Sera sudah berada di ruang rawat Arsya, agaknya suaminya itu masih saja memejamkan mata dengan jarum infus tertancap di punggung tangannya. Ragil mengarahkan kursi roda ke samping tempat tidur Arsya, dia langsung pamit meninggalkan Sera dan Arsya.
Arsya tak memakai baju, selimutnya berada di bawah leher. Satu tangan di keluarkan, sedangkan satu tangannya lagi berada di dalam selimut. Terdengar juga suara EKG yang membuat keheningan ruangan ini terganggu. Sera benar-benar khawatir dengan keadaan Arsya, bibir dia pucat dan badannya sedikit dingin.
"Kamu kapan bangun? Aku udah tau siapa orang yang selalu kasih kita petunjuk waktu awal-awal kita melakukan misi, dia orang baik," ucap Sera mencoba untuk berkomunikasi dengan Arsya.
"Ayo kita temui dia bersama-sama, kita ucapkan terima kasih. Karena dia misi kita berhasil sampai detik ini," imbuh Sera.
Ia mengelus jemari Arsya. "Ayo b
Malam harinya di ruang rawat Sera dan Arsya susana sangat sepi, mereka diperbolehkan untuk berada dalam satu ruangan yang sama. Ragil pamit pergi semenjak 4 jam yang lalu dan belum kembali hingga sekarang. Posisi Arsya sedikit duduk, sebab ia menaikan ranjangnya. Sedangkan di ranjang sampingnya terdapat Sera yang tengah tertidur.Tiba-tiba pintu ruang rawat nya dibuka oleh seseorang, Arsya melihat siapa yang baru saja masuk. Bundanya? Ya, ia tak salah lagi itu Reta. Detik itu juga Reta memeluk dirinya, Arsya tak bisa menyembunyikan senyumannya melihat keberadaan Reta di sini. Bahkan air matanya menetes saat mengetahui Reta baik-baik saja."Ini beneran bunda' kan?" tanya Arsya memastikan."Ini bunda sayang," balas Reta sembari mengangguk."Bunda enggak apa-apa? Bunda baik-baik aja' kan?" tanya Arsya lagi."Bunda baik-baik aja. Tapi tidak dengan ayah k
Keesokan harinya, Ragil dan Gutomo dalam perjalanan menuju ruang rawat Sera dan Arsya. Mereka berjalan dengan di iringi oleh beberapa bodyguard milik Gutomo, untung saja orang-orang di sini tak melihat aneh ke arah mereka berdua. Sebab di sini hal biasa melihat orang penting di jaga dengan bodyguard dalam jumlah yang banyak.Sampai akhirnya mereka sampai di depan ruang rawat Arsya dan Sera, Ragil membuka pintu dan ia pun bersama dengan Gutomo. Sementara bodyguard berada di luar bersama dengan bodyguard Giory dan Louwen. Entah dari kapan mereka semua datang ke sini, tapi itu bagus untuk menjaga keamanan Sera dan Arsya."Ragil?" ujar Sera dari dalam saat melihat Ragil berjalan masuk bersama dengan seorang laki-laki yang sangat asing di matanya."Gimana kabar kalian?" tanya Ragil sembari meletakkan buah tangan yang ia bawa tadi ke atas nakas."Baik," jawab Arsya dan Sera bersamaa
Kini Reta dan Gutomo berada di taman rumah sakit, hanya berdua saja. Arsya, Sera, dan Ragil berada di ruang rawat yang tadi. Setelah berkata kepada Arsya dan yang lain bahwa mereka saling kenal, Reta mengajak Gutomo untuk berbicara hal yang sangat penting. Itu pun mereka bisa berduaan karena mendapatkan ijin dari Arsya.Awalnya Arsya tak memperbolehkan mereka pergi keluar, tapi Reta membujuk Arsya dengan berbagai macam cara agar Arsya mengizinkan mereka. Ia tau jika Arsya takut terjadi apa-apa dengan dirinya, apalagi ini luar negeri dan musuh masih berkeliaran. Terhitung sudah 5 menit ia dan Gutomo duduk berdua di sini, melihat orang-orang berlalu lalang sembari mendorong kursi roda yang berisi pasien."Kamu mengenal Arsya dari mana?" tanya Reta."Dia anakmu, mana mungkin aku tak tau," jawab Gutomo."Tapi sepertinya kalian tadi sudah dekat, sedangkan aku baru melihat kau
3 hari kemudian Arsya dan Sera sudah diperbolehkan pulang, sebenarnya hanya Sera yang diperbolehkan. Namun Arsya tetap kekeh ingin pulang, dan akhirnya diijinkan oleh dokter. Arsya pun harus beristirahat agar lukanya cepat kering, dan sekarang ia dan Sera berada di dalam pesawat.Gutomo dan Ragil pun ikut satu pesawat dengan mereka, Reta pun duduk bersama dengan Gutomo dan Ragil duduk di belakang. Intinya Sera dan Arsya duduk bersama, di pesawat ini pun hanya ada mereka tak ada lagi penumpang asing. Penerbangan kali ini Gutomo lah yang mengurus semua dari awal."Setelah ini kita akan tinggal di mana?" tanya Sera."Di apartemen aja, jangan kembali ke mansion. Takutnya mafia itu kembali lagi," balas Arsya."Semoga aja semua ini segera berakhir, aku capek banget. Lagi pula kita udah tau semuanya yang belum terkuak sudah kita ketahui," ucap Sera."Aku pu
Tak terasa Sera dan Arsya sudah sampai setelah perjalanan jauh mereka untuk kembali pulang ke dalam negeri. Kini mereka turun dari bandara dan berjalan menuju mobil jemputan, mereka semua memakai pakaian serba tertutup dan berjalan depan belakang.Untung saja Arsya sudah bisa berjalan seperti orang pada umumnya, hanya saja Sera masih sedikit kesakitan jika digunakan untuk berjalan terlalu lama. Sampai akhirnya mereka masuk ke dalam mobil, Arsya dan Sera duduk bersama sedangkan Ragil duduk di sebelah supir. Reta dan Gutomo menaiki mobil di belakang."Kalian mau ke mana terlebih dahulu? Atau istirahat di apartemen saja?" tawar Ragil."Bunda sama Om Gutomo mau ke mana dulu?" tanya Arsya."Mereka langsung datang ke tempat kejadian untuk melihat perkembangannya," jawab Ragil."Kita ikut mereka saja," jawab Arsya."Jangan, kau ha
Sementara Reta dan Gutomo berada di tempat kejadian di mana bom itu meledak. Dari kejauhan mereka melihat orang-orang meminggirkan puing-puing bangunan, ada juga yang menggotong korban yang baru di temukan. Jika melihat ini membuat Reta ingin menangis, tanah yang luas ini hanya diisi dengan puing-puing bangunan saja.Gutomo berdiri di samping Reta, matahari yang menyilaukan ini membuat ia menyipitkan mata. Semua orang ke sana kemari, petugas medis berada di sudut untuk memberikan pertolongan pertama kepada korban. Banyak sekali orang yang terjebak di sana, belum lagi bodyguard keluarga Giory dan anggota 2 mafia sekaligus."Aku ingin mencari keberadaan Alif," ucap Reta."Jangan ke sana, bahaya," cegah Gutomo."Mereka tak menemukan Alif, dia kesakitan kalau tak segera diselamatkan," ujar Reta."Puing-puing itu bisa saja jatuh ke bawah, biarlah mereka y
Sera berada di dalam rumah sakit, ia menemani Lia yang seorang diri berada di ruang rawat Robet. Arsya tak ikut dengan dirinya, sebab dia harus istirahat. Robet koma dan entah kapan dia bisa bangun dari masa komanya. Sera dan Lia duduk di sofa yang letaknya cukup jauh dari ranjang Robet.Ingin sekali Sera memangis melihat keadaan Robet, tapi ia harus menguatkan Lia. Dokter berkata bahwa besar kemungkinan Robet tak akan bangun, dan itu membuat mereka berdua merasa dwon dan putus asa. Sera tak mau merasakan yang namanya kehilangan lagi. Ia masih ingin menikmati waktu bersama dengan kedua orang tua kandungnya."Sera, papa kamu pasti sembuh' kan?" tanya Lia dengan suara parau."Pasti ma, papa akan bangun sebentar lagi," ucap Sera dengan nada yakin."Mama tenang, jangan menangis lagi. Sera enggak kuat kalau ngeliat mama nangis," ucap Sera.Lia mengangguk
Seperti apa yang dikatakan tadi, Arsya berada di lokasi kejadian bersama dengan Gutomo dan Reta. Mereka masih mengharapkan kabar baik dari para pencari korban, mereka menunggu di tenda darurat. Rian sudah di temukan, dia berhasil lompat dari bangunan itu. Sialnya, belakang bangunan itu langsung menuju jurang.Tapi syukur, Rian bisa selamat dan hanya mendapatkan luka akibat berbenturan dengan banyaknya pohon-pohon besar. Ini sungguh keajaiban dan Reta sangat bersyukur mendapati Informasi bahwa adiknya itu baik-baik saja. Arsya duduk di kursi yang ada di sana, ia terus merapalkan do'a berharap Alif akan datang dalam keadaan selamat."Bunda duduk dulu, jangan mondar-mandir," cegah Arsya."Bunda enggak tenang, semuanya sudah di temukan tapi ayah kamu belum," balas Reta dengan nafas gusar."Ayah akan secepatnya di temukan, Arsya mohon bunda tenang dulu. Bukankah bunda yang bilang j
Pagi harinya Sera disibukkan dengan kegiatan rutinnya, yaitu membantu Skay dan Darka bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Jangan lupakan fakta bahwa ia juga harus membantu Arsya bersiap-siap ke kantor, semuanya berteriak di tempat masing-masing membuat ia pusing. Darka dan Skay berada di kamarnya, dan Arsya juga berada di kamar. Mereka mencari sesuatu tak ketemu-ketemu sedangkan Arsya pun begitu, dia tak mau mencari sendiri dan berakhir saling bersahutan dengan Skay dan Darka memanggil nama Sera. "Momy, dasi dedek mana?" "Momy kaos kaki Skay hilang, mau beli lagi." "Kaos kaki kakak enggak hilang, jadi enggak usah beli lagi!" "Dasi dedek ada di kasur!" "Sayang berteriak lah, suara kamu enggak kedengaran oleh mereka." "Kamu juga! Dari dulu enggak mau pakai dasi sendiri." Begitulah perdeba
Seperti apa yang dikatakan tadi, Arsya dan Sera sudah berada di taman bermain khusus untuk anak-anak. Mereka duduk di bangku panjang bersama dengan Rian dan Lita, anak-anak bermain di depan sana. Lita membawa anaknya yang berusia 1,5 tahun berjenis kelamin laki-laki.Anaknya lucu dan mirip sekali dengan Rian dan Lita, Arsya sendiri berbincang-bincang dengan om nya itu. Rian sendiri sedikit terkejut melihat Arsya yang sudah dewasa dan penuh wibawa, sementara Sera dan Lita menghibur baby boy itu. Dua sahabat itu sama-sama sudah menikah dan mempunyai anak."Astaga, aku lupa nanya nama anak kamu," ujar Sera sembari menepuk jidatnya."Namanya Razka, itu yang kasih nama Rafa," jawab Lita."So sweet banget, Rafa pasti seneng punya adek laki-laki, dia juga udah besar terakhir kali ketemu dia masih nangis kalau minta eskrim," ucap Sera."Rafa baik banget, per
4 Tahun berlalu, kini kedua anak Arsya dan Sera sudah berumur 4 tahun. Mereka sangat aktif, apalagi Skay yang suka sekali mengganggu adiknya. Setiap beberapa bulan pasti keluarga Arsya atau Sera datang ke sini dan menginap selama 1 atau 2 bulan lamanya.Arsya mempunyai rumah mewah yang ukurannya tak terlalu besar, ia tak lagi tinggal di apartemen sejak 3 tahun yang lalu. Karena anak-anaknya sangat aktif, apalagi lantai apartemen berada paling atas. Jadi lebih baik mencegah sebelum hal buruk akan terjadi. Sekarang ini Arsya dan Sera berada di ruang bermain milik Skay dan Darka."Momy, dady, kenapa enggak adek aja sih yang jadi kakak?" tanya Darka yang saat ini berada di pangkuan Sera."Karena kakak kamu lahir duluan," jawab Sera seadanya."Teman-teman adik yang laki-laki jadi abang semua, adek sendiri yang jadi adek," ucap Darka."Memangnya kenapa kamu mau
Sera dan Arsya berada di trotoar, masing-masing dari mereka mendorong stroller yang berisikan baby Skay dan baby Darka. Mereka akan pergi menuju taman, karena di sana ada bazar. Sudah lama sekali Sera datang ke acara seperti itu, dan baru sekarang kesampean.Kedua anaknya pun sudah bisa sedikit untuk di atur, makanya ia berani membawa mereka keluar dari apartemen. Arsya berjalan sembari mendengarkan musik dari headset miliknya, tenang saja ia masih bisa mendengarkan jika Sera berbicara begitu juga dengan celotehan Skay dan Darka."Kamu beli tiketnya supaya kita bisa masuk," suruh Sera saat mereka sudah sampai di pintu masuk taman."Beli berapa?" tanya Arsya."2 aja, Skay sama Darka masih kecil," jawab Sera."Baiklah." Arsya berjalan membeli tiket, sementara Sera memegang dua stroller.Tak lama kemudian Arsya kembali, mereka
Detik, menit, jam, hari berlalu begitu cepat. Tepat pukul 3 dini hari Sera melahirkan 2 anaknya dalam keadaan sehat. Saat ini pun Arsya berada di ruang rawat Sera, tadi saat bayinya lahir ia meneteskan air mata karena terharu. Beberapa menit yang lalu Sera baru saja selesai menyusui kedua anaknya.Kebahagiaan semakin bertambah tak kala anak mereka berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, mereka mempunyai anak yang sepasang. Kedua anak itu sedang digendong oleh kedua neneknya yang baru saja datang. Suasana di sini ramai karena ada keluarga Arsya dan Sera, sedangkan Arsya sendiri menemani Sera di brankarnya."Terima kasih Sera," ucap Arsya tulus dari hati yang paling dalam."Sama-sama," balas Sera sembari tersenyum. Ia bangga dengan dirinya sendiri yang berhasil melahirkan dua anak itu dengan normal walapun resikonya tinggi."Arsya, kamu enggak mau gendong baby boy nya?" tanya
Tak terasa perut Sera sudah membesar, Arsya pun semakin protektif kepada Sera. Sera pun masih mengalami mual dan muntah tapi ia bersyukur karena masih ada Arsya di sekitarnya. Arsya selalu siap jika ia butuhkan, dia laki-laki yang siaga dalam 24 jam. Arsya juga selalu mengingatkan Sera agar dia minum obat tepat waktu.Hari-hari mereka habiskan dengan jalan-jalan berkeliling sembari menghapal tempat-tempat yang ada di sini. Kemarin Arsya belanja banyak sekali baju untuk Sera, dan saat ini pun mereka tengah belanja baju untuk kedua baby mereka yang sebentar lagi akan lahir. Walapun sedang mengandung, Sera masih saja terlihat cantik."Kamu kalau ambil jangan ragu-ragu, ambil sepuas kamu sayang," ucap Arsya."Nanti enggak kepake kalo banyak-banyak," sahut Sera malas."Cari warna yang netral yang cocok untuk laki-laki dan perempuan," pesan Arsya."Iya, ak
Pagi harinya Sera terbangun, ia mengerjapkan matanya perlahan-lahan. Ia melihat ke samping tempat tidur, ia sama sekali tak menemukan keberadaan Arsya di sini. Lantas ia berdiri, semoga saja pagi ini ia tak mual. Ia mencium bau lezat, dengan segera ia berjalan keluar dari kamar. Baunya semakin tercium.Sera berjalan ke dapur, ia melihat Arsya berada di sana dengan celemek melekat di tubuh atletis nya. Ia menggeleng pelan melihat tingkah Arsya dalam memasak, bagaimana tidak dia memakai tutup panci yang terbuat dari kaca untuk melindungi mukanya. Jaraknya dengan kompor ada kali satu meter."Masakan kamu bisa gosong Arsya," ucap Sera sembari menggeleng-gelengkan kepala."Minyaknya meletup-letup, mulai sekarang aku enggak bakal ijinin kamu masak. Bisa-bisa kulit kamu terbakar kena mintak panas," oceh Arsya."Ya iyalah, goreng ayah ya gitu. Kalau mau enggak ada minyaknya pakai aja
Arsya berada di dalam kantornya, ia berkutat dengan banyak sekali berkas-berkas yang harus di revisi. Sudah 4 jam ia hanya duduk di sini sedari tadi, juga ia harus lebih mengenal lagi sekretaris barunya. Untuk bahasa ia tak terlalu kesulitan, sebab sebagian karyawan di kantor sini memang di ambil dari negara asalnya.Karena sangat kesulitan mencari pegawai baru yang asli dari sini, jadi tak ada cara lain selain mengambang karyawan dari sana. Ia di ruangan ini bersama dengan sekretarisnya, dia lah yang membantu ia bekerja selama di sini. Dan dia lah yang memperkenalkan dirinya sebagai atasan kepada pegawai di sini."Apakah saya ada jadwal meeting?" tanya Arsya."Tidak, untuk hari ini bapak tak ada jadwal meeting.""Bisakah kau menyuruh mereka untuk lembur lagi? Perasaan saya tak enak kepada istri saya," ucap Arsya."Bisa pak.""Yasudah, saya
4 Bulan berlalu, pagi ini Sera berada di dalam apartemennya. Arsya sudah berangkat kerja dari 1 jam yang lalu, entah mengapa hari ini badannya terasa tak enak. Ia sudah berkali-kali keluar masuk kamar mandi untuk memutahkan isi perutnya. Sekarang ia tertidur di kasur dengan posisi miring.Ia pusing, lemas, mual, semuanya bercampur menjadi satu. Ia bari kepikiran bahwa dirinya belum datang bulan selama 2 bulan lamanya, lantas ia merubah posisinya menjadi duduk. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, apakah ia hamil? Sebab rasa mual ini sama sekali tak pernah dirinya dapatkan sebelumnya."Apakah aku hamil? Aku juga udah 2 bulan enggak datang bulan," batin Sera bertanya-tanya."Aku harus periksa ke dokter," gumam Sera, ia menelepon seseorang. Dia adalah pegawai yang ada di apartemen ini, ia pun kenal baik dengan dia karena dia berasal dari negara yang sama seperti dirinya.