Keysha mendesah kesal, dilihatnya Yudistira yang sudah terlelap tidur di sampingnya. Hanya Yudistira yang membuatnya nyaman, di kecupnya kening laki-laki yang amat dicintai, lalu Keysha membaringkan tubuhnya sambil memeluk suaminya.
Sinar sang surya masuk kedalam celah-celah korden, terlihat Yudistira sudah rapi, sedangkan Keysha masih terlelap.
“Mas... ini jam berapa? Kenapa tidak membangunkan aku, bagaimana jika ibu marah!” seru Keysha, ketika membuka mata dan melihat matahari bersinar terang, di balik jendela.
“Tenang, ibu masih tidur,” sahut Yudistira.
“Oh syukurlah, aku akan mandi dulu, setelah itu aku akan buatkan sarapan,” ujar Keysha, bergegas bangkit dari tempat tidur.
“Aku, sudah siapakan sarapan,” ujar Yudistira sambil tersenyum, menatap Keysha.
Keysha menautkan kedua alisnya.” Mas... nanti ibu marah,” ucap Keysha, ada rasa khawatir tergambar di wajahnya.
“Cepatlah mandi, aku tunggu di meja makan,“ pinta Yudistira, sambil mengusap lembut pucuk kepala Keysha.
Rani, Keysha dan Yudistira sudah duduk di kursi makan. Terlihat Rani begitu lahap menyuap sepiring nasi goreng.
“kamu ‘kan, Yudistira yang masak nasi goreng ini,” ujar Rani.
“Iya Bu, mumpung Yudistira di sini, Yudis akan memasak buat ibu.”
“Iya Bu, besok pagi, kami pulang Ke Jakarta,” sela Keysha.
“Baiklah, kapan-kapan Ibu akan berkunjung Ke Jakarta,” jawab Rani.
“Iya Bu, Keysha senang, jika ibu berkunjung ke rumah Papa,”
“Siapa bilang, aku, akan mengunjungi papamu. Aku akan berkunjung ke rumah Yudistira,“ tukas Rani, dengan ketus.
“Baik Bu, setelah dari sini, aku akan cari rumah, kebetulan uang tabunganku sudah cukup.” Yudistira berucap seraya menatap Keysha, yang terlihat bingung. Pasalnya papanya menginginkan, supaya tinggal di rumah Papanya.
“Benar Yudistira, beli rumah sendiri, daripada tinggal bersama mertua. Kamu punya harga diri, jika itu rumahmu sendiri, walaupun sederhana, daripada tinggal di rumah mertuamu meskipun rumahnya mewah,” jelas Rani.
Yudistira mengangguk, sedangkan Keysha, hanya terdiam. Waktu berlalu, Yudistira dan Keysha berpamitan pulang ke Jakarta.
Keysha merasa lega, bisa kembali ke Jakarta, setidaknya terhindar dari kata-kata pedas ibu mertuanya. Tapi lebih dari itu, yang terpenting saat ini Keysha bersanding dengan laki-laki pilihannya.
Sesampainya di Jakarta, Yudistira tidak mau membuang waktu, ia mengajak Keysha mencari rumah baru untuk di tempati.
“Sha, untuk semetara kita tinggal di tempat kost dulu, sampai aku selesai mempersiapkan rumah baru kita untuk di tempati,” ucap Yudistira.
“Mas, aku ke rumah Papa saja, aku ingin bilang pada Papa dan Mama jika kita akan tinggal di rumah yang kamu beli sendiri,” ujar Keysha.
“Baiklah, kalau begitu kita ke rumah Papa Rama.”
Sepeda motor ninja melaju kencang membelah jalan, hari sudah mulai gelap, Yudistira memelankan laju motornya ketika memasuki pintu gerbang rumah Rama. Setelah sampai tepat di pintu depan, Yudistira mematikan mesin motor. Keysha segera turun dan dengan langkah kecil, mendekati pintu depan.
“Assalamu’alaikum,” ucap salam Keysha sambil menyembunyikan bel pintu.
“Waalaikumsalam.” Terdengar suara dari dalam rumah. Dan pintu pun di buka.
“Non Keysha,” Sapa seorang wanita paruh baya, dengan senyum mengembang di wajahnya.
“Bi Arum,” sahut Keysha.
“Masuk Non, Tuan dan Nyonya sudah menunggu kedatangan Non Keysha, mereka ada di ruang makan,” jelas Bi Arum.
Keysha dan Yudistira pun masuk kedalam rumah menuju ruang makan, dan benar kata Bi Arum, Rama dan Risma sudah duduk di kursi, senyum mengembang di wajah mereka kertika melihat kedatangan putri kesayangannya.
“Papa, Mama,” sapa keysha seraya memeluk keduanya, secara bergantian.
Diikuti Yudistira yang mencium, punggung tangan kedua mertuanya.
Duduklah, kita sambil makan malam,” ajak Risma.
Yudistira dan Keysha pun duduk di kursi, di samping Risma.
“Sha, bagaimana kamu dan Yudistira mau ‘kan tinggal di rumah ini,” ucap Rama.
“Maaaf Pa, Yudisrita sudah mempersiapkan rumah untuk Keysha, jadi kami tidak bisa tinggal disini, tapi kami janji akan sering berkunjung ke sini,” jawab Yudistira.
Mendengar perkatatan Yudistira, Rama menghentikan suapanya, wajahnya kini menegang, nampak kemarahan terpancar di wajahnya yang tegas.
“Rumah, apa rumah yang kamu beli sebesar rumah ini,” gertak Rama.
“Pah, please jangan berdebat di maja makan, Keysha sekarang istri Mas Yudistira, jadi sudah kewajiban Keysha untuk mengikuti keinginan Mas Yudistira. Lagi pula kami ingin mandiri, jadi tolong hargai keputusan kami,” jelas Keysha dengan pelan, menenangkan suasana.
Risma, mendesah panjang, ada rasa kecewa dari setiap desahan napasnya, ditatapnya putri satu-satunya.” Ya sudah pa, biar Keysha yang memutuskan,” ucap Risma pelan.
“Ya sudah terseah kalian.” Akhirnya Rama mengalah.
Beberapa hari kemudian, Yudistira mengajak Keysha untuk pindah ke rumah barunya yang telah selesai di renovasi dan siap untuk di tempati, dengan menaki motor. Yudistira dan Keysha menuju rumah baru yang berada di pinggiran kota. Sekitar satu jan perjalanan sampailah mereka di sebuah perumahan sedehana, Yudistira menghentikan motornya, lalu turun dari motor, Keysha pun mengikuti turun dari motor ketika motor berhenti. Dahi Keysha berkeryit, Keysha berada di tempat asing, di depan rumah, dengan pagar sederhana. Rumah minimalis tipe 45 dinding bercat putih dan abu-abu mendominasi, ada taman kecil di depan teras, bunga krisan warna putih, kuning dan juga unggu, Keysha, terpaku menyaksikan rumah kecil nan mungil tapi bersih dan tampak indah di pandang.
“Mas ini rumahmu?” tanya Keysha pada lelaki yang beberapa hari yang lalu resmi menjadi suaminya.
“Rumah kita. Maaf tabunganku, hanya cukup untuk beli rumah cash tapi tipe 45, nggak sebesar rumah Papa Rama, tapi yakinlah pasti kamu nyaman tinggal di sini.” Jelas Yudistira.sambil tanganya merangkul bahu Keysha dan mengajaknya ke dalam rumah.
“Aku senang, seperti inilah laki-laki yang aku idamkan, bertanggung jawab dan tahu kewajibannya,” sahut Keysha, merekatkan tangannya ke pinggang Yudistira. ”Terima kasih ya Mas, aku senang kamu berusaha memenuhi kewajibanmu sebagai seorang suami.”
“Yuk kita masuk.” Ajak Yudistira, membuka pintu rumah.
Keysha dan Yudistira melangkah masuk, pintu pun dibuka. Mereka melangkahkan kaki masuk ke dalam. Ruang tamu dengan kursi dan meja minimalis, tertata rapi, diding dihiasi lukisan bunga tulip. Juga di sudut ruangan ada hiasan bunga sakura plastik, ruang berikutnya ruang tengah, ada sofa panjang dan di depannya tv flat berukuran 32 inc dan ruang tengah tersambung dengan ruang makan, satu set kursi dan meja makan minimalis menambah indah suasana dapur. Dan di samping ruang tengah ada dua kamar tidur.
“Sha, yang ini kamar tidur kita, ada kamar mandinya di dalam,” ucap Yudistira.
“Kamu sendiri Mas yang mendesain interior rumah.”
“Iya aku sendiri, bagaimana kamu senang, kalau ada yang nggak sesuai keinginanmu kamu bisa merubahnya.”
“Nggak kok Mas, semuanya sudah bagus, aku senang.”
“Baiklah sekarang, kamu mandi dulu, hari sudah senja aku akan siapkan makan malam,” pinta Yudistira.
Keysha mengangguk tanda setuju, Yudistira mencium kening Keysha, lalu bergegas menuju dapur. Sedangkan Keysha berdiri di depan kamar, sebuah kamar yang tidak seluas kamar Keysha di rumah Papanya. kini akan menjadi tempat tidurnya bersama Yudistira, sebuah ranjang dengan sprei warna biru dengan motif bunga kecil, Semuanya nampak biasa saja dan sederhana. Dilangkahkan kaki Keysha dan duduk di tepi ranjang. Ada rasa bangga menyusup hatinya, walaupun rumah ini sangat sederhana ini adalah hasil kerja keras suaminya dan ia sangat menghargai semuanya ini.
Satu persatu-satu Keysha menata baju ke dalam almari, di situ ia melihat baju-baju Yudistira sudah tertata sangat rapi, Yudistira memang tipe orang yang suka kebersihan, dia tidak bisa melihat sedikitpun kotoran di dekatnya, oleh karena itu tempat ia tinggal selalu bersih dan rapi berbeda dengan Keysha untuk kebersihan kamar saja Bi Arum yang selalu membersihkannya.
Hari menjelang malam, Keysha sudah membersihkan diri dan menghampiri Yudistira yang sudah menata menu makan malam.
“Sha, yuk kita makan,” ajak Yudistira.
Yudistira dan Keysha, menikmati makan malam, dengan binar mata bahagia. Hingga mereka di kejutkan suara mobil yang berhenti tepat di depan pagar rumah. Dengan gegas keduanya keluar dan melihat siapa yang malam-malam datang ke rumah.
“Papa, Mama!” seru Keysha nampak terkejut dengan kedatangan kedua orang tuanya yang tiba-tiba.
Yudiastira dan Keysha menghampiri Rama dan Risma yang baru saja turun dari mobil alphard warna hitam.
“Jadi hanya sebuah gubuk, yang bisa kamu berikan pada Keysha,” ujar Rama sinis.
Yudistira menarik napas pelan, dan menghembuskannya, mencoba bersikap tenang, waktu mendengar hinaan dari papa mertuanya. “Ini mungkin hanya sebuah gubuk, tapi aku pastikan Keysha bahagia tinggal di gubuk ini,” ucap Yudistira. “Iya, Pa, walaupun rumahnya kecil, tapi nyaman kok Pa, Keysha senang tinggal di sini,” sela Keysha, sambil mengamit lengan Yudisita dan tersenyum. “Benar kamu nyaman tinggal di rumah sekecil ini?” tanya Risma, sambil memicingkan matanya dan memandang rumah minimalis dihadapannya. “Iya Ma, yuk kita masuk, kebetulan kami sedang makan malam. Kita makan malam bersama Pa, Ma,” ajak Keysha. “Nggak usah Sha, papa ke sini, hanya ingin mengantarkan surat penerimaan kerja, kamu di undang dan diterima oleh perusahan besar PT. Agratama Corp.” Rama berkata sambil meyerahkan sebuah amplop kepada Keysha. “Terima kasih Pa. Ini yang Keysha harapkan, bekerja di salah satu perusahaan multi nasional, salah satu perusahahn terbesar di negeri ini,” balas Keysha, meraih amplop
Keysha meninggalkan kantor PT. Agratama Corp, dengan menaiki taxi menuju rumahnya. Sesampainya di rumah, ia langsung menuju dapur untuk mempersiapkan makan siang, ia teringat dengan kata-kata Hanin pagi tadi, yang menyuruhnya belajar memasak. Ya memasak adalah hal yang wajib harus di pelajari sebagai seorang istri, karena dengan menyantap masakan isrti, pasti seorang suami akan merasakan kepuasan tersendiri. Beberapa bahan sudah disiapkan dan dengan melihat resep yang tertera di layar ponsel, Keysha mencoba memasak ayam kecap pedas. “Sreng! Pletok!..bunyi minyak ketika sepotong ayam goreng di masukkan ke dalam wajan, membuat Keysha meloncat mundur, tangannya terkena percikan minyak, hingga membuat Keysha berteriak kesakitan, “Aww aduh,” teriak Keysha. Mendengar teriakan istinya, Yudistira yang saat itu sedang sibuk di depan laptop terkejut, dan berhambur menuju dapur. Dengan sigap ia mematikan kompor dengan api besar itu. “Sha, apa tanganmu terluka?” tanya Yudistira cemas, sambi
Hampir satu bulan, keysha menjadi seorang istri, sungguh, membuatnya extra berfikir keras, apalagi ketika Yudistira menyuruhnya memasang sprei, keringatnya sampai mengalir dari kepala sampai leher, tak dapat juga sprei terpasang, selama hidupnya baru kali ini Keysha memasang sprei, baginya lebih baik disuruh menghitung angka–angka akuntansi daripada disuruh memasang sprei. Mungkin tidak ada masalah jika Yudistira mempunyai asisten rumah tangga. Tapi seorang wanita sudah kodratnya mengurus rumah tangga jadi Keysha akan terus berusaha menjadi istri yang baik. Setelah sprei terpasang, Keysha dan Yudistira menuju meja makan, omlet dan segelas susu sudah ada dihadapannya dan semuanya Yuditisra yang mempersiapkannya. “Sha, hari kita belanja keperluan dapur, kulkasnya masih kosong, sekalian nanti kita mampir ke pasar untuk beli buah dan sayur mayur,” ucap Yudistira. “Beli sayur mayurnya sekalian saja di supermarket.” “Sha, kalau di pasar itu lebih murah dan lebih seger.” “Oh begitu
Keysha masih berdiri di pinggir jalan dekat kantor, beberapa kali ia mencari taxi, tapi tidak di dapat, lewat aplikasipun sulit karena di jam pulang kerja. Solusi satu-satunya menelfon Yudistira, walaupun sebenarnya rumahnya cukup jauh dari kantor, tapi itu jalan satu-satunya untuk dapat pulang. “Halo, Mas Yudis, jemput aku ya.” “Oke .” Sekitar 40 puluh menit kemudian, Yudistira sudah ada dihadapan Keysha dengan motor ninjanya, dan dengan mesra memakaikan helm di kepala Keysha. Kemudian Keysha naik ke motor, dan memeluk erat pinggang Yudistira, yang segera melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang. “Sha, kita sekalian cari makan, kamu mau makan apa?” “Nasi goreng deh.” “Oke, Nyoyah Yudistira.” Yudistira lebih cepat melajukan motornya, beberapa menit kemudin ia berhenti di pinggir jalan, di depan gerobak penjual nasi goreng. “Maaf ya Sha, aku belum terima honor dari klienku, jadi kita makan di sini, lain kali, makan nasi gorengnya di kafe,” ucap Yudistra dengan tatapan mel
Sementara itu di Rumah Sakit Hospital Healty, Rama dengan serius memeriksa pasiennya, Dokter ahli jantung itu begitu profesional dalam menjalankan tugasnya. “Pagi Pak Rama, Bapak memanggil saya,” tanya Andra. “Dra, kamu bisa ‘kan nanti malam datang ke rumah saya.” “Bisa Pak Rama, nanti malam saya akan datang, kalau boleh tahu ada acara apa.” “Bukan acara spesial, cuma makan malam biasa, aku ingin tahu lebih banyak tentang management Rumah Sakit, kita bisa sharing tentang pekerjaan, kamu tahu ‘kan, selain Dokter aku juga dipercaya menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit.” “Oke, Pak Rama .” **** Setelah percakapannya dengan Andra selesai, Rama meraih ponselnya, dan menelfon Keysha. “Assalamu’alaikum, Papah,” Sapa Keysha pelan “Waalaikumsalam, sayang. Bagaimana kabarmu?” tanya Rama. “Baik, Papah sehat ‘kan?” “Seharusnya pertanyaan itu buat kamu, aku dengar dari Mamah beberapa waktu yang lalu, kamu jajan sembarangan, ingat Sha, kesehatan itu bermula dari yang kita makan.” “Iya
Andra, mengangkat tubuh Keysha, lalu dibawanya ke lantai dua, kamar Keysha. Di saat Andra berjalan menaiki tangga dengan membopong tubuh Keysha. Tanpa sepengetahuan Andra, Rama memotretnya dengan kamera ponsel. Senyum licik menyeringai di wajah Rama, niatnya untuk menghancurkan pernikahan Keysha dan Yudistira ada di depan matanya, ia berharap terjadi kesalahpahaman di antara Yudistira dan Keysha. Sementara itu, Andra sedikit gugup harus mengangkat tubuh Keysha. Walau dalam hatinya tidak ada perasaan lagi semenjak tahu jika Keysha lebih memilih Yudistira, tapi sebagai laki-laki normal tetap saja jantungnya berdesir, ketika tangannya memegang tubuh wanita cantik dengan kulit putih mulusnya. Andra memasuki kamar Keysha, kemudian dibaringkannya di ranjang bersprei motif bunga, lalu diselimuti tubuh keysha dengan bed cover sampai batas leher. Setelah memastikan Keysha sudah nyaman dengan tidurnya, Andra keluar kamar dan menutup pintu kamar, lalu bergegas turun ke bawah, di sana dilihatny
Yudistira pergi melajukan motor ninjanya menuju kantor Keysha, kebetulan jam menunjukkan jam istirahat, setelah mengirim pesan lewat WA, Yudistira menunggu Keysha di loby kantor, tak lama kemudian Keysha datang dengan senyum manis di bibirnya. “Mas Yudis, sudah lama nunggunya?” “Nggak, baru 5 menit, yuk kita makan siang, sekaligus ada yang ingin aku bicarakan.” “Ih serius, ada apa?” “Ntar, kita makan dulu.” Yudistira dan Keysha makan di kafe dekat kantor, jadi mereka berjalan kaki menuju kafe, setelah memesan menu makan siang, sambil menunggu pesanan, Yudistira menunjukan pesan WA yang yang berisi foto Keysha dengan Andra. “Sha, lihat ini, Papahmu yang mengirim ini.” Keysha melihat di layar ponsel milik Yudis dan betapa terkejutnya Keysha melihat dirinya yang dibopong Andra. “Berarti yang memindahkan aku ke kamar kemarin malam Mas Andra, dan Papah memotertnya lalu di kirim ke Mas Yudis,” ucap Keysha, netranya mulai berair, ia sedih karena papahnya sendiri yang mempermalukan
Malam semakin larut, gerimis di luar sana menambah hawa dingin yang semakin menusuk tulang, Keysha tertidur dalam pelukan Yudistira. Setelah mereka memadu kasih,. Keysha nampak cantik dalam tidurnya, Yudistira merasa beruntung memilikinya, Keysha memang bukan istri yang sempurna, dalam hal pekerjaan rumah tangga, ia hampir tidak bisa mengerjakannya, Yudistira pun memaklumi hal itu, dan tidak sedikit pun ia menuntutnya untuk bisa mengerjakan pekerjaan rumah, apalagi Keysha sekarang sibuk dengan pekerjaannya sebagai manager keuangan di perusahan besar. Untunglah Yudistira yang sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah sedari kecil, bisa menghandle semuanya, di dukung pekerjaannya sebagai accounting freeland yang lebih banyak ia kerjakan di rumah. Malam ini Yudistira tidak bisa memejamkan mata, pikirannya melayang pada hasil pencarian data tentang karyawan Hospital Healty, dengan berlahan ia melepaskan pelukannya dan meletakkan kepala Keysha di atas bantal dengan pelan, Yudistir
Satu bulan berlalu, Yudistira dan Dania resmi bercerai. Yudistira resign dari CEO Agratama Corp.Yudistira, mengemasi barang-barangnya dan memasukkanya didalam kardus, meja kerja yang selalu menemaninya selama hampir 5 tahun, ini, kini nampak kosong. Terlihat Ena muncul di balik pintu, ia tersenyum getir ketika menatap Yudistira.“Aku, menyesal, dengan keputusan kalian untuk bercerai. Aku tahu kamu tidak mencintai Dania, walaupun Dania berusaha menjadi istri yang baik untukmu. Kamu tahu, aku merasa ini tidak adil untuk Dania, salah putriku apa? Hingga ia mengalami luka yang dalam seperti ini,” ucap Ena, ada gurat kesedihan di wajahnya, memikirkan nasib Dania.“Maafkan aku Bu Ena, ini juga diluar kuasaku, aku pun berniat mempertahankan pernikahanku dengan Dania, tapi ia sendiri yang memutuskan bercerai,” balas Yudistira.“Kamu akan menikahi Keysha?” tanya Ena, tatapannya nanar ke arah Yudistira.“Aku dan Keysha, memang tak seharusnya berpisah, yang patut di salahkan atas kekacauan ini
Di malam tanpa bintang, di tempat berbeda, Dania termenung menatap halaman rumahnya dari atas balkon, bayang-bayang peristiwa tadi siang membuatnya berpikir keras untuk membuat keputusan, akhirnya ia meraih ponsel dan menghubungi seseorang. “Hallo, selamat malam, Pak Satria. Tolong siapkan berkas gugatan ceraiku terhadap Yudistira.” Tak biasanya pagi ini, sinar mentari seakan enggan bersinar. Awan hitam mengantung di langit, mewakili tiga hati yang sedang galau, terbelenggu dalam sebuah cinta segi tiga yang begitu rumit. Dania berjalan pelan, menuruni anak tangga, setelah di beritahu Bi Marni, jika Pak Satria sudah menunggu di ruang tamu. Kedua matanya yang sembab hanya di sapu dengan bedak tipis, supaya menyamarkan, jika dia semalaman habis menangis. “Pagi, Pak Satria,” sapa Dania begitu melihat tamunya sudah duduk di sofa tamu. “Pagi, Bu Dania,” jawab Pak Satria, pengacara keluarga Ena. “Bagaimana Pak, apa berkas gugatan perceraian sudah disiapkan.” “Sudah Bu, ini beberapa b
Keesokan harinya, Dania pergi menemui Tiara di sekolahnya. Dania ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, yang membuat Tiara di marahi oleh Keysha. Langkahnya terhenti di pintu masuk kelas Tiara. Bu lastri menghentikan Dania. “Maaf Bu Dania, Bunda Tiara yaitu Ibu Keysha, melarang Bu Dania menemui Tiara,” ucap Bu Lastri. “Iya, saya tahu, saya ke sini ingin meminta maaf pada Tiara, sebentar saja,” pinta Dania, netranya berkaca-kaca membuat Bu Lastri tidak tega. Akhirnya dengan berat hati Bu Lastri menginizikan Dania menemui Tiara. Lalu Dania mengajak Tiara ke taman sekolah, mereka duduk di bangku taman. “Bu Nia, Bunda melarang Tiara berteman dengan Ibu. Tiara tidak tahu kenapa Bunda marah pada Bu Nia,” ucap polos gadis yang belum genap berusia 5 tahun itu. “Nggak apa-apa, Bunda marah, karena Bunda takut kehilangan Tiara. Bunda sangat sayang pada Tiara. Bu Nia, ke sini ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, jangan hiraukan pertengkaran kami kemarin, karena orang dewasa kadang jug
Dret...dret...bunyi getar ponsel milik Keysha. Sejenak mata Keysha beralih dari laptop dan menatap ponselnya, kiriman chat dari nomor tidak di kenal, lalu di bukanya isi chat tersebut. Deg.. Jantungnya terasa berhenti berdetak, ketika melihat gambar seorang wanita, yang sangat di kenalnya nampak akrab dengan Tiara. “Dania,” desah kesal Keysha, seraya bangkit dari kursi kerjanya, lalu meraih tas kecilnya dan melangkah lebar keluar butik, wajahnya nampak tegang menahan marah. Dalam dada bergemuruh rasa kecewa pada Yudistira karena merasa di khianati. “Kamu bohong Mas, Kamu tidak menepati janjimu, kenapa sekarang Tiara ada di rumahmu,” gerutu Keysha, sambil menyetir mobil dengan kecepatan tinggi. Membelah jalanan ibukota yang semakin siang semakin panas. Seperti hati Keysha saat ini, panas terbakar melihat keakraban Tiara dan Dania. Beberapa menit kemudian mobil Keysha memasuki halaman rumah milik Dania,. Mata Keysha menyapu ke sekeliling rumah, dan terlihat Dania dan Tiara sedang bers
Yudistira kaget mendengar tuduhan yang di layangkan Keysha pada dirinya, ia merasa tidak pernah sedikitpun mempengaruhi Tiara untuk tinggal bersamanya. Yudistira mendesah pelan, Lalu menatap datar Keysha yang masih menunggu jawabannya.“Sha, aku tidak pernah mempengaruhi, Tiara untuk tinggal bersamaku. Aku juga memikirkan perasaan Dania, aku tidak mungkin, mengajak Tiara tinggal bersamaku, tanpa seizin Dania,” jelas Yudistira, sambil memegang bahu Keysha.Keysha menepis tangan Yudistira yang memegang bahunya, lalu ia bangkit berdiri, sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.“Dengar, ya Mas! aku tidak akan mengizinkan Tiara tinggal bersamamu, walaupun Dania mengizinkannya. Aku tidak mau berbagi kasih sayang Tiara dengan Dania. Tiara anakku. Istrimu tidak boleh sedikitpun menyayangi Tiara,” ucap Keysha dengan bibir bergetar menahan tangis.Yudistira, bangkit dari tempat duduknya, refleks ditariknya tubuh Keysha ke dalam pelukannya. ”Sha, aku berjanji, semua akan terjadi sesuai keing
Dania melangkah mendekat ke arah Tiara, ia sedikit berjongkok dan berucap, ”Siapa namamu gadis cantik?”“Tiara,” jawab Tiara dengan bersemangat dan tersenyum kecil.“Nama yang bagus,” ucap Dania, sambil mengusap pipi Tiara dengan lembut.Setelah perkenalan usai. Dania berpamitan, dan akan kembali esok pagi sesuai jadwal yang telah di tetapkan. Dengan fokus menyetir mobilnya Dania tersenyum puas, rencana hari ini sesuai dengan kemauannya. Mobil melaju cepat ke arah klinik, sesampainya di sana ia membuat proposal kerja untuk Tk. Pelita Hati. Konsentrasinya buyar ketika Ena, mengetuk pintu ruang dan masuk ke dalam.“Mama,” sapa Dania pada Ena.“Dania, mama mau bertanya, apa kamu ada masalah dengan Yudistira, Mama kepikiran dengan kata-kata Rendi. Dan Mama lihat semalam Yudistira pergi dengan membawa travel bag, ada apa sayang?” tanya Ena yang nampak cemas.Dania menarik napas panjang, kemudian di lepas pelan, sebenarnya ia berat membagi masalah ini, tapi karena Mamanya bertanya, akhirny
Yudistira terdiam, ia terkejut. Kenapa Dania harus tahu, sebelum ia bercerita tentang semua yang terjadi. Kini tenggorokannya terasa tercekat, Yudistira tidak tahu harus mulai darimana, dilihatnya Dania menangis, ia berjalan menuju ranjang, kemudian menghempaskan tubuhnya di tepi ranjang, kedua telapak tangannya terus mengusap air mata yang menganak sungai.“Jawab Mas! Kamu berhubungan lagi dengan Keysha. Dan siapa anak yang bersama kalian?” tanya Dania dengan menatap tajam Yudistira dan suara yang tinggi.Berlahan Yudistira berjalan mendekati Dania, kemudian duduk di sebelah Dania, dan mengenggam tangan Dania, dengan kasar Dania mengibaskan tangan Yudistira.“Aku, bertemu Keysha, waktu di Karimun Jawa. Dan aku baru tahu, jika kepergian Keysha beberapa tahun yang lalu, ternyata dia hamil. Keysha mengira anak yang di kandungnya adalah anak Rendi, makanya Ia memilih pergi. Lalu waktu aku sampai di Karimun Jawa, aku mendonorkan darahku pada anak kecil, dan ternyata anak kecil itu adalah
Setelah melihat Keysha, turun dari mobil Yudistira, Dania nampak geram sekaligus sedih, tapi juga penasaran dengan anak kecil yang bersama Keysha dan Yudistira. Ia pun berniat untuk membuntuti mereka bertiga. “Pak, tunggu saya di sini,” pinta Dania pada sopir taxi. “Baik Bu,” jawab Sopir taxi singkat. Dania turun dari taxi. Hatinya terasa di tusuk ribuan pisau, kebohongan Yudistira yang membuat sakit, beribu pertanyaan tersimpan di dalam dada. Dari jauh Dania melihat kebersamaan, Yudistira dengan mantan istrinya. Dalam hati, Dania mempertanyakan, siapa gadis kecil yang bersama mereka? Yudistira dan Keysha seperti keluarga yang lengkap, tangan mereka menggandeng gadis kecil. Titik embun menggenang di sudut netra Dania, ia berjalan mengikuti Yudistira dan Keysha, yang tengah tertawa bahagia bersama gadis kecil itu. Hingga Dania merasa tidak kuat, melihat pemandangan yang begitu sempurna, oleh karena itu, Dania memutuskan untuk pulang. Dengan menaiki taxi yang menunggunya di tempat p
Malam semakin larut, Dania semakin gelisah memikirkan Yudistira, perkataan Nana terus terngiang di telinganya. Benarkah suaminya pergi ke arena bermain, dan hanya melihat sekumpulan anak-anak bermain. Dania menyibukkan dirinya menyiapkan makan malam untuk Yudistira, walau hati gundah, ia tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Pukul 10 malam, mobil Yudistira memasuki garasi mobil, kemudian ia melangkah masuk ke dalam rumah. Di lihatnya Dania duduk di kursi ruang makan, Dania menatap kosong, menu yang ada di depan meja makan, semua makanan itu disiapkan Dania untuk suaminya. Yudistira merasa bersalah, di dekatinya Dania. “Dania, maaf aku terlambat pulang,” ucap Yudistira, membuat Dania terjingkat karena kaget. “Mas.. baru pulang, kemana saja pulang selarut ini?” tanya Dania pelan sambil mengamati suaminya, yang berdiri di samping kursi, kemeja warna biru muda, dengan lengan dilinting sampai siku dan jam tangan warna hitam, persis yang dikatakan Nana barusan. “Aku,