Cukup lama Zuhra tercenung, ucapan Dirgam mengandung banyak arti yang sulit diterjemahkan untuk ukuran gadis bodoh seperti dirinya.Dengan langkah tergesa ia menyusul Dirgam, kali ini tanpa berlari karena ia sangat-sangat sadar itu tidak baik bagi kesehatan kandungannya.Namun, Zuhra harus merasa kecewa karena Dirgam tak lagi ada di kantornya. Pria itu hanya meninggalkan pesan pada supir untuk mengantarkan Zuhra pulang ke rumah.Bukannya menurut, wanita itu malah bertanya pada siapa pun yang ditemuinya, bahkan petugas kebersihan sekalipun., dan tentu saja mereka semua menggelengkan kepala, bos mereka tak seramah itu hingga bisa membagi hal khusus pada mereka. Bahkan Winda yang notabenenya adalah sekretaris Dirgam tak tahu menahu ke mana bosnya itu pergi karena jadwal Dirgam saat ini memang sedang kosong.Zuhra jengkel, Dirgam ini lama-lama seperti perempuan, selalu lari dari masalah. Pengecut!Dia belum tahu saja apa yang bisa dilakukan oleh wanita hami
Zuhra duduk menyilangkan kaki, tangannya terlipat di dada, matanya menuntut penjelasan. Di depannya Dirgam duduk dengan tenang, tanpa rasa tegang sedikit pun yang terlihat.“Rumah pohon yang selalu kamu lewati setiap pulang sekolah ingat?” tanya pria itu.
Zuhra terbelalak kaget, gerakannya terhenti seketika. "Adik kandung
Zuhra merasakan sengatan sakit di kepalanya menusuk seperti ribuan jarum, membuatnya langsung mengerutkan dahi menahan pusing. Matanya perlahan terbuka meski masih terasa begitu berat. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah seorang Dirgam Arhab yang sedang menundukkan kepala begitu dalam. Ia melirik ke sekelilingnya membuat Zuhra sadar bahwa saat ini dia sudah berada di dalam kamar mereka. Zuhra mengernyit bingung, seingatnya tadi dia masih berada di rumah keluarga besar Dirgam, sedang memandangi foto ... ah, ya foto.“Mas ....”
Zuhra duduk termenung sendiri di kamar. Makanan yang dibelinya di supermarket tadi pun tak tersentuh sama sekali.Kely Adriana, nama itu terus saja berputar di pikirannya. Bahkan sampai jarum jam menunjukan pukul sembilan malam kantuk tak juga menghampirinya. Ditambah lagi sang sumber masalah kegelisahan Zuhra belum juga pulang, siapa lagi kalau bukan Dirgam Arhab.
Dua puluh tahun lalu Dirgam masihlah seorang bocah kecil yang begitu ceria dan semangat. Dia selalu menikmati apa saja pelajaran baru yang didapatnya dari ayah, ibu, dan lingkungan sekitarnya.Hidup di desa membuatnya selalu mencintai udara segar di pagi hari, hangatnya cahaya mentari, serta ramahnya lingkungan sekitar. Ayahnya adalah seorang petani yang begitu hangat dan penyayang, ibunya yang begitu cantik dan murah senyum membuat suasana rumah selalu tenteram meski hidup mereka pas-pasan.
“Kamu nipuin saya?” desis Dirgam kesal karena mengira Zuhra mengelabui dirinya dengan pura-pura tidur.Zuhra tersenyum geli, hilang sudah rasa kesal dan amarahnya tadi karena perdebatan mereka.
Zuhra meletakkan secangkir kopi panas di hadapan pria tua yang bergaya seperti anak muda itu.“Uuh, hitam pekat.” Sang kakek mengernyit tak suka. “Kopi ini sama seperti omongan suami kamu, pahit
"Ra, udahan dong," rengek Dirgam.Zuhra melotot garang. "Nggak ada! Itu hukuman Mas karena suka ganjen!" ucapnya ketus."Aduuh, Ra. Dia itu sekretaris Papa. Masa sekretaris Papa juga Mas yang pilihin?"
Dirgam merangkul bahu Zuhra dengan sayang. Dia tak membiarkan sedikit pun wanita itu jauh dari jangkauan, membuat semua keluarga yang berkumpul menggelengkan kepala melihat sikap protectivenya.H
Dirgam duduk termenung di taman rumah sakit tempat ibunya dirawat. Sudah satu jam berlalu, dan dia masih enggan untuk beranjak. Ia merenung atas apa yang sudah dialaminya selama ini. Fakta yang baru saja diketahui, dia tak ingin percaya. Tapi, logikanya selalu membenarkan. Jika begitu, bukankah Dirgam sudah berbuat kejam terhadap ayahnya selama ini? Ah, tentu tidak. Ini juga termasuk salah ayahnya yang tak membawanya serta pergi. Kenapa meninggalkan anak pada istri yang tukang selingkuh?Ia menghela napas, terus saja mencari alasan kebenaran atas sikapnya selama ini. Dia juga korban di sini. Lamunan pria itu terhenti karena tarikan kasar seseorang. "Berengsek! Di sini lo ternyata! Bajingan yang udah hamilin adik gue!!" Randy berteria
“Ra ....”Dirgam lantas menoleh karena sapaan lembut Reno pada Zuhra yang berdiri tak jauh dari mereka, dengan perut membuncit serta mata berkaca-kaca.“Maaf ... tapi yang harus selalu kamu tahu, aku tulus sayang sama kamu, Ra,” bisik Reno.
Zuhra menatap sendu pada Dirgam yang memeluk lembut wanita paruh baya yang sedang terbaring di ranjang. Sangat tampak begitu besar kesedihan yang coba pria itu sembunyikan di setiap harinya. Kali ini Zuhra bisa melihat sendiri, betapa rapuhnya seorang Dirgam Arhab.
Katanya cuma teman, tapi di balik layar sayang-sayangan. Kalau ketahuan, alasannya kehilafan.- Perfect Husband“Sewaktu Mas dijemput Papa dan Mama, Kely juga mendapat keluarga baru
Zuhra masih menekuk wajah saat Dirgam merebahkan tubuhnya dengan lembut di atas ranjang.Karena memang tak ada penyakit yang serius,
Kadang semesta memang suka bercanda, sampai kita tak sanggup lagi meski hanya untuk tertawa. Menggelikan.Zuhra mendengus tak percaya. Dia merasa marah, kesal, benci, tapi juga ... lega. Apa-apaan ini?
Kenyataanya ketika cinta sudah meracuni hati dan pikiran, maka kepintaran seseorang akan menguap entah ke mana. Cinta pakai logika? Bullshit.Itulah yang dirasakan Zuhra Kalinka saat ini. Mencintai dalam kerapuhan hati. Pedihnya jiwa yang teriris akibat kelakuan sialan Dirgam nyatan