Share

183. Keputusan 2

Author: Lis Susanawati
last update Last Updated: 2024-11-08 13:27:52

Apa istimewanya wanita itu. Diusia setengah abad lebih masih berdandan seseksi itu. Sungguh tidak sadar usia bahkan sudah punya cucu. Meski mamanya selalu berdandan dan modis, tapi Bu Ira sadar umur. Berpakaian sesuai dengan usianya.

Ah, Dikri sama sekali tidak punya pikiran seperti sang mama. Ia yakin papanya sudah berhenti dari semua itu. Namun sekarang ia mulai ragu, benarkah yang dikatakan sang mama. Orang yang mengenal papanya lebih dalam dari siapa pun.

Apa prasangka ini yang membuat mamanya sudah tidak peduli dan diam selama ini. Tidak pernah membahas lagi tentang pernikahan mereka?

"Ma, aku yakin papa sudah berubah." Dikri berusaha menepis praduganya sendiri.

"Alhamdulillah kalau papamu menyadari kekeliruannya. Namun menikah lagi bukan sebuah kesalahan untuk papamu, Dik. Disaat hubungan dengan mama nggak jelas seperti ini."

Ibu dan anak saling pandang. Dikri harus mencari tahu tentang papanya. Selama ini mereka hanya berkomunikasi biasa saja. Dikri yakin papanya tidak mengajak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (14)
goodnovel comment avatar
Ibook Utami
diseblah mana kak?apakah sdh tamat?
goodnovel comment avatar
PiMary
Asli, rasanya kayak nyempil ditenggorokan......aku ttp sabar menanti mba Lies...
goodnovel comment avatar
ant
mbak lis, knapa cuma 1 bab? penulis lain bole up 3 ato 4 bab sehari.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   184. Keputusan 3

    "Kami lumayan dekat. Hampir setiap hari kalau makan siang sering bertemu.""Apalagi yang kamu tunggu? Jangan sampai terlepas.""Besok sore kami bertemu di Surabaya. Akan kukenalkan dia pada orang tuaku.""Siipp, gitu dong.""Usianya dua tahun di atasku. But age is just a number, right?""Kamu benar." Dikri mengambil kopi pesanannya dari atas nampan yang di antar untuknya. Usia hanya angka. Puspa pun sangat bahagia dengan Bram meski usia mereka selisih jauh. Tapi kalau lelakinya yang lebih dewasa, sudah biasa."Mas Dikri, sendiri bagaimana?" Rayyan pun penasaran dengan kisah asmara temannya. Selama ini Dikri tidak pernah menceritakan satu perempuan pun.Dikri hanya tersenyum. Dia belum bisa menceritakan tentang Najiya. Karena semua yang dibahas dengan sang mama tadi, baru sebuah rencana.Kemudian mereka berbincang tentang berbagai tema. Pekerjaan, juga kedekatan Rayyan dengan gadis yang belum disebutkan namanya."Kutunjukin cewek itu, Mas. Kalau kami ada jodoh, mungkin aku akan tinggal

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   185. Apa masih ada harapan? 1

    PERNIKAHAN - Apa masih ada harapan?Indah lega melihat rombongan keluarganya sudah sampai. Dia tersenyum ketika bersipandang dengan sang adik. "Mbak bahagia banget kamu beneran datang," bisik Indah saat Puspa menghampiri.Puspa tersenyum. Lantas menyalami semua orang yang telah hadir lebih dulu di sana. Bu Wanto pun memeluk Puspa. "Kamu tambah cantik saja, Puspa," pujinya seraya mencium pipi Puspa. Dulu Indah sering mengajaknya berkunjung ke rumah sang mertua."Makasih, Bu." Kemudian beralih pada Bu Ira. Dadanya berdegup kencang saat bersipandang dengan wanita yang memandangnya dengan tatapan sendu."Puspa." Bu Ira memeluknya. Air matanya ikut merambat turun. Hal yang sempat membuat Bu Wanto heran. Ada apa iparnya sampai menangis?Puspa tidak bicara apa-apa selain membalas senyum wanita itu. Kemudian ia beralih memandang Dikri dan menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Baru kali ini mereka berada dalam jarak yang begitu dekat. Dikri membalas dengan menangkupkan tangannya juga,

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   186. Apa masih ada harapan? 2

    Acara ulang tahun akhirnya selesai. Satu per satu tamu pulang. Dikri juga pamit lebih dulu, memberikan anggukan sopan kepada Puspa dan Bram sebelum meninggalkan ruangan bersama sang mama tanpa banyak kata. Puspa merasa ada beban yang sedikit terangkat dari hatinya, meski bayangan masa lalu itu mungkin tak sepenuhnya akan hilang. Namun, pertemuan ini membuatnya menyadari bahwa dia lebih kuat dari yang pernah ia bayangkan.Masa lalu memang tak bisa dihapus, tapi dia memiliki kesempatan untuk menyusun masa depan lebih baik bersama Bram yang selalu disisinya.***L***"Terima kasih untuk malam ini, Mas," ucap Puspa pada sang suami yang berdiri di sebelahnya. Memegang tangan Bram dengan penuh kelembutan. "Mas tahu, aku bisa melalui semua ini karenamu."Bram merangkul bahu Puspa. Saat itu mereka sedang berada di samping baby crip. Di mana A'im sudah terlelap dengan pulas."Kamu sendiri perempuan yang hebat. Berterima kasihlah para diri sendiri, Puspa. Di mana kamu mampu melewati semua ini."

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   187. Apakah masih ada harapan? 3

    "Aku tahu, Ma. Aku fokus dulu ke karirku. Doakan aku segera mendapatkan promosi jabatan.""Doa-doa mama, hanya tentang kamu, Denik, dan Denny."Dikri terharu. "Makasih, Ma. Oh ya, mungkin aku pulangnya larut malam. Mama, nggak usah nunggu. Aku bawa kunci sendiri. Sebab aku mesti nganterin papa dulu ke rumahnya. Papa cuti seminggu, Ma." Dikri diam sejenak, kemudian kembali memandang sang mama. "Kalau kecurigaan Mama nggak benar dan papa ternyata selama ini tetap sendirian, apa Mama masih membuka peluang papa untuk kembali?"Bu Ira menghabiskan teh di gelas, lantas memandang serius ke putranya. "Kenapa kamu sangat yakin kalau papamu ingin kembali? Bukankah selama ini papamu diam saja dan itu berarti sudah nyaman dengan keadaannya? Sampaikan ke papamu, Dik. Mama nggak mempermasalahkan kalau papamu ingin menikah lagi. Silakan dengan wanita mana saja yang pernah dekat dengannya. "Mama sudah nggak memikirkan lagi hidup berumahtangga. Sekarang papamu sudah punya banyak uang. Dia bisa mengur

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   188. Kebesaran Hati 1

    PERNIKAHAN - Kebesaran Hati "Mama, belum tidur?" Dikri kaget saat masuk rumah, lampu ruang tengah tiba-tiba dinyalakan. Jam satu malam ia baru sampai rumah."Mana mungkin mama bisa tidur kalau kamu belum pulang.""Kalau gitu, mama sekarang istirahat. Sudah jam satu.""Kamu mau mandi, biar mama rebusin air dulu.""Nggak usah, Ma. Aku cuci tangan sama kaki saja terus tidur. Oh ya, ini ada oleh-oleh dari papa." Dikri memberikan paper bag pada sang mama. Kemudian m meletakkan tasnya di atas kursi dan langsung ke kamar mandi.Selesai cuci kaki, tangan, dan ganti baju terus rebah di ranjangnya. Dalam hitungan detik, Dikri terlelap karena kecapekan.Bu Ira tidak langsung tidur. Dia ke belakang untuk berwudhu dan menunaikan salat mutlaq. Setiap bermunajat dalam keheningan malam, ia merasa sangat tenang. Baginya sekarang, tidak ada yang lebih menentramkan kecuali beribadah.***L***"Mama, dikasih oleh-oleh apa sama papa?" tanya Dikri pagi itu ketika mereka tengah sarapan. Dia memang tidak me

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   189. Kebesaran Hati 2

    Ponsel Bram di atas meja kecil berdering. Puspa melihat siapa yang menelepon. "Mas, ada telepon dari Bu Harso.""Angkat saja.""Halo, Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam." Bukan suara Bu Harso, tapi suaranya Santi."Ada apa, Mbak?""Aku mau bicara sama Mas Bram.""Mas Bram lagi sibuk, Mbak. Ada pesan apa nanti saya sampaikan.""Sebentar saja. Bisa nggak?" Wanita di seberang memaksa."Nggak bisa diganggu Mas Bram-nya, Mbak. Jangan khawatir, nanti pasti saya sampaikan." Puspa jadi geram. Memangnya mau bicara apa. Bram pun sudah memberitahu Santi atau Bu Harso, kalau ada urusan yang mungkin perlu disampaikan ke Vanya dan Sony, bisa bicara langsung pada Puspa. Tapi wanita itu sepertinya tidak percaya padanya."Besok malam, ada acara arisan keluarga di rumah mama. Vanya dan Sony disuruh datang atau biar aku yang jemput mereka.""Oke. Nanti aku kasih tahu ke Mas Bram."Panggilan langsung ditutup begitu saja tanpa mengucapkan salam. Bram mendekat sambil mengendong A'im. "Ada apa?""Mbak Sant

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   190. Kebesaran Hati 3

    "Nggak apa-apa, Pa. Aku sudah bisa menerima semuanya. Setahun ini, aku merasa hidupku jauh lebih tenang. Aku sekarang lebih fokus ke Dikri, memastikan dia segera menikah. Usianya sudah tiga puluh satu tahun.""Papa juga mengingatkan Dikri untuk segera berumahtangga."Kembali keheningan menerpa. Dikri yang diam-diam menajamkan pendengaran dari balik pintu kamar, cukup geram. Kedua orang tuanya masih juga berbelit-belit seperti anak muda."Kalau Papa ingin menikah lagi, monggo. Di usia tua, perlu juga pendamping hidup supaya ada teman. Tapi selesaikan dulu urusan di antara kita." Bu Ira bicara dengan pembawaan yang kalem. Tidak ada amarah dan emosi seperti dulu.Pak Maksum menghela nafas panjang. "Apa papa sudah nggak diberikan kesempatan lagi untuk kembali bersama kalian, Ma? Papa tahu terlalu sering menyakiti. Namun papa sudah menyadari kesalahan itu."Papa ingin menghabiskan masa tua dengan keluarga kita. Biar Dikri tenang dan bisa memikirkan untuk masa depannya."Bu Ira memandang l

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   191. Masih Normal 1

    PERNIKAHAN- Masih Normal "Kenapa Mbak Santi itu nggak pernah bersikap ramah sedikit saja sama aku ya, Mas?" Puspa penasaran. Saat itu mereka sudah di perjalanan."Kamu kepikiran tentang hal itu?" "Nggak, sih. Heran saja.""Nggak usah heran. Memang ada orang yang seperti itu. Sudah tabiatnya. Jika nasehat manusia tidak bisa menyadarkannya, biar Allah saja yang menegur dengan cara-Nya."Puspa merinding mendengar ucapan suaminya. Pak Maksum, istrinya, dan Dikri saja bisa menyadari kesalahannya dan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik. Kenapa Santi yang tidak separah mereka, tidak juga mau berubah.Mungkin dia menganggap sikapnya itu hal yang wajar. Jadi tidak pernah merasa keliru. Kalau terlalu fatal seperti keluarga Pak Maksum, sangat kentara dan akhirnya membuat mereka bisa instrospeksi diri.Bram pun sudah tidak mempermasalahkan keluarga mertuanya hendak seperti apa. Bukan urusannya lagi, selagi mereka tidak menghasut Vanya dan Sony. Anak-anak pun sekarang sudah mengerti, mana

Latest chapter

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   197. Nikah Yuk! 1

    PERNIKAHAN - Nikah, yuk!Dikri memperhatikan seorang perempuan yang memakai setelan kantoran warna abu-abu berdiri di seberang jalan. Segera disusulnya Maya untuk diseberangkan. Karena lalu lintas sangat ramai."Kamu istirahat sampai jam berapa?" tanya Dikri saat mereka berjalan beriringan masuk ke rumah makan."Jam satu lebih tiga puluh lima menit. Tapi aku harus salat zhuhur juga."Mereka duduk dan langsung memesan makanan. "Kamu biasa makan siang di sini?" tanya Dikri."Nggak. Biasanya aku bawa bekal atau makan di kantin. Kebetulan hari ini aku nggak bawa karena tadi aku dan mama bangun kesiangan. Siang ini pas banget dapat traktiran." Maya terkekeh. Dia terlihat ceria daripada saat bertemu Dikri beberapa waktu yang lalu. "Oh ya, tadi kamu bertemu klien di mana?""Di Kertosono.""Setelah ini nanti langsung kembali ke kantor?""Iya. Kamu pulang jam berapa?""Jam empat. Kalau banyak kerjaan, kadang jam tujuh malam baru nyampe rumah.""Makan dulu, May." Dikri mempersilakan saat pra

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   196. Teman Lama 3

    Mereka berdua terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Maya memandangi suasana alun-alun yang selalu ramai di Minggu pagi.Meski mereka sudah berbincang-bincang, tapi Dikri tidak memberitahu bahwa ia pernah melihat mantan suami Maya bersama wanita lain di dalam mobil."Oh ya, kamu belum punya anak?""Pernikahanku sebenarnya dibilang baik-baik saja hanya dua bulan, Dik. Selebihnya kami pisah rumah hingga bercerai. Dia sudah membawa wanita lain ke rumah semenjak ketahuan selingkuh. Mungkin ini balasanku karena ninggalin kamu disaat sedang butuh dukungan.""Nggak, May. Jangan punya pikiran seperti itu. Anggap semuanya takdir." Dikri tidak ingin Maya punya pikiran demikian, karena dirinya juga bukan tunangan yang baik. "Nomer teleponmu masih sama?""Aku sudah ganti nomer semenjak menikah.""Boleh minta?""Iya."Keduanya menyimpan nomer masing-masing. Dilanjut berbincang hingga hari beranjak siang. "Sudah siang, aku mau pulang dulu, Dik. Kapan-kapan ketemuan lagi.""Kamu naik apa?"

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   195. Teman Lama 2

    Maya diam sejenak. Ada jeda yang panjang, Maya tidak tahu harus mulai dari mana. Wajah Maya tertunduk. Sejujurnya, sejak ia bercerai, ia kerap membayangkan jika takdir membawanya bertemu Dikri lagi. Namun itu sungguh tidak tahu diri. Dia yang tega memutuskan pertunangan mereka disaat Dikri sedang terpuruk."Dikri, aku …" Maya menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Banyak hal yang terjadi dalam hidupku setelah kita ....""Setelah kamu menikah?" potong Dikri seolah tidak ada beban. Dia sudah melupakan dan tidak pernah dendam pada Maya setelah ditinggalkan.Maya mengangguk, menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuknya. "Iya. Pernikahan itu nggak seperti yang kubayangkan. Setelah beberapa bulan, suamiku mulai berubah. Dia kasar, dan ternyata dia juga selingkuh. Aku malu cerita seperti ini sama kamu. Aku merasa sangat bersalah telah meninggalkanmu di saat-saat sulit demi menuruti keinginan orang tuaku."Kami memutuskan hubungan pertunangan waktu itu juga

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   194. Teman Lama 1

    PERNIKAHAN- Teman Lama"Kamu pakai baju seperti itu?" seloroh Bu Ira saat melihat Dikri keluar kamar hanya memakai kaus dan celana pendek."Iya, Ma. Memangnya kenapa?"Bu Ira tampak termangu sejenak. Kalau sang anak memakai baju seperti itu, berarti dia tidak sedang janjian sama cewek. "Oh, nggak apa-apa. Hati-hati di jalan. Kamu mau ketemuan sama temanmu di mana?""Di car free day, Ma.""Jam segini car free day sudah buyar, Dik." Bu Ira memandang jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sembilan."Kami cuman mau ngopi sama ngobrol. Siapa tahu ada prospek bisnis yang bisa kujadikan sampingan.""Ya sudah.""Aku pergi dulu, Ma. Motornya kubawa. Assalamu'alaikum.""Iya, hati-hati. Wa'alaikumsalam," jawab Bu Ira seraya membereskan meja makan. Kecewa. Ternyata belum ada tanda-tanda Dikri dekat dengan perempuan.Motor Dikri melaju pelan di jalan desa pinggir sawah. Sinar matahari semakin terang, membuat embun di dedaunan perlahan-lahan menguap dan menghilang. Namun, kesejukan pagi masih

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   193. Masih Normal 3

    "Semoga kamu selalu sehat sampai lahiran. Mbak ikut bahagia, Pus." Netra Indah berkaca-kaca. "Aamiin." Puspa merangkul sang kakak. Sekali pun sudah ikhlas menerima kondisinya, tapi dalam hati Indah, pasti berharap bisa hamil lagi. Untung ada Denny yang sangat menghiburnya.Dalam kesempatan itu, mereka foto bersama-sama dengan seluruh keluarga. Bram menggendong A'im seraya memeluk pinggang sang istri. Di samping kiri dan kanan berdiri Vanya, Sony, orang tua mereka dan kerabat yang lain. Angin yang semilir dan bulan purnama di angkasa sana, seolah menjadi saksi kebagian Bram dan keluarganya.***L***"Siapa yang ngasih lapis Surabaya ini, Ma?" tanya Dikri yang baru keluar dari kamarnya. Mencomot satu potong kue dan memakannya. Biasa kalau libur kerja, habis salat subuh kembali tidur dan bangun sekitar jam delapan pagi."Jiya yang ngasih. Semalam baru datang. Tadi Rayyan juga mencarimu ke sini. Mama bilang kalau kamu belum bangun.""Dia masih di sini?" Bram melihat ke luar lewat pintu.

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   192. Masih Normal 2

    Rayyan mengangguk. "Jiya juga asli sini, Mas. Cuman kerjanya di Kediri. Kantornya bersebelahan dengan kantor saya." Rayyan mengulas sedikit kedekatan mereka, juga menyebutkan tempat tinggal Najiya. Bram yang asli kota angin, tahu desa tempat tinggal gadis itu.Pesanan mereka datang dan langsung makan sambil berbincang. Puspa lega, Rayyan sudah menemukan tambatan hatinya. Tidak terbelenggu lagi oleh kisah mereka yang tidak pernah kesampaian.Puspa menghindari bertemu pandang dengan lelaki itu. Karena binarnya masih terlihat ada cinta untuknya. Bram bisa membawa keadaan menjadi sangat nyaman dan hangat. Dia bertanya, juga menceritakan tentang kondisi perekonomian sekarang ini. Berbagi pendapat dengan Rayyan. Bram yang disangkanya kaku oleh Rayyan, bisa seramah itu dan cukup enak diajak berbincang.Tentu saja. Sebab Bram seorang wirausaha yang sering berhadapan dengan banyak orang dari berbagai kalangan. Tentang cemburu, bukan tidak ada lagi rasa itu. Namun dia tahu bagaimana cara menge

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   191. Masih Normal 1

    PERNIKAHAN- Masih Normal "Kenapa Mbak Santi itu nggak pernah bersikap ramah sedikit saja sama aku ya, Mas?" Puspa penasaran. Saat itu mereka sudah di perjalanan."Kamu kepikiran tentang hal itu?" "Nggak, sih. Heran saja.""Nggak usah heran. Memang ada orang yang seperti itu. Sudah tabiatnya. Jika nasehat manusia tidak bisa menyadarkannya, biar Allah saja yang menegur dengan cara-Nya."Puspa merinding mendengar ucapan suaminya. Pak Maksum, istrinya, dan Dikri saja bisa menyadari kesalahannya dan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik. Kenapa Santi yang tidak separah mereka, tidak juga mau berubah.Mungkin dia menganggap sikapnya itu hal yang wajar. Jadi tidak pernah merasa keliru. Kalau terlalu fatal seperti keluarga Pak Maksum, sangat kentara dan akhirnya membuat mereka bisa instrospeksi diri.Bram pun sudah tidak mempermasalahkan keluarga mertuanya hendak seperti apa. Bukan urusannya lagi, selagi mereka tidak menghasut Vanya dan Sony. Anak-anak pun sekarang sudah mengerti, mana

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   190. Kebesaran Hati 3

    "Nggak apa-apa, Pa. Aku sudah bisa menerima semuanya. Setahun ini, aku merasa hidupku jauh lebih tenang. Aku sekarang lebih fokus ke Dikri, memastikan dia segera menikah. Usianya sudah tiga puluh satu tahun.""Papa juga mengingatkan Dikri untuk segera berumahtangga."Kembali keheningan menerpa. Dikri yang diam-diam menajamkan pendengaran dari balik pintu kamar, cukup geram. Kedua orang tuanya masih juga berbelit-belit seperti anak muda."Kalau Papa ingin menikah lagi, monggo. Di usia tua, perlu juga pendamping hidup supaya ada teman. Tapi selesaikan dulu urusan di antara kita." Bu Ira bicara dengan pembawaan yang kalem. Tidak ada amarah dan emosi seperti dulu.Pak Maksum menghela nafas panjang. "Apa papa sudah nggak diberikan kesempatan lagi untuk kembali bersama kalian, Ma? Papa tahu terlalu sering menyakiti. Namun papa sudah menyadari kesalahan itu."Papa ingin menghabiskan masa tua dengan keluarga kita. Biar Dikri tenang dan bisa memikirkan untuk masa depannya."Bu Ira memandang l

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)   189. Kebesaran Hati 2

    Ponsel Bram di atas meja kecil berdering. Puspa melihat siapa yang menelepon. "Mas, ada telepon dari Bu Harso.""Angkat saja.""Halo, Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam." Bukan suara Bu Harso, tapi suaranya Santi."Ada apa, Mbak?""Aku mau bicara sama Mas Bram.""Mas Bram lagi sibuk, Mbak. Ada pesan apa nanti saya sampaikan.""Sebentar saja. Bisa nggak?" Wanita di seberang memaksa."Nggak bisa diganggu Mas Bram-nya, Mbak. Jangan khawatir, nanti pasti saya sampaikan." Puspa jadi geram. Memangnya mau bicara apa. Bram pun sudah memberitahu Santi atau Bu Harso, kalau ada urusan yang mungkin perlu disampaikan ke Vanya dan Sony, bisa bicara langsung pada Puspa. Tapi wanita itu sepertinya tidak percaya padanya."Besok malam, ada acara arisan keluarga di rumah mama. Vanya dan Sony disuruh datang atau biar aku yang jemput mereka.""Oke. Nanti aku kasih tahu ke Mas Bram."Panggilan langsung ditutup begitu saja tanpa mengucapkan salam. Bram mendekat sambil mengendong A'im. "Ada apa?""Mbak Sant

DMCA.com Protection Status