Share

Bab 4

Penulis: Aura_Aziiz16
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-09 22:11:00

Part 4

 

"Ris, kamu di mana? Malam ini kamu off kan? Bisa bantu mbak nggak?" tanyaku pada Aris, adik bungsuku yang berprofesi sebagai seorang petugas keamanan sebuah instansi pemerintah.

 

"Minta bantu apa ya, Mbak? Kalau Aris bisa bantu, insyaallah Aris bantu?" tanya Aris di seberang telepon.

 

"Kamu bisa ke kantornya Mas Donny nggak sekarang? Coba lihat, beneran nggak Mas Donny lagi kerja lembur bareng temennya?" jawabku.

 

"Mas Donny kerja lembur? Malam-malam gini, Mbak? Yang bener aja. Oke, Aris otewe kalau gitu. Tapi tumben-tumbenan mbak nguatirin Mas Donny, ada apa memangnya, Mbak?" tanya Aris ingin tahu.

 

"Nggak ada apa-apa sih, Ris. Mbak cuma pengen tahu aja. Maklum zaman sekarang 'kan banyak kuntilanak yang suka ganggu rumah tangga orang. Jadi Mbak mau prepare aja sebelum kejadian beneran, Ris," sahutku memberi alasan. 

 

Sebenarnya jujur saja aku merasa malu harus melibatkan adik lelakiku dalam urusan rumah tangga seperti ini, tapi kalau bukan ke Aris aku minta tolong, mau ke siapa lagi. Nggak mungkin aku datang ke kantor Mas Donny malam-malam begini sendirian. Bisa-bisa malah insiden di jalan nanti.

 

"Oh gitu. Ya udah deh, Mbak. Aris otewe sekarang ya. Mbak tunggu aja nanti kabar dari aku."

 

"Oke, makasih sebelumnya ya, Ris. Maaf, Mbak jadi merepotkan kamu," ucapku.

 

"Never mind, Mbakku Sayang," sahut Aris lalu mematikan telepon.

 

Setelahnya aku duduk menunggu kabar dari adikku itu sambil nonton televisi.

 

Setengah jam kemudian Aris kembali menelpon.

 

"Mbak, nggak ada pegawai lembur tuh kayaknya. Kantor sepi-sepi aja. Malah aku tadi ketemu temen yang kerja jadi satpol PP. Katanya nggak ada kantor yang lembur," beritahu Aris dari seberang.

 

Mendengar penjelasan Aris, aku jadi tercenung. Kalau benar begitu, berarti kecurigaanku tidak salah, Mas Donny memang nggak sedang lembur melainkan kemungkinan besar sedang menginap bersama teman wanitanya itu. Hmm, awas saja kamu, Mas. Kalau sampai aku memergokimu, akan kubuat perhitungan denganmu! Kesalku.

 

"Ya, udah, Ris. Makasih ya. Kamu cepat pulang ya, hari sudah malam," jawabku pada Aris, menyuruh adikku itu cepat pulang ke rumah.

 

Kami tinggal dalam satu kota. Aris tinggal bersama kedua orang tuaku dan adik-adik. Sedangkan aku karena sudah berumah tangga sendiri, maka tinggal bersama suami. Jarak rumahku ini dan rumah orang tua pun tidak terlalu jauh, hanya sekitar sepuluh kilometer. Sama seperti jarak ke rumah orang tua Mas Donny.

 

"Iya, Mbak. Mbak yang sabar ya. Kalau Mas Donny macam-macam, mbak kasih tahu aku aja. Aku nggak akan membiarkan mbak diperlakukan seenaknya sama Mas Donny soalnya," ucap Aris lagi.

 

"Kamu tenang aja, Ris. Kalau Mas Donny macam-macam, mbak juga nggak akan tinggal diam begitu saja. Mbak pantang dibohongi. Kalau memang sudah nggak suka, Mas Donny tinggal bilang aja, nggak usah main kucing-kucingan begini. Mbak mah gak papa disuruh pulang ke rumah orang tua, asal jangan dipermainkan begini," sahutku kesal.

 

"Iya, Mbak. Mbak yang kuat ya. Besok Aris ke sana. Aris mau bantuin kalau misalnya Mas Donny beneran ada apa-apa di luaran."

 

"Makasih, Ris. Tapi kamu jangan bilang ibu dan bapak ya. Mbak nggak mau ibu sama bapak susah hati."

 

"Siap, Mbak. Tenang aja, Aris akan simpan rahasia sampai Mbak cerita sendiri," sahut Aris lagi.

 

"Iya, Ris. Makasih ya," ucapku lalu menutup telepon.

 

Sesudah komunikasi antara aku dan adikku usai, aku pun beranjak menuju ke kamar. Sampai di kamar kubaringkan tubuh di atas kasur. Pikiranku tak tenang memikirkan apa yang sedang dilakukan Mas Donny saat ini dan bagaimana caranya supaya bisa mengetahui apa sebenarnya yang sedang dilakukan Mas Donny sekarang di luaran. Katanya mau kerja lembur bareng Dika, rekan kerjanya, tetapi nyatanya tidak.

 

Drrt ... ddrt ... drrt ....!

 

Sedang aku melamun, ponselku bergetar keras. Kuambil benda itu dan membuka pesan w******p yang nampaknya baru saja dikirimkan oleh seseorang padaku.

 

Ada pesan dari kontak bernama Irma. Seingatku ia adalah istri teman kantor Mas Donny. Kami bertemu saat sama-sama;menghadiri acara darma wanita persatuan di instansi mana suamiku dan suaminya bekerja, lebih enam bulan lalu. 

 

Di situlah kami saling berbagi nomor kontak w******p dan sempat saling say hello di telepon. Sayang, setelah itu hampir tak pernah ada pertemuan lagi karena kata Mas Donny, kantor tak lagi membuat acara pertemuan karena efek pandemi Corona dan aku percaya saja.

 

[Assalamualaikum. Mbak Nisa, ke mana aja kok nggak pernah ikut acara arisan kantor lagi?] Bunyi W******p dari Irma.

 

Acara arisan kantor? Bukannya Mas Donny bilang, kantor sudah tidak lagi mengadakan acara arisan karena berbagai macam alasan yang tidak dia jelaskan secara detail?

 

[Waalaikum salam. Memangnya acara arisan masih lanjut ya, Mbak?] Balasku bertanya.

 

[Masih, Mbak. Makanya ini Bu Kadis nanyain, Mbak ke mana aja kok nggak pernah ikut acara kantor lagi? Apa iya, Mbak dilarang aktivitas ke luar rumah lagi sama dokter karena sedang program kehamilan?] tanya Mbak Irma lagi.

 

Membaca pesan itu, sontak aku merasa kaget. Apa-apaan ini, siapa yang bilang aku nggak boleh aktivitas di luar rumah lagi karena sedang promil? Bohong banget! Mas Donny aja malah santai banget saat aku ngebet mengajaknya ikut program kehamilan dulu. Lantas siapa yang bilang aku tak boleh keluar rumah karena sedang program itu?

 

[Siapa yang bilang saya nggak boleh aktivitas ke luar rumah lagi karena sedang promil, Mbak? Iya sih saya sedang menunggu hamil lagi, tapi nggak juga sampai gak boleh ke luar rumah.] sahutku jujur.

 

[Yang bilang Pak Donny sendiri, Mbak. Makanya ini saya konfirmasi langsung ke Mbak. Kebetulan saya ingat masih nyimpen nomor hape Mbak, jadi saya wa mbak aja langsung. Besok pagi ada acara arisan di kantor. Bu Kadis minta Mbak untuk hadir, nggak boleh alpa lagi katanya, Mbak. Jadi usahakan Mbak datang ya. Lagian sekali-kali nggak papa 'kan kita para istri pegawai kumpul di kantor biar tahu ada kabar apa suami kita di kantor.] ujarnya sembari menyelipkan emoji tertawa sambil menutup mulut.

 

Membaca pesan itu aku merasa ada sesuatu yang sepertinya hendak disampaikan Mbak Irma padaku, tapi ia tak mau bicara langsung. Perasaanku mengatakan itu. Ah, apa jangan-jangan Mas Donny memang sudah bikin masalah di kantor ya dan semua orang sudah tahu?

 

[Memang ada kabar apa sekarang di kantor, Mbak? Saya udah lama nggak ikut kumpul-kumpul soalnya?"] tanyaku, ingin tahu.

 

[Hmm, nggak ada apa-apa sih, Mbak. Paling ada gosip-gosip aja dikit. Makanya mbak datang aja ya, biar tahu sendiri.] Balas Mbak Irma lagi membuatku merasa semakin penasaran.

 

[Oke deh, Mbak kalau gitu besok pagi aku usahakan supaya bisa hadir ya. Makasih infonya ya, Mbak.] ucapku berterima kasih atas infonya yang Mbak Irma sampaikan.

 

[Sip. Sama-sama, Mbak.] balasnya pula.

 

Setelah itu komunikasi antara aku dan Mbak Irma berakhir, tapi tidak dengan rasa ingin tahuku. Ada apa sebenarnya sampai Mas Donny tak mau memberitahuku kalau di kantornya ada acara istri pegawai yang ternyata masih rutin dilakukan?

 

Apa ada yang disembunyikan oleh suamiku itu? Ah, jangan-jangan perempuan yang menjadi selingkuhan suamiku itu adalah rekan kerjanya satu kantor sehingga untuk menghindari supaya aku tak mencium perbuatannya, ia terpaksa mengarang cerita kalau di kantornya tak pernah lagi diadakan acara ibu-ibu darma wanita dan beralasan aku sedang mengikuti program kehamilan supaya tak diminta hadir di acara itu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Keyla Putri
lanjut semangat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 5

    Part 5"Hai, Bu Donny. Tumben hari ini bisa ikut arisan? Ke mana aja selama ini? Kok nggak pernah kelihatan?" tanya seorang ibu menyapaku saat aku baru saja masuk ruangan pertemuan dinas di mana acara arisan para istri pegawai kantor di mana suamiku bekerja ini dilaksanakan. Kalau tidak salah namanya Bu Lina, istri Pak Anton, teman satu ruangan Mas Donny."Iya, Bu. Alhamdulillah hari ini bisa hadir," jawabku basa basi. Enggan rasanya jujur mengatakan kalau selama ini aku tak bisa hadir karena tak pernah diberitahu suamiku kalau acara arisan ibu-ibu istri pegawai ini ternyata masih rutin dilakukan setiap bulannya. Apa kata mereka kalau tahu Mas Donny sengaja tak memberitahuku supaya aku tak bisa ikut hadir di acara pertemuan bulanan para istri pegawai ini?"Eh ada Mbak Nisa. Syukurlah Mbak bisa hadir. Nanti jangan lupa isi daftar hadir ya, Mbak soalnya Bu Kadis udah nanyain terus lho dari bulan kemarin," celetuk Mbak Irma yang tiba-tiba datang dari arah pintu ruang aula tempat di mana

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-09
  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 6

    Part 6 "Mbak Lina, maaf ... saya bisa minta informasi soal perempuan yang katanya sering pergi dengan suami saya nggak? Kata Mbak Irma, Mbak kenal?" tanyaku pada Mbak Irma setelah meminta izin mengajaknya menjauh dari kerumunan ibu-ibu peserta arisan. Aku tak peduli apa yang akan Mbak Lina pikirkan soal aku saat ini. Yang jelas rasa tak sabar dan penasaran yang menggunung tinggi soal siapa perempuan yang kata Mbak Irma tadi ada di mobil Mas Donny, sudah saatnya dituntaskan. Aku tak mau lama-lama menahan rasa ingin tahu yang membuatku makin bingung dan tak tenang. "Oh, Mbak Irma ngomong apa emangnya, Mbak? Saya juga takut fitnah soalnya, tapi kabarnya sih cukup santer kalau Pak Donny sering pergi berduaan dengan stafnya yang masih honorer bernama Nina. Saya sih tau ini juga dari suami. Kan suami satu ruangan dengan suami Mbak. Tapi sekarang Nina sudah nggak kerja lagi sih. Sejak orang-orang ramai-ramai bergosip, Nina mengundurkan diri. Tapi ada yang bilang juga kalau Nina berhe

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-09
  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 7

    Pulang dari acara arisan, dengan mengendarai roda dua aku bergegas menuju alamat yang tertera dalam secarik kertas yang diberikan Mbak Lina padaku.Alamat itu tidak begitu jauh dari sini. Paling-paling hanya sekitar setengah jam perjalanan. Namun, karena hati sudah ingin segera bertemu dan sampai di kediaman perempuan itu, perjalanan sejauh itu terasa sangat lama.Apalagi sampai saat ini ponsel Mas Donny pun belum bisa dihubungi. Itu membuatku makin didera rasa penasaran dan tak sabar ingin cepat-cepat sampai di kediaman Nina.Aku membelokkan roda dua begitu sampai di sebuah persimpangan yang sesuai keterangan dari Mbak Lina adalah persimpangan menuju ke tempat kediaman Nina.Aku curiga saat ini suamiku itu masih berada di rumah perempuan itu. Buktinya sampai acara arisan tadi selesai dan aku pulang, sosok Mas Donny belum juga tiba di kantor.Menurut keterangan Mbak Lina, yang mana ia juga mendapat kabar ini dari suaminya yang merupakan teman satu ruangan suamiku, sudah satu bulan ini

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02
  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 8

    "Saya cuma mau tanya, apa benar kamu ada hubungan dengan suami saya? Kalau memang iya, saya mohon hentikan sekarang juga karena sebagai istri sah Mas Donny, saya nggak rela suami saya punya simpanan atau istri lain selain saya! Kita sama-sama perempuan Nina. Apa kamu nggak malu dan nggak punya hati sampai tega mengambil suami orang seperti ini?" ucapku dengan menahan nada suara supaya tak terdengar emosi dan marah. Aku tak mau gegabah karena aku ingin menyelesaikan persoalan ini dengan cara yang cerdas dan bermartabat.Kalau masih bisa dibicarakan baik-baik, aku memang ingin semuanya selesai dengan baik-baik saja, tanpa perlu ada keributan atau pertikaian meski pun di sini posisiku berada di pihak yang benar. Sementara Nina berada di posisi yang salah karena sudah berani mengganggu rumah tangga orang."Kalau memang saya ada hubungan dengan suami Mbak, emangnya kenapa ya? Coba Mbak tanya aja dengan mas Donny sendiri kenapa dia mau menjalin hubungan dengan saya? Malahan kami juga sudah

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02
  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 9

    "Itu nggak akan terjadi kalau kamu nggak melaporkan mas ke atasan, Nisa? Maafkan Mas. Tapi tolong jangan kamu laporkan mas ke atasan mas ya. Sekarang kamu tenang dulu. Mas bisa jelaskan semuanya tapi jangan di sini. Kita pulang yuk, kita bicara baik-baik di rumah. Nggak enak bicara di sini," ucap Mas Donny sambil mendekatiku. Berusaha meredakan kemarahan ku, tapi dengan cepat kutepis tangannya.Jijik rasanya disentuh laki-laki itu lagi. Bagaimana bisa ia memanggilku Sayang, sementara ada perempuan lain di dalam hatinya. Bahkan sudah memberinya keturunan! Dasar laki-laki tak punya perasaan dan tak tahu malu!"Nggak, Mas! Kita bicara di sini saja karena aku nggak akan pulang lagi ke rumah kita! Lebih baik aku pulang ke rumah ibu dari pada punya suami pengkhianat seperti kamu""Sebenarnya aku juga sudah nggak minat lagi mendengar penjelasan kamu soal Nina atau pun anak kalian karena bagiku sekarang sudah jelas, kamu dan Nina memang sudah menikah dan nggak ada gunanya aku menyelematkan ru

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02
  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 10

    POV DonnyAku terhenyak saat mendapati kunci mobil yang sesaat tadi masih berada dalam genggamanku dalam sekejap telah berhasil Nisa rebut dari tanganku.Lalu sebelum aku mampu mencegah kepergiannya, perempuan itu sudah berlari menuju mobil dan melaju cepat meninggalkan halaman rumah Nina.Aku hanya mampu terbengong-bengong saat dalam sekejap mobil kesayangan itu sudah dibawa pergi oleh Nisa. Ah, kalah cepat rupanya aku dari wanita itu. Karena kurang prepare menghadapi situasi seperti ini, akhirnya aku kecolongan juga.Nasib. Setelah terancam Nisa melaporkan perkawinan keduaku dengan Nina, yang bisa saja berakibat aku diberhentikan tidak dengan hormat oleh pejabat yang berwenang, sekarang aku juga kehilangan roda empat yang selama ini setia menemani ke mana aku pergi.Sekarang ini di depan rumah tinggal ada motor yang kubeli secara kredit untuk Nisa dua bulan yang lalu yang ditinggalkan perempuan itu di halaman rumah ini.Masa angsurannya motor itu selama tiga tahun. Ini bulan kedua

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02
  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 11

    "Nisa, kamu dari mana? Tumben bawa mobil Donny? Donny-nya mana? Masih di kantor?" tanya ibu begitu aku tiba di rumah orang tuaku.Bapak yang sedang bermain dengan burung beo kesayangannya juga sontak menoleh saat aku melangkah menuju teras."Iya, Donny-nya mana? Biasanya bareng ke sini?" timpal Bapak pula."Nisa dari kantor Mas Donny tadi, Bu, Pak. Ikut acara arisan ibu-ibu darma wanita. Pengen rebahan sebentar boleh ya? Oh ya, Aris mana?" sahutku lemah. Aku sengaja tak menjawab pertanyaan ibu dan bapak soal Mas Donny karena saat ini batinku masih merasa lelah.Tapi nanti aku pasti akan cerita semuanya kalau pikiranku sudah sedikit tenang. Meskipun belum punya anak dari Mas Donny tapi aku juga tak menginginkan perceraian terjadi. Sayang, tidak demikian halnya dengan laki-laki itu. Entah apa penyebabnya, baru juga dua tahun menikah Mas Donny sudah berpaling hati dan mendua.Ah, apa hanya karena belum diberikan keturunan lantas Mas Donny memutuskan untuk menikah lagi? Hmm, tapi kurasa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02
  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 12

    Sore hari setelah bicara terus terang pada ibu dan bapak soal perselingkuhan yang dilakukan oleh Mas Donny dan tentang pernikahan keduanya juga bayi perempuan yang saat ini telah lahir dari pernikahan mereka, aku pun pamit hendak minta ditemani Aris pulang ke rumah untuk mengambil pakaian dan barang-barang yang masih tertinggal di rumah yang selama ini kutempati bersama Mas Donny.Ibu dan Bapak begitu terkejut saat mendengar berita soal Mas Donny. Tak menyangka lelaki yang kelihatannya baik dan setia itu tega mengkhianati putrinya dan menikah diam-diam dengan wanita simpanannya.Namun, apa hendak dikata. Kalau semua memang sudah terjadi, ibu dan bapak hanya berpesan supaya aku kuat menghadapi permasalahan rumah tangga yang menimpaku dan tegar dalam memperjuangkan hak-hakku sebagai istri. Terutama saat aku bercerita kalau Mas Donny pernah meminjam uangku sebesar lima puluh juta rupiah untuk depe pembelian mobil dan hingga saat ini belum juga dikembalikan.Ibu dan bapak mendukung tekad

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02

Bab terbaru

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 29 (TAMAT)

    POV DONNYSetelah diperintahkan hakim untuk melakukan mediasi, kami berdua pun akhirnya menghadap hakim mediasi di ruangan kerjanya.Kulihat Nisa menatap garang saat aku berjalan lebih dulu menuju ruangan tersebut. Aku memang berharap hakim mediasi dapat menyatukan kami berdua kembali. "Jadi, Pak Hakim, saya ingin rujuk lagi dengan istri saya ini. Saya memang sudah melakukan kesalahan fatal dengan mengkhianati perkawinan kami, tapi saya sangat menyesali hal itu, Pak Hakim.""Saya juga kasihan sama Nisa, istri saya ini. Kalau dia jadi janda, pasti namanya akan buruk di mata masyarakat. Dia akan jadi bahan gunjingan tetangga. Orang-orang akan takut kalau Nisa merebut suami mereka. Lagi pula, zaman begini banyak laki-laki suka seenaknya saja. Mereka berpikir janda itu perempuan yang mudah digoda dan diajak berbuat yang tidak-tidak.""Makanya saya ingin mengajak Nisa rujuk. Apalagi, Nisa ini hanya ibu rumah tangga biasa. Tidak punya banyak pilihan. Hanya laki-laki yang benar-benar baik s

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 28

    POV DONNY"Saudari Nisa, Saudari yakin hendak melanjutkan gugatan perceraian pada suami Saudari, yakni Saudara Donny ini? Sudah dipertimbangkan masak-masak? Kami masih memberikan kesempatan bila mana Saudari hendak membatalkannya," ucap salah seorang hakim pada Nisa yang kemudian mengangguk yakin sebagai jawaban."Yakin, Yang Mulia. Sudah saya pertimbangkan masak-masak, saya akan tetap melanjutkan gugatan saya ini," jawab Nisa dengan nada tegas."Baik." Hakim mengangguk-anggukkan kepalanya lalu meneruskan pertanyaan kembali."Apa alasan dan dasar hingga Saudari memutuskan untuk menggugat cerai suami Saudari?" lanjut hakim pula."Karena suami saya sudah menikah lagi tanpa izin dari saya maupun izin atasan tempat ia bekerja sehingga saat ini status kepegawaian suami saya pun terancam dipecat dan berakhir. Bukan itu saja, saat ini suami saya juga sudah memiliki seorang putri dari pernikahan keduanya itu, Yang Mulia dan sebagai seorang istri, rasanya saya tidak bisa menerima dan mentoleri

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 27

    POV DONNYSetelah dengan terpaksa meninggalkan rumah ibu NIna, aku pun melajukan roda dua menyusuri jalanan kota yang mulai sepi di jam tengah malam seperti ini.Hampir semua rumah penduduk sudah tutup. Hanya warung kopi dan warung pinggir jalan saja yang tampaknya masih buka.Aku pun membelokkan kendaraan ke sebuah warung kopi yang terlihat ramai.Kubiarkan saja tas pakaian berada di jok motor sementara aku duduk di bangku santai yang berjajar di sepanjang pinggir trotoar."Kopi, Mas. Satu," ucapku pada pelayan.Pelayan mengangguk. Aku pun menunggu, tetapi hingga beberapa saat lamanya, pesanan kopiku tak juga kunjung datang.Aku pun memanggil pelayan itu kembali dan dengan tak sabar, meminta pesananku segera dibuatkan.Pelayan tampak grogi. Namun, sesaat kemudian ia membawakan juga pesanan kopi yang kuminta. "Maaf ya, Mas. Kami kurang anggota, jadi pesanan lama nunggu," ujarnya sambil menundukkan kepala, meminta maaf."Kekurangan anggota? Maksudnya kurang pekerja?" tanyaku dengan na

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 26

    POV DONNY"Nina, apa ini? Keterlaluan kamu! Kamu selingkuh ya! Atau ... jangan-jangan kamu ju*al diri! Kamu gila! Baru saja selesai nifas, sudah berbuat seperti ini! Bukan sama suami, tapi sama orang lain! Dasar perempuan jal*ng!" bentakku kalap saat melihat keadaan Nina yang demikian.Kurenggut kimono yang dikenakan perempuan itu hingga sobek di beberapa bagian.Nina berusaha mempertahankan dan menutup bagian atas tubuhnya yang terbuka dengan telapak tangan, tapi percuma sebab tangan itu pun kurenggut paksa."Percuma kamu tutupi! Aku sudah melihat semuanya, Nina! Kamu selingkuh, kan! Iya, kan!" bentakku lagi dengan kalap.Nina hanya mampu menatapku nanar."Apa kata kamu! Hentikan, Mas! Apa-apaan kamu!" dengkusnya keras."Kamu yang apa-apaan! Kenapa badan kamu merah-merah begini! Kamu habis ngapain! Jelaskan!" bentakku untuk ke sekian kalinya dengan nada penuh curiga dan emosi.Nina hendak membuka mulutnya, tapi urung saat Naura tiba-tiba tersentak bangun dari tidurnya lalu memekik ke

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 25

    POV DONNY"Bu, memangnya Nina mau ke mana sih? Hari sudah sore, apa nanti nggak kemalaman di jalan?" tanyaku pada ibu mertua saat Nina sudah keluar dari rumah, menggunakan ojek online yang dipesan oleh istriku itu untuk pergi. Entah ke mana."Nina ke mana nggak perlu kamu tanyakan lagi, Don. Biar aja dia pergi. Doakan saja istrimu itu selamat! Yang penting nanti pulang bawa uang. Kamu nggak bisa ngasih istri dan anakmu makan lagi, jadi nggak usah banyak tanya deh!" jawab ibu mertua dengan ketus sambil berlalu ke belakang."Kok ibu ngomong gitu? Sebelum SK pemecatan Donny keluar, Donny kan masih bisa dapat gaji, Bu. Lagi pula gajian kemarin semua uangnya sudah Donny kasih ke Nina, kok dibilang Donny udah nggak bisa ngasih makan Nina dan Naura lagi sih, Bu!" protesku sedikit keras pada beliau sambil membuntuti langkah ibu mertua ke belakang. Namun, beliau mengibaskan tangannya."Iya, bulan ini mungkin masih bisa makan. Tapi itu juga pas-pasan, karena sembako sekarang naik semua. Minyak

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 24

    POV DONNY"Bu, maaf apa lowongan pekerjaan ini masih ada, Bu?" tanyaku pada ibu pemilik warung yang baru saja mengantarkan teh dingin yang kupesan.Ibu tersebut menganggukkan kepalanya."Masih. Siapa yang butuh pekerjaan? Tapi gajinya kecil ya, cuma lima ratus ribu sebulan. Kerjanya cuci piring sama ngantarin makanan ke meja tamu," sahut sang ibu dengan wajah datar."Lima ratus ribu, Bu? Kecil sekali ya," ucapku tanpa sadar. Membuat sang ibu pemilik warung makan mencebikkan bibirnya tak suka. Hari gini mencari pekerjaan memang susah. Sejak pandemi Corona melanda, hampir semua sektor usaha terdampak. Apalagi rumah makan yang notabene jam operasinya dibatasi sebab pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat."Gajinya kecil? Namanya juga kerja di rumah makan, Mas. Kalau mau gaji besar, situ ngelamar aja jadi menteri apa presiden sekalian. Ya, sudah. Nanti es tehnya nggak usah dibayar! Hitung-hitung saya sedekah sama sampean. Pengangguran aja sok minta digaji besar. Belum tentu juga saya

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 23

    POV DONNY"Gimana, Don? Sukses usahanya?" tanya Ilham saat aku mampir ke rumah sohibku itu sepulang dari kantor Bu**ti.Aku menggelengkan kepala dengan wajah masam."Gagal, Ham. Pak Bu**ti malah marah-marah. Aku diusir dari ruangan dan malah Pak Ferdy disuruh naikkan berkas pemecatanku secepatnya, supaya bisa diteken segera," sahutku perih sambil menjatuhkan tubuh ke sofa dengan gerakan lunglai.Mendengar jawabanku, Ilham tampak terkejut dan tak percaya."Ya, Tuhan. Kok bisa sih, Don? Gimana ceritanya?" Ilham menatapku prihatin."Entahlah, Ham. Aku juga nggak nyangka. Pak Ferdy ternyata punya rekaman CCTV rumah makan waktu mereka makan bertiga kemarin, jadi gagallah usahaku untuk mempengaruhi Bu**ti supaya memecat Pak Ferdy dari jabatannya. Bukannya dipecat, malah aku yang disuruh secepatnya diberhentikan dari pekerjaan. Nasib!" keluhku penuh penyesalan."Hmm, ya sudahlah, Don. Mau gimana lagi, semua sudah terjadi. Sekarang lebih baik kamu fokus memikirkan masa depan kamu selanjutnya

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 22

    POV DONNY"Jadi tidak benar kalau anda hanya makan berduaan saja dengan Bu Nisa, Pak Ferdy?" tanya Pak Bu**ti sambil menatap wajah Pak Ferdy.Pak Ferdy menggelengkan kepalanya lalu kembali membuka mulutnya."Rekaman CCTV rumah makan itu buktinya, Pak. Selain itu saya juga masih menyimpan bukti chat pertama kali saya dengan Bu Nisa. Bapak bisa baca ini, tanggalnya tidak lama kemarin" ujar Pak Ferdy lagi sambil menyodorkan ponselnya ke hadapan pimpinan kami itu.Pak Bu**ti membaca pesan whatsapp lelaki itu dengan istriku lalu tiba-tiba mengernyit heran."Tapi di sini Bapak memang mengajak makan siang Bu Nisa. Maksudnya apa?" Beliau bertanya kaget.Aku pun ikut kaget. Benarkah Pak Ferdy memang mengajak makan siang Nisa? Kalau begitu, berarti tak salah dugaanku, Pak Ferdy memang ada hati dengan istriku itu. Dan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja!"Saya mengajak makan siang Bu Nisa sebagai ucapan terima kasih, Pak. Tidak ada maksud lain. Saya memang merasa berterima kasih pada Bu Nisa ka

  • PERHIASAN DI DALAM TAS KERJA SUAMIKU    Bab 21

    POV DONNY"Pak Ferdy, ke ruangan saya sebentar bisa, Pak? Ada hal yang mau saya bicarakan," ucap laki-laki berpenampilan berwibawa di depanku sesaat setelah ia memencet tombol di layar ponselnya, kelihatannya sedang menghubungi seseorang.Siapakah yang beliau hubungi itu? Pak Ferdy? Tak apa, aku siap menghadapi laki-laki pecundang itu saat ini juga! Biar dia tahu aku juga tidak bodoh dan mau begitu saja dipecundangi olehnya!"Baik, Pak!" terdengar sahutan di seberang yang tak urung sampai juga ke telingaku.Hmm, bagus! Dengan begitu aku akan bisa menunjukkan siapa diriku sebenarnya.di hadapannya!Beberapa saat kemudian, pintu ruangan ini pun diketuk dari luar."Masuk," ucap Bapak Bu**ti dengan suara berwibawa.Ceklek!Pintu pun dibuka dan dari luar. Sesosok tubuh laki-laki yang beberapa hari ini sebenarnya telah membuatku merasa insecure saat berdiri di sampingnya muncul di sana.Pakaiannya rapi dan terlihat mahal. Jam yang melingkar di pergelangan tangannya yang kekar juga kelihata

DMCA.com Protection Status