Keesokan harinya, Sera berada didalam mobil bersama dengan Lita. Hari ini ia akan kembali pulang, tentunya tanpa sepengetahuan Arsya. Sera berangkat ke bandara ditemani oleh Lita, kemarin ia sangat marah melihat foto Arsya tidur dengan wanita lain. Lebih parahnya lagi, didalam foto itu Arsya sama sekali tak mengenakan baju.
"Hayo, mikirin apa!" ujar Lita, tentunya membuat Sera kaget. Hari terakhir mereka bersama-sama, sedih namun mau bagaimana lagi.
"Pasti mikirin Arsya," tebak Lita, sedangkan Sera hanya cengegesan. Sahabatnya yang satu ini memang pintar dan pandai menebak.
"Apa Arsya ngak tau aku akan pulang?" tanya Sera dengan nada sedih.
Lita berdecak sebal, "Kamu jangan mikirin dia, sebentar lagi kamu akan pulang. Nanti dipesawat jangan banyak pikiran," peringatnya.
Lita mengangguk, "Dirinya tak boleh terlalu banyak pikiran.
Sera sudah sampai di Indonesia, saat ini ia berada didalam mobil menuju mansion Louwen. Kali ini ia akan pulang ke mansion saja, selama diperjalanan Sera hanya melihat jalanan kota saja. Hatinnya kenapa masih sakit sekali? Apakah ini rasanya terlalu dalam mencintai?."Nona, kita sudah sampai." ucapan bodyguardnya mengagetkan Sera."Terima kasih paman," ujar Sera saraya tersenyum. Lalu dirinya keluar dan melihat sekeliling, benar ia kini tengah berada di pekarangan mansion.Sera masuk kedalam, karena ini masih pagi jadi semoga saja kedua orang tuanya masih berada dirumah. Dirinya masuk kedalam menyusuri ruang tamu, hingga ia menemukan keberadaan mama dan papanya di samping kolam renang. Langsung saja ia menyusulnya, namun wajah yang semula ceria kini muram akibat adanya Liora."Pa, ma," sapa Sera seraya menghampiri sang mama yang duduk membelakanginya.
Sera mengerjapkan matanya berkali-kali, ia merubah posisinya yang semula tiduran menjadi berdiri. Dirinya baru ingat jika pingsan dijalan, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dirinya berada dikamar milik Arsya, tak lama pintu terbuka.Dirinya langsung melihat kearah depan, disana terdapat Reta yang berjalan kearahnya dengan membawa nampan. Reta duduk di sebelahnya, posisi Sera bersender. Dapat Sera rasakan elusan tangan Reta di rambutnya. Mengapa malah orang lain yang mengelusnya, bukankah seharusnya itu tugas dari mamanya sendiri?."Kamu udah enakan?" tanya Reta dengan nada lembut.Sera mengangguk, "Terimakasih, bunda udah tolong Sera.""Sama-sama sayang. Kamu sudah menjadi anak bunda sekarang," jawab Reta seraya tersenyum."Jelasakan ke bunda apa yang terjadi sama kamu," pinta Reta.Sera terdiam, apakah ia harus mencerit
Arsya dan Sandra sudah berada di Indonesia, mereka berada di dalam satu mobil yang sama. Arsya akan pergi ke mansionnya, entah mengapa ia membiarkan Sandra ikut bersamanya. Didalam mobil hanya ada keheningan, Arsya sibuk melihat kearah jalanan depan. Beberapa menit kemudian mereka sampai di pekarangan mansion, langsung saja Arsya turun dari mobil dan segera masuk. Sandra mengikuti langkah lelaki itu. Arsya nampak bertanya kepada salah satu bodyguard di mana letak kedua orang tuanya. Setelah mendapatkan jawaban, Arsya langsung menaiki tangga menuju ruang keluarga. "Bunda," panggil Arsya seraya berhenti dianak tangga paling atas. Bisa Arsya lihat kini Reta yang berjalan kearahnya, namun mengapa wajah bundanya terlihat marah?. Plak Wajah Arsya menoleh ke samping ketika Reta menampar pipinya. Lelaki itu melihat ke arah sang bunda yang kini tanpak menangis. Apalagi melihat Alif yang be
Pagi ini keluarga Giory melaksanakan kegiatan sarapan bersama-sama. Dimeja makan suana tampak hening, Sera tak mau duduk disebelah Arsya. Sedangkan Arsya mencoba mendekati Sera, namun hanya penolakan yang dirinya dapat. Bahkan Reta turut melarangnya dekat dengan Sera. Setelah sarapan mereka melakukan rutinitas masing-masing. Sera dan Arsya masih berada dimeja makan, sedangkan Alif dan Reta sudah pergi dari sana. Sebenarnya Sera masih berada disini dikarenakan nasinya belum habis. Kalau Arsya sengaja berlama-lama disini dan pura-pura tengah makan buah. "Sera!" panggil Arsya. "Ngapain? Mau izin selingkuh?" tanya Sera tertawa pelan. Lalu dirinya pergi dari sana. Dengan segera Arsya menyusul Sera dan mencekal tangan perempuan itu hingga berhenti. "Lepas Arsya!" ucap Sera, ia mencoba melepaskan cekalan tangan Arsya ke pergelangan tangannya. "Aku
Di mansion Louwen, kini Liora tengah bermanja ria degan Citra. Mereka tengah duduk di pinggir kolam renang. Sedangkan Rama duduk tak jauh dari mereka sembari membaca koran, tak lupa dengan secangkir kopi yang tersedia dia meja kecil. "Tante Liora tadi lihat baju bagus banget," ucap Liora, kakinya dan kaki Citra berada didalam air. Citra menatap Liora. "Kalau kamu suka ambil aja. Nanti tante yang bayarin," balasnya. "Beneran?" tanya Liora ragu, padahal hatinya sangat senang mendengarnya. "Benar dong," ucap Citra seraya tersenyum. "Terimakasih," ucap Liora tersenyum. "Sama-sama," jawab Citra. Tak lama mereka mendengarkan teriakan seseorang, tanpa berlama-lama lagi mereka langsung pergi ke asal suara. Rama mendapati Fikri berada diruang tamu, langsung saja dirinya menghampiri Fikri dan
Rian terdiam setelah mendengarkan pertanyaan yang keluar dari mulut Sera. Dirinya tentu tau siapa Liora, namun mengapa Sera menanyakan hal itu kepada dirinya?. Kemudian ia melihat kearah Sera yang saat ini juga melihatnya, bisa dirinya rasakan jika Sera memandangnya dengan tatapan sendu. "Memang kamu kenpa tanya tentang Liora?" tanya Rian heran. "Dia udah datang ke keluarga aku dan menfitnah aku yang engak-engak. Bahkan aku udah ditampar mama dan papa gara-gara fitnah Liora, puncaknya kemarin saat aku diusir dari rumah. Disitu Liora senang karena rencananya berhasil," ujar Sera. "Sejak kapan Liora berada dirumahmu?" tanya Rian, jujur saja dirinya tak tau jika Liora berada di kediaman Louwen dan melakukan hal menjijikkan seperti itu. "Lebih dari 1 bulan," jawab Sera. Rian mengangguk pertanda mengerti. Dirinya langsung menceritakan pertemuann
Arsya dan seseorang itu berada di ruangan milik Arsya. Mereka duduk berhadapan di meja kerja milik Arsya, mata mereka saling bertatapan. Sedari tadi tak ada yang mau memulai pembicaraan, Arsya sendiri tak ingin bertanya ataupun menyapa karena menurutnya itu terlalu basa basi. "Tak usah berlama-lama lagi. Perkenalkan saya Robet Danuarta, kau sudah mengenal aku bukan?" tanya seseorang itu yang Arsya ketahui bernama Robet. "Tidak!" Arsya menjawab dengan nada cuek. Robet tertawakan kecil, "Saya orang yang kau lihat di rooftop kantormu yang berada di Jepang! Saya tentu tau jika waktu itu kau mendengarkan pembicaraan saya dengan bodyguardmu," ungkapnya. Arsya terdiam, jadi dia? Namun mengapa dia tau kalau sebenarnya ia berada dibelakang rooftop? Bukankah sewaktu itu dia menghadap ke depan?. Entahlah, yang terpenting dirinya sudah bertemu dengan seseorang itu yang kini sudah
Sera terdiam dengan masih mencekal pergelangan tangan Liora. Tiba-tiba saja Liora menghempaskan tangannya dan mendorong tubuhnya hingga jatuh kebelakang. Sera berdiri dan mengusap sedikit tanah yang menempel ditubuhnya."Kau sendirian Sera, bagaimana kalau kita menghabisimu sekarang saja?" tanya Liora dengan ekspresi seorang yang polos."Kau yang lebih dahulu akan ku habisi!" ucap Sera."Coba saja, intinya sekarang kau sendiri dan aku dengan pacarku akan menghabisimu tanpa gangguan." Liora tertawa keras, suaranya mengema dihutan ini."Lebih baik kau menyerah saja Sera!" sahut Ragil dengan senyum seringainya.Sera terdiam, dirinya seorang diri sekarang dan mereka berjumlah 2 orang. Sera merutuki dirinya sendiri mengapa tak membawa bodyguard saja!. Tak lama Liora dan Ragil mulai menyerang dirinya, langsung saja ia menangkis pukulan yang mereka berikan
Pagi harinya Sera disibukkan dengan kegiatan rutinnya, yaitu membantu Skay dan Darka bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Jangan lupakan fakta bahwa ia juga harus membantu Arsya bersiap-siap ke kantor, semuanya berteriak di tempat masing-masing membuat ia pusing. Darka dan Skay berada di kamarnya, dan Arsya juga berada di kamar. Mereka mencari sesuatu tak ketemu-ketemu sedangkan Arsya pun begitu, dia tak mau mencari sendiri dan berakhir saling bersahutan dengan Skay dan Darka memanggil nama Sera. "Momy, dasi dedek mana?" "Momy kaos kaki Skay hilang, mau beli lagi." "Kaos kaki kakak enggak hilang, jadi enggak usah beli lagi!" "Dasi dedek ada di kasur!" "Sayang berteriak lah, suara kamu enggak kedengaran oleh mereka." "Kamu juga! Dari dulu enggak mau pakai dasi sendiri." Begitulah perdeba
Seperti apa yang dikatakan tadi, Arsya dan Sera sudah berada di taman bermain khusus untuk anak-anak. Mereka duduk di bangku panjang bersama dengan Rian dan Lita, anak-anak bermain di depan sana. Lita membawa anaknya yang berusia 1,5 tahun berjenis kelamin laki-laki.Anaknya lucu dan mirip sekali dengan Rian dan Lita, Arsya sendiri berbincang-bincang dengan om nya itu. Rian sendiri sedikit terkejut melihat Arsya yang sudah dewasa dan penuh wibawa, sementara Sera dan Lita menghibur baby boy itu. Dua sahabat itu sama-sama sudah menikah dan mempunyai anak."Astaga, aku lupa nanya nama anak kamu," ujar Sera sembari menepuk jidatnya."Namanya Razka, itu yang kasih nama Rafa," jawab Lita."So sweet banget, Rafa pasti seneng punya adek laki-laki, dia juga udah besar terakhir kali ketemu dia masih nangis kalau minta eskrim," ucap Sera."Rafa baik banget, per
4 Tahun berlalu, kini kedua anak Arsya dan Sera sudah berumur 4 tahun. Mereka sangat aktif, apalagi Skay yang suka sekali mengganggu adiknya. Setiap beberapa bulan pasti keluarga Arsya atau Sera datang ke sini dan menginap selama 1 atau 2 bulan lamanya.Arsya mempunyai rumah mewah yang ukurannya tak terlalu besar, ia tak lagi tinggal di apartemen sejak 3 tahun yang lalu. Karena anak-anaknya sangat aktif, apalagi lantai apartemen berada paling atas. Jadi lebih baik mencegah sebelum hal buruk akan terjadi. Sekarang ini Arsya dan Sera berada di ruang bermain milik Skay dan Darka."Momy, dady, kenapa enggak adek aja sih yang jadi kakak?" tanya Darka yang saat ini berada di pangkuan Sera."Karena kakak kamu lahir duluan," jawab Sera seadanya."Teman-teman adik yang laki-laki jadi abang semua, adek sendiri yang jadi adek," ucap Darka."Memangnya kenapa kamu mau
Sera dan Arsya berada di trotoar, masing-masing dari mereka mendorong stroller yang berisikan baby Skay dan baby Darka. Mereka akan pergi menuju taman, karena di sana ada bazar. Sudah lama sekali Sera datang ke acara seperti itu, dan baru sekarang kesampean.Kedua anaknya pun sudah bisa sedikit untuk di atur, makanya ia berani membawa mereka keluar dari apartemen. Arsya berjalan sembari mendengarkan musik dari headset miliknya, tenang saja ia masih bisa mendengarkan jika Sera berbicara begitu juga dengan celotehan Skay dan Darka."Kamu beli tiketnya supaya kita bisa masuk," suruh Sera saat mereka sudah sampai di pintu masuk taman."Beli berapa?" tanya Arsya."2 aja, Skay sama Darka masih kecil," jawab Sera."Baiklah." Arsya berjalan membeli tiket, sementara Sera memegang dua stroller.Tak lama kemudian Arsya kembali, mereka
Detik, menit, jam, hari berlalu begitu cepat. Tepat pukul 3 dini hari Sera melahirkan 2 anaknya dalam keadaan sehat. Saat ini pun Arsya berada di ruang rawat Sera, tadi saat bayinya lahir ia meneteskan air mata karena terharu. Beberapa menit yang lalu Sera baru saja selesai menyusui kedua anaknya.Kebahagiaan semakin bertambah tak kala anak mereka berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, mereka mempunyai anak yang sepasang. Kedua anak itu sedang digendong oleh kedua neneknya yang baru saja datang. Suasana di sini ramai karena ada keluarga Arsya dan Sera, sedangkan Arsya sendiri menemani Sera di brankarnya."Terima kasih Sera," ucap Arsya tulus dari hati yang paling dalam."Sama-sama," balas Sera sembari tersenyum. Ia bangga dengan dirinya sendiri yang berhasil melahirkan dua anak itu dengan normal walapun resikonya tinggi."Arsya, kamu enggak mau gendong baby boy nya?" tanya
Tak terasa perut Sera sudah membesar, Arsya pun semakin protektif kepada Sera. Sera pun masih mengalami mual dan muntah tapi ia bersyukur karena masih ada Arsya di sekitarnya. Arsya selalu siap jika ia butuhkan, dia laki-laki yang siaga dalam 24 jam. Arsya juga selalu mengingatkan Sera agar dia minum obat tepat waktu.Hari-hari mereka habiskan dengan jalan-jalan berkeliling sembari menghapal tempat-tempat yang ada di sini. Kemarin Arsya belanja banyak sekali baju untuk Sera, dan saat ini pun mereka tengah belanja baju untuk kedua baby mereka yang sebentar lagi akan lahir. Walapun sedang mengandung, Sera masih saja terlihat cantik."Kamu kalau ambil jangan ragu-ragu, ambil sepuas kamu sayang," ucap Arsya."Nanti enggak kepake kalo banyak-banyak," sahut Sera malas."Cari warna yang netral yang cocok untuk laki-laki dan perempuan," pesan Arsya."Iya, ak
Pagi harinya Sera terbangun, ia mengerjapkan matanya perlahan-lahan. Ia melihat ke samping tempat tidur, ia sama sekali tak menemukan keberadaan Arsya di sini. Lantas ia berdiri, semoga saja pagi ini ia tak mual. Ia mencium bau lezat, dengan segera ia berjalan keluar dari kamar. Baunya semakin tercium.Sera berjalan ke dapur, ia melihat Arsya berada di sana dengan celemek melekat di tubuh atletis nya. Ia menggeleng pelan melihat tingkah Arsya dalam memasak, bagaimana tidak dia memakai tutup panci yang terbuat dari kaca untuk melindungi mukanya. Jaraknya dengan kompor ada kali satu meter."Masakan kamu bisa gosong Arsya," ucap Sera sembari menggeleng-gelengkan kepala."Minyaknya meletup-letup, mulai sekarang aku enggak bakal ijinin kamu masak. Bisa-bisa kulit kamu terbakar kena mintak panas," oceh Arsya."Ya iyalah, goreng ayah ya gitu. Kalau mau enggak ada minyaknya pakai aja
Arsya berada di dalam kantornya, ia berkutat dengan banyak sekali berkas-berkas yang harus di revisi. Sudah 4 jam ia hanya duduk di sini sedari tadi, juga ia harus lebih mengenal lagi sekretaris barunya. Untuk bahasa ia tak terlalu kesulitan, sebab sebagian karyawan di kantor sini memang di ambil dari negara asalnya.Karena sangat kesulitan mencari pegawai baru yang asli dari sini, jadi tak ada cara lain selain mengambang karyawan dari sana. Ia di ruangan ini bersama dengan sekretarisnya, dia lah yang membantu ia bekerja selama di sini. Dan dia lah yang memperkenalkan dirinya sebagai atasan kepada pegawai di sini."Apakah saya ada jadwal meeting?" tanya Arsya."Tidak, untuk hari ini bapak tak ada jadwal meeting.""Bisakah kau menyuruh mereka untuk lembur lagi? Perasaan saya tak enak kepada istri saya," ucap Arsya."Bisa pak.""Yasudah, saya
4 Bulan berlalu, pagi ini Sera berada di dalam apartemennya. Arsya sudah berangkat kerja dari 1 jam yang lalu, entah mengapa hari ini badannya terasa tak enak. Ia sudah berkali-kali keluar masuk kamar mandi untuk memutahkan isi perutnya. Sekarang ia tertidur di kasur dengan posisi miring.Ia pusing, lemas, mual, semuanya bercampur menjadi satu. Ia bari kepikiran bahwa dirinya belum datang bulan selama 2 bulan lamanya, lantas ia merubah posisinya menjadi duduk. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, apakah ia hamil? Sebab rasa mual ini sama sekali tak pernah dirinya dapatkan sebelumnya."Apakah aku hamil? Aku juga udah 2 bulan enggak datang bulan," batin Sera bertanya-tanya."Aku harus periksa ke dokter," gumam Sera, ia menelepon seseorang. Dia adalah pegawai yang ada di apartemen ini, ia pun kenal baik dengan dia karena dia berasal dari negara yang sama seperti dirinya.