Arsya dan Sera masuk kedalam mansion dan mendapati Citra dan Rama yang tengah menatap mereka dengan tatapan sinis nya. Jangan lupakan jika ada Liora yang memamerkan muka polosnya, lebih tepatnya pura-pura polos.
"Untuk apa kalian kesini?" tanya Citra dengan wajah tak bersahabat.
"Ada larangan supaya kita tak datang kesini?" tanya Arsya dengan nada menantang.
"Jangan berdebat! Kau Arsya, mengapa kesini?" tanya Rama sembari meletakkan koran yang sebelumnya dirinya baca ke atas meja.
"Dengar-dengar kau megusir istriku dari rumah ini?" tanya Arsya memastikan.
"Memangnya kenapa?" tanya Rama, dirinya tak takut dengan tatapan yang Arsya berikan kepada dirinya.
"Rumah ini milik Sera! Apa kalian tak ingat opa Fikri yang memberikan mansion ini atas nama Sera?" tanya Arsya.
Mereka semua terdiam setelah mende
Di rooftop kantor Alif terdapat Abimanyu dan Hesa, mereka berada disini tanpa undangan dari Alif. Sebenarnya Alif sangat malas menghadapi mereka berdua, namun mau bagaimana lagi. Mereka berdiri berhadapan, dibawah langit cerah mereka saling melemparkan tatapan tajam.Entah mengapa Abimanyu datang kesini langsung dengan helikopter, membuat kericuhan apalagi bodyguard Abimanyu yang mengganggu para karyawan Alif. Hesa berdiri dengan tatapan sinis nya seolah-olah ada dendam tersendiri dengan Alif."Mengapa kalian datang kemari?" tanya Alif tanpa ekspresi."Aku hanya ingin berbicara denganmu," jawab Hesa."Jangan membuang waktu berharga dengan pertemuan yang tak jelas ini," ujar Alif seraya menatap mereka bergantian."Santai saja," sahut Abimanyu."Bagimana kalau aku menghabisi keterunan Theor secepatnya?" tanya Hesa.
Arsya dan Sera masih berada diruangan Robet. Mereka berbincang kecil, namun ada hal yang Sera curigai. Dirinya merasa bahwa Robet menyembunyikan sesuatu. Dan saat ini mereka tengah ngopi santai, menurut Sera Robet orangnya sangat welcome."Istri saya ingin bertemu dengan kamu Arsya, apa kamu mau?" tanya Robet."Apa kau tak punya anak lagi?" Bukannya menjawab, Arsya malah bertanya balik."Setelah kematian anak saya yang pertama, istri saya tak bisa hamil lagi." Robet berujar dengan nada sendunya."Maafkan saya," ucap Arsya tak enak hati."Tak apa," balas Robet.Sampai akhirnya Arsya mau, jadi mereka pergi menuju kediaman Robet menggunakan mobil sendiri-sendiri. Tentu saja Arsya bersama dengan Sera, awalnya Arsya tak mau berkunjung ke sana. Namun Sera terus memaksanya jadi ia mau tak mau.Sebenarnya
Arsya berada didalam mansion Louwen. Sera? Dia tengah mengambil sesuatu di dalam dapur, dan sekarang Arsya tengah bersantai diruang keluarga. Hanya ada dirinya disini, orang tua Sera? Entahlah dirinya tak tau mereka kemana. Soal Liora wanita ular itu tengah berenang dengan pakaian yang cukup seksi.Tiba-tiba saja Sera datang dengan membawa beberapa bungkus snack dengan wajah cemberutnya. Sontak Arsya menepuk sofa disebelahnya mengisyaratkan agar Sera duduk. Langsung saja Sera duduk disebelah Arsya setelah meletakkan snack yang dirinya bawa keatas sofa."Kenapa kok cemberut?" tanya Arsya heran."Masak Liora berenang pakai bikini! Dia mau ngegodain kamu Arsya," jawab Sera menggebu-gebu."Aku ngak akan tergoda dengan ja*a*g seperti dia," jawab Arsya. Mana mungkin dirinya tergoda dengan Liora yang tubuhnya sudah dipakai oleh banyak orang? Bahkan kakek-kakek pernah 'mencicipi' tubu
Sera berada didalam mobil seorang diri, di depannya sudah ada mobil Liora. Dengan sangat hati-hati Sera melajukan mobilnya supaya Liora tak curiga. Dirinya baru tau jika Liora bisa menyetir mobil, dan sekarang mobil yang Liora pakai milik mamanya."Kemana sebenarnya tujuan Liora?" batin Sera bertanya-tanya.Apakah Liora tau jika ia mengikutinya dari belakang? Pasalnya Liora melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dari kejauhan Sera melihat mobil Liora berhenti tepat di depan gerbang sebuah rumah dengan ukuran sedang. Langsung saja Sera memberhentikan mobilnya, dapat dirimu lihat jika gerbang itu terbuka.Keluarlah seorang lelaki yang Sera yakini merupakan Ragil, dia masuk kedalam mobil Liora. Setelahnya mobil itu kembali berjalan, Sera pun ikut menjalankan mobilnya dan selalu memantau mobil Liora dari jauh."Kemana mereka akan pergi?" batin Sera bertanya.
Sera berada di dalam gudang mansionnya seorang diri. Beberapa menit yang lalu dirinya melihat Liora keluar dari sini. Karena rasa ingin taunya yang tinggi, Sera memutuskan untuk masuk ke dalam. Arsya? Dia pergi ke kantor dan menyuruh Sera untuk berada di rumah saja.Sesekali Sera terbatuk kala banyak debu berterbangan, sepertinya tempat ini jarang sekali dimasuki orang. Namun mengapa Liora masuk kesini? Itulah yang menjadi pertanyaan Sera sekarang. Ia menyalakan lampu remang-remang, tak jarang dirinya menyingkirkan sarang laba-laba yang menghalangi jalannya."Kotak? Apa Liora tadi naruh itu?" batin Sera setelah melihat kotak berukuran sedang dipojok, tepatnya disamping almari tua.Dengan langkah pasti, Sera berjalan dan berjongkok tepat di depan kotak itu. Tangannya terulur untuk membuka kotaknya, disana ada banyak sekali foto seseorang dan juga emas? Ya, ini emas batangan. Jika ini milik keluarganya me
Kamar Sera.Disebuah kamar berwarna tosca Sera duduk di tengah-tengah kasurnya. Didepannya sudah ada beberapa foto yang ia temukan didalam gudang. Beberapa menit yang lalu dirinya sudah menghubungi Arsya supaya cepat pulang. Bahkan sekarang pintunya ia kunci supaya tak ada yang melihat kegiatannya.TokTokTokTerdengar suara ketukan pintu, langsung saja Sera bangkit dari duduknya dan membuka pintu kamarnya. Ternyata Arsya sudah datang, setelah Arsya masuk ia kembali mengunci pintunya. Mereka duduk di tengah-tengah kasur."Ini apa?" tanya Arsya seraya menunjuk beberapa lembar foto yang berserakan di atas kasur.Lalu Sera menceritakan tentang kejadian di gudang tadi. Setelah sera menyelesaikan ceritanya Arsya mengambil satu lembar foto namun anehnya mengapa itu foto bergambar bayi? Apakah itu Liora?. Sera turut meng
Sementara Arsya sudah sampai dikediaman Rian, saat ini dirinya tengah menunggu Rian. Tak lama terdengar suara derap langkah kali, turunlah Rian seorang diri dan duduk disofa yang berada di sampingnya."Rafa kemana?" tanya Arsya saat tak mendapati keberadaan Rafa."Tidur sama baby sitternya," jawab Rian."Om ngapain nyuruh aku kesini?" tanya Arsya."Om ingin kamu ikut andil dalam organisasi Black Rose. Kamu tau bukan itu bukan mafia sembarangan?" ujar Rian menatap Arsya.Arsya mengangguk singkat. "Aku tau," jawabnya.Dugaan Arsya benar jika Rian menyuruhnya kesini untuk membicarakan tentang Black Rose. Dirinya tak tau ingin menjawab seperti apa. Balck Rose bukan oraganisasi main-main, apakah dirinya bisa menuruti apa kata Rian?.Sedangkan Rian menatap Arsya lekat, hanya Arsya harapannya saat ini. D
Arsya dan Sera berada di mansion Giory, sejak semalam mereka memang menginap disini. Sebenarnya Arsya yang mengajak Sera kesini dikarenakan dia muak melihat Liora yang pandai berdrama. Saat ini mereka tengah berada dihalaman belakang mansion menikmati potongan buah yang sudah siapkan."Kamu kemarin ketemu dengan Sandra?" tanya Sera tiba-tiba."Darimana kamu tau?" tanya Arsya."Bodyguard kamu yang bilang," jawab Sera, memang kemarin ada bodyguard yang Arsya bilang seperti itu. Namun dirinya sama sekali tak marah, bodyguard itu juga menjelaskan apa tujuan Arsya menemui Sandra."Kamu ngak marah kan?" tanya Arsya ragu-ragu.Langsung saja Sera menggeleng, lalu mereka kembali menikmati pemandangan yang ada didepan. Tak jarang Sera menyuapi Arsya buah, mereka sungguh romantis. Hingga tiba-tiba Arsya teringat dengan kunci yang Rian kasih. Langsung saja ia me
Pagi harinya Sera disibukkan dengan kegiatan rutinnya, yaitu membantu Skay dan Darka bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Jangan lupakan fakta bahwa ia juga harus membantu Arsya bersiap-siap ke kantor, semuanya berteriak di tempat masing-masing membuat ia pusing. Darka dan Skay berada di kamarnya, dan Arsya juga berada di kamar. Mereka mencari sesuatu tak ketemu-ketemu sedangkan Arsya pun begitu, dia tak mau mencari sendiri dan berakhir saling bersahutan dengan Skay dan Darka memanggil nama Sera. "Momy, dasi dedek mana?" "Momy kaos kaki Skay hilang, mau beli lagi." "Kaos kaki kakak enggak hilang, jadi enggak usah beli lagi!" "Dasi dedek ada di kasur!" "Sayang berteriak lah, suara kamu enggak kedengaran oleh mereka." "Kamu juga! Dari dulu enggak mau pakai dasi sendiri." Begitulah perdeba
Seperti apa yang dikatakan tadi, Arsya dan Sera sudah berada di taman bermain khusus untuk anak-anak. Mereka duduk di bangku panjang bersama dengan Rian dan Lita, anak-anak bermain di depan sana. Lita membawa anaknya yang berusia 1,5 tahun berjenis kelamin laki-laki.Anaknya lucu dan mirip sekali dengan Rian dan Lita, Arsya sendiri berbincang-bincang dengan om nya itu. Rian sendiri sedikit terkejut melihat Arsya yang sudah dewasa dan penuh wibawa, sementara Sera dan Lita menghibur baby boy itu. Dua sahabat itu sama-sama sudah menikah dan mempunyai anak."Astaga, aku lupa nanya nama anak kamu," ujar Sera sembari menepuk jidatnya."Namanya Razka, itu yang kasih nama Rafa," jawab Lita."So sweet banget, Rafa pasti seneng punya adek laki-laki, dia juga udah besar terakhir kali ketemu dia masih nangis kalau minta eskrim," ucap Sera."Rafa baik banget, per
4 Tahun berlalu, kini kedua anak Arsya dan Sera sudah berumur 4 tahun. Mereka sangat aktif, apalagi Skay yang suka sekali mengganggu adiknya. Setiap beberapa bulan pasti keluarga Arsya atau Sera datang ke sini dan menginap selama 1 atau 2 bulan lamanya.Arsya mempunyai rumah mewah yang ukurannya tak terlalu besar, ia tak lagi tinggal di apartemen sejak 3 tahun yang lalu. Karena anak-anaknya sangat aktif, apalagi lantai apartemen berada paling atas. Jadi lebih baik mencegah sebelum hal buruk akan terjadi. Sekarang ini Arsya dan Sera berada di ruang bermain milik Skay dan Darka."Momy, dady, kenapa enggak adek aja sih yang jadi kakak?" tanya Darka yang saat ini berada di pangkuan Sera."Karena kakak kamu lahir duluan," jawab Sera seadanya."Teman-teman adik yang laki-laki jadi abang semua, adek sendiri yang jadi adek," ucap Darka."Memangnya kenapa kamu mau
Sera dan Arsya berada di trotoar, masing-masing dari mereka mendorong stroller yang berisikan baby Skay dan baby Darka. Mereka akan pergi menuju taman, karena di sana ada bazar. Sudah lama sekali Sera datang ke acara seperti itu, dan baru sekarang kesampean.Kedua anaknya pun sudah bisa sedikit untuk di atur, makanya ia berani membawa mereka keluar dari apartemen. Arsya berjalan sembari mendengarkan musik dari headset miliknya, tenang saja ia masih bisa mendengarkan jika Sera berbicara begitu juga dengan celotehan Skay dan Darka."Kamu beli tiketnya supaya kita bisa masuk," suruh Sera saat mereka sudah sampai di pintu masuk taman."Beli berapa?" tanya Arsya."2 aja, Skay sama Darka masih kecil," jawab Sera."Baiklah." Arsya berjalan membeli tiket, sementara Sera memegang dua stroller.Tak lama kemudian Arsya kembali, mereka
Detik, menit, jam, hari berlalu begitu cepat. Tepat pukul 3 dini hari Sera melahirkan 2 anaknya dalam keadaan sehat. Saat ini pun Arsya berada di ruang rawat Sera, tadi saat bayinya lahir ia meneteskan air mata karena terharu. Beberapa menit yang lalu Sera baru saja selesai menyusui kedua anaknya.Kebahagiaan semakin bertambah tak kala anak mereka berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, mereka mempunyai anak yang sepasang. Kedua anak itu sedang digendong oleh kedua neneknya yang baru saja datang. Suasana di sini ramai karena ada keluarga Arsya dan Sera, sedangkan Arsya sendiri menemani Sera di brankarnya."Terima kasih Sera," ucap Arsya tulus dari hati yang paling dalam."Sama-sama," balas Sera sembari tersenyum. Ia bangga dengan dirinya sendiri yang berhasil melahirkan dua anak itu dengan normal walapun resikonya tinggi."Arsya, kamu enggak mau gendong baby boy nya?" tanya
Tak terasa perut Sera sudah membesar, Arsya pun semakin protektif kepada Sera. Sera pun masih mengalami mual dan muntah tapi ia bersyukur karena masih ada Arsya di sekitarnya. Arsya selalu siap jika ia butuhkan, dia laki-laki yang siaga dalam 24 jam. Arsya juga selalu mengingatkan Sera agar dia minum obat tepat waktu.Hari-hari mereka habiskan dengan jalan-jalan berkeliling sembari menghapal tempat-tempat yang ada di sini. Kemarin Arsya belanja banyak sekali baju untuk Sera, dan saat ini pun mereka tengah belanja baju untuk kedua baby mereka yang sebentar lagi akan lahir. Walapun sedang mengandung, Sera masih saja terlihat cantik."Kamu kalau ambil jangan ragu-ragu, ambil sepuas kamu sayang," ucap Arsya."Nanti enggak kepake kalo banyak-banyak," sahut Sera malas."Cari warna yang netral yang cocok untuk laki-laki dan perempuan," pesan Arsya."Iya, ak
Pagi harinya Sera terbangun, ia mengerjapkan matanya perlahan-lahan. Ia melihat ke samping tempat tidur, ia sama sekali tak menemukan keberadaan Arsya di sini. Lantas ia berdiri, semoga saja pagi ini ia tak mual. Ia mencium bau lezat, dengan segera ia berjalan keluar dari kamar. Baunya semakin tercium.Sera berjalan ke dapur, ia melihat Arsya berada di sana dengan celemek melekat di tubuh atletis nya. Ia menggeleng pelan melihat tingkah Arsya dalam memasak, bagaimana tidak dia memakai tutup panci yang terbuat dari kaca untuk melindungi mukanya. Jaraknya dengan kompor ada kali satu meter."Masakan kamu bisa gosong Arsya," ucap Sera sembari menggeleng-gelengkan kepala."Minyaknya meletup-letup, mulai sekarang aku enggak bakal ijinin kamu masak. Bisa-bisa kulit kamu terbakar kena mintak panas," oceh Arsya."Ya iyalah, goreng ayah ya gitu. Kalau mau enggak ada minyaknya pakai aja
Arsya berada di dalam kantornya, ia berkutat dengan banyak sekali berkas-berkas yang harus di revisi. Sudah 4 jam ia hanya duduk di sini sedari tadi, juga ia harus lebih mengenal lagi sekretaris barunya. Untuk bahasa ia tak terlalu kesulitan, sebab sebagian karyawan di kantor sini memang di ambil dari negara asalnya.Karena sangat kesulitan mencari pegawai baru yang asli dari sini, jadi tak ada cara lain selain mengambang karyawan dari sana. Ia di ruangan ini bersama dengan sekretarisnya, dia lah yang membantu ia bekerja selama di sini. Dan dia lah yang memperkenalkan dirinya sebagai atasan kepada pegawai di sini."Apakah saya ada jadwal meeting?" tanya Arsya."Tidak, untuk hari ini bapak tak ada jadwal meeting.""Bisakah kau menyuruh mereka untuk lembur lagi? Perasaan saya tak enak kepada istri saya," ucap Arsya."Bisa pak.""Yasudah, saya
4 Bulan berlalu, pagi ini Sera berada di dalam apartemennya. Arsya sudah berangkat kerja dari 1 jam yang lalu, entah mengapa hari ini badannya terasa tak enak. Ia sudah berkali-kali keluar masuk kamar mandi untuk memutahkan isi perutnya. Sekarang ia tertidur di kasur dengan posisi miring.Ia pusing, lemas, mual, semuanya bercampur menjadi satu. Ia bari kepikiran bahwa dirinya belum datang bulan selama 2 bulan lamanya, lantas ia merubah posisinya menjadi duduk. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, apakah ia hamil? Sebab rasa mual ini sama sekali tak pernah dirinya dapatkan sebelumnya."Apakah aku hamil? Aku juga udah 2 bulan enggak datang bulan," batin Sera bertanya-tanya."Aku harus periksa ke dokter," gumam Sera, ia menelepon seseorang. Dia adalah pegawai yang ada di apartemen ini, ia pun kenal baik dengan dia karena dia berasal dari negara yang sama seperti dirinya.