apa mereka saling mencintai? Apa Fahira berkhianat padamu?” selidik wanita paruh
Orang tua Bayu melaksanakan rencana pembalasan sakit hati. Mereka menelpon ayah Fahira tanpa sepengetahuan putranya.Ayah tak mampu membantah cercaan yang dilontarkan keluarga Bayu. Pun ketika mereka menuntut penggantian uang pesta pernikahan dan tambahan kerugian penghancuran nama baik.Mereka berdalih bahwa pernikahan Bayu dan Fahira sudah diumumkan. Pembatalan sepihak itu merugikan meski dengan alasan menyelamatkan gadis itu.Tak tanggung-tanggung, tuntutan mereka adalah dua kali lipat dari dana yang telah diserahkan saat lamaran. Itu artinya harus diserahkan tambahan senilai satu miliar rupiah. Ayah mengiyakan saja semua tuntutan itu agar tak panjang urusan.Ayah tercenung di beranda samping rumah. Tak menyangka akan sifat pendendam keluarga calon besan. Di satu sisi bahagia Fahira tak jadi menikah dengan Bayu. Terbayang olehnya betapa akan tersiksa putrinya menjadi menantu keluarga itu. Angkuh dan semena-mena.Jauh berbeda dengan keluarga Reynan. Meski baru sekali bertemu, ibunda
REYNAN“Mah, aku harus ke Jakarta hari ini untuk bertemu pembeli tanah. Titip Fa dan Aslena!” pinta Reynan pada mamanya.Setelah mendengar berita tuntutan keluarga Bayu. Reynan segera mengambil tindakan untuk menjual aset-aset sisa warisan. Tanah, rumah dan villa di daerah Bogor yang akan dijual kali ini."Mah, maaf sekali lagi. Aku pinjam dulu bagian warisannya. Insya Allah akan diganti secepatnya, ” lanjutnya. Karena warisan bagian Reynan sudah habis dijual untuk mengobati Aslena, ia terpaksa meminjam bagian mama. Meski wanita kesayangannya itu ridho, tetap saja tak enak hati.“Itu bukan pinjem, Sayang. Tak usah diganti. Mama ikhlas. Anggap saja itu kado pernikahan kalian,” sahut mama. Digenggam erat telapak tangan putra yang sedang memiliki beban berat itu. “Tapi, Mah-,““Kalau minjem, Mama gak mau ngasih. Rey, izinkan Mama membantu.”Reynan memeluk wanita yang sudah basah pipinya. Mereka sama-sama menanggung beban yang tak ringan ini. Tak ada kata yang bisa pria itu ucapkan lagi
Pendaratan pesawat berjalan mulus. Pria perlente itu berjalan cepat-cepat agar sampai sesuai jadwal yang disepakati dengan pembeli.Lelaki itu berulang kali mengucap hamdalah kala kemudahan demi kemudahan didapatkan.Selang satu jam sampai di restoran mewah tempatnya menyepakati pertemuan. Customernya kali ini sudah tertarik untuk membeli tanah dan villa di daerah Bogor. Survey sendiri dipandu oleh suami. Ledia. Tinggal kesepakatan harga saja.“Anda lebih gagah dari fotonya Mr Reynan!“ puji pria berperawakan tinggi di depannya. “Anda terlalu menyanjung, Tuan!“ sambut Reynan dengan sopan. Keduanya berjabat tangan sebelum sama-sama duduk. Menit berikutnya pembicaraan terkait jual beli villa dan tanah. Lepas dua jam terjadilah kesepakatan harga, transaksi pun dilakukan. Detik itu, terjual sudah warisan bagian mamanya.Agenda selanjutnya adalah mengunjungi mertua untuk mengabarkan hal baik ini. Rencananya ingin ikut ke rumah Bayu langsung untuk meminta maaf secara pribadi atas ketidakny
Hampir saja tas koper dalam genggaman Bayu terlepas mendapati orang-orang yang ingin ia hindari ada di hadapan. Pandangan langsung diarahkan pada orang tuanya. Meminta jawaban atas situasi aneh ini.Bayu menjabat tangan mantan calon mertua juga pesaingnya, lalu duduk di samping tuan Hadikusumo. Berusaha tenang meski penasaran amatlah besar.Ketenangan yang coba ia bangun runtuh kala penjelasan meluncur dari mulut Pak Wijaya. Ditatap wajah kedua orang tuanya dengan sorot dilingkupi amarah. Harga dirinya terluka untuk kali kesekian.“Mohon maaf, saya kira ini adalah kesalahanpahaman. Insya Allah kami ikhlas dengan pembatalan pernikahan. Tidak ada tuntutan apa pun dari-,”“Bayu! Apa-apaan kamu! Keputusan kami tak bisa diganggu gugat!”Teriakan Nyonya Hadikusumo menghentikan ucapan Bayu. Hanya saja pemuda itu tak mau bersitegang dengan orang tuanya di depan tamu, segera saja dia ambil keputusan.“Mohon maaf masalah ini kita bahas di lain waktu. Terima kasih telah bersedia mengunjungi kami
“Apa maksud Papa dan Mama mengajukan tuntutan?” cecar Bayu pada orang tuanya. Setelah para tamu pergi, Bayu langsung membahas masalah ini dengan keluarganya. Ia benar-benar marah dengan kelakuan memalukan orang tuanya kali ini.Menurutnya kalaupun mau mengambil kembali uang pernikahan, cukup sejumlah yang diberi yaitu lima ratus juta rupiah. Tak boleh meminta lebih hingga mencapai satu miliar setengah.“Orang seperti itu harus diberi pelajaran. Enak saja menghina keluarga kita. Tuntutan itu tak seberapa dibanding aib yang ditimpakan!” sanggah mama tak kalah sengit dari hardikan anaknya. Wajah itu memerah menahan amarah yang siap meledak kapan saja.“Aib apa? Lagi pula dunia juga tahu Fahira kecelakaan. Kalaupun pernikahan batal itu takkan jadi bahan gunjingan. Lagipula mana peduli mereka dengan penderitaan orang. Sudahlah, Mah, malu!” bentak Bayu. Kali ini emosinya sudah tak terkendali. Bisa-bisanya mereka berbuat hal paling memalukan ini. Papa tak mau mendengar lebih jauh adu mulut
Hari ini juga Bayu akan menyelesaikan semua urusan, termasuk masalah uang tuntutan orang tuanya dengan keluarga Fahira juga Reynan. Tanpa ragu ia meminta izin untuk berkunjung ke rumah mantannya.Hati berdesir kala kaki menginjak pelataran rumah yang pernah menjadi saksi bahagia sekaligus duka. Tak selang tiga menit, seorang wanita yang pernah ia harapkan jadi ibu kedua, menyambutnya.Sikap keduanya sedikit kaku, tak hangat seperti dulu. Bayu mengedarkan pandangan pada ruangan yang tak berubah sedikit pun.Duduk di sofa yang membelakangi jendela.Telapak tangan digosok-gosokkan untuk mengurangi dingin akibat gugup menyerang.Lepas semenit mantan calon mertua datang. Keduanya berjabat tangan, lalu memulai pembicaraan. Bu Salma menyusul kemudian sambil membawa penganan.“Saya mohon maaf atas sikap buruk Papa dan Mama. Semoga Ayah dan Ibu bersedia memaafkan,” pinta Bayu. “Kami yang harus minta maaf. Kami berharap Nak Bayu sekeluarga memaafkan dan mengikhlaskan Fahira. Semoga dengan itu
“Papaa!”Aslena menghambur pada pria yng baru kembali setelah tiga hari pergi. Dikecup pipi berbulu halus itu berulang-ulang. Dilakukan hal sama oleh ayah anak tersebut.“Aku rindu papa!“ ungkap Aselna sambil melingkatkan dua tangannya di leher Reynan. “Me too. Mama masih bobo?” tanya Reynan kemudian. Aslena menggerakkan kepalanya ke bawah, lalu memggeleng. Binar itu meredup seketika. Hati Reynan ikut menciut mendapati kenyataan yang ada “Kenapa Mama belum bangun? Aku rindu Mama!” tanya Aslena. Ia mendongakkan kepala kembali, lalu satu tetes bening lolos dari netranya. “Sebentar lagi Mama bangun. Insya Allah!” hibur pria berkacamata itu. Ia menyeka buir bening yang jatuh dari kelopak mata putrinya. Di kecup kembali pipi dan keningnya. Setelah melepas rindu hampir setengah jam, Reynan menyerahkan putrinya pada Oma. Kerinduan pada Fahira menuntunnya untuk segera menuju ruang perawatan.Masih sama, wanitanya tetap berbaring tanpa daya. Wajah pucat, dengan pipi semakin tirus. Hati me