Share

Part 36

Penulis: Nay Azzikra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-12 11:12:28

Aku masih bersikap baik padanya. Lebih tepatnya berusaha untuk bersikap biasa di hadapan bapak dan ibu.menawari Restu makan, membawa bajunya ke laundry. Hanya sebatas itu saja. Namun, sikapnya agak berbeda. Setiap malam selalu merengek untuk tidur bersamaku.

“Kemarilah, kita harus tidur dalam satu kasur. Aku akan mendekapmu agar kamu bisa hangat. Cuaca akhir-akhir ini sangat dingin,” ucapnya saat aku sudah membungkus diri dengan selimut.

Ah, sungguh rutinitas yang membosankan. Berharap sekali temanku bisa segera pindah, agar aku pun segera menempati tempat itu.

Seperti biasa, aku abai dengan perkataannya. Terlebih kata-kata Restu yang tidak bisa bergairah meski aku dalam keadaan tanpa sehelai benang pun, membuat diri ini lebih terhina sekali.

“Isna, aku bicara sama kamu,” ucapnya lagi.

“Diamlah, Restu! Jangan berisik! Ini sudah malam. Aku lelah dan ingin tidur,”

“Kenapa sekarang kamu memanggilku dengan hanya sebuah nama. Itu tidak sopan,” celetuknya terdengar kesal.

“Yang penting di h
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   Part 37

    Setelah beres, tangan ini menyambar tas di atas meja rias. Ekor mataku menangkap baju yang diberikan Restu masih teronggok di sana. Sejenak menimbang, apakah akan membawanya atau tidak. Kulihat Restu masih memakai selimut tebal. Jam baru menunjukkan pukul lima pagi. Betapa menderitanya jadi istri Restu, sampai-sampai, hanya untuk menghindari ajakannya, aku harus berangkat di saat embun belum menetes ke tanah. Pikirku. Jaket tebal kupakai untuk menghalau udara dingin di jalan nanti. Melangkahkan kaki keluar, meninggalkan baju kebesaran para istri kepala desa yang akan dipakai mereka untuk menunjukkan jati diri sebagai orang nomer satu di desa masing-masing. Sementara aku, lebih bangga dengan baju warna putihku sebagai identitas seorang bidan. Ini adalah kali pertama aku memberikan pelajaran pada Restu. Akan kulihat bagaimana nanti, dia menahan malu datang dengan tanpa pendamping, sementara istri yang telah disakitinya memilih berada di tempat yang sama dengan peran yang berbeda. Di

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-12
  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   Part 38

    Segera. Kualihkan pandangan pada teman-teman pria yang sedang bercanda. Ternyata, Deni sudah terlibat dalam perbincangan yang kelihatannya seru. Sesekali mereka tertawa. Aku jadi pikun, entah berapa lama terlalu menikmati lalu lalang orang, sehingga ketinggalan ikut merumpi.Kesempatan yang bagus! Segera kurapatkan tubuh pada mereka. Berusaha ikut tertawa meski tidak paham apa yang tengah dibicarakan. Hanya ingin agar terlihat asyik di mata Restu. Agar dia tahu, jika di luar, aku punya kehidupan yang menyenangkan.“Kamu apaan sih, Is, ikut tertawa gak jelas gitu?” Deni menyenggol lenganku.“Idih, kenapa, biasanya juga aku gini,”“Ya tapi aneh, ini kamu gak tahu apa yang kami bahas, lho. Kamu malah langsung tertawa gitu, aneh.”“Gak papa, Den, sebelum tertawa dilarang. Sebelum tertawa dikenai pajak. Bener gak, Is?” Mas Adam, perawat senior membelaku.“Aku lihat itu, orang pakai sepatu merah, jilbab merah.” Ah, untuk diriku bisa langsung mendapatkan objek untuk berbincang. Ghibah tentu

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-23
  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   Part 39

    “Eh, iya, Mas,” jawabku dengan senyum dipaksakan. “Kok belum pulang?” tanyaku masih dengan nada yang kubuat lembut. “Cieeee, yang akhirnya ketemu ma suami. Nih, aneh, Mas istrimu gak mau ikut bareng katanya nanti gak bisa ghibah,” sahut Deni. Restu menanggapi dengan senyuman yang manis sekali. Senyuman yang hanya tercipta untuk Marwah seorang. “Ayo pulang bersama,” ajaknya seolah kami pasangan yang bahagia. “Aku harus bantu Deni bawa ini ke puskesmas. Kamu pulang dulu saja, ya? Nanti aku menyusul ….” Berkata demikian saat bertatapan dengannya, aku membesarkan bola mata, tanda sebuah ancaman untuk dia menuruti perkataanku. “Aku yang bawakan biar kamu tidak capek ….” Ingin muntah mendengarnya sok perhatian. Namun, demi menjaga harga diri di hadapan Deni yang belum tahu apapun, kepala ini mengangguk pelan. Beda jika Bu Ika yang bersamaku, aku pasti akan bersikap tetap acuh. “Duluan ah, ada pengantin baru mau bersama,” celetuk Deni yang langsung berjalan setengah berlari, meninggalk

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-23
  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   Part 40

    POV RESTUIsna telah benar-benar berubah! Itu yang aku lihat. Sikapnya semakin hari semakin cuek saja. Hanya jika di hadapan orang tuanya saja ia bersikap manis. Pencitraan! Nyatanya saat di belakang, ia selalu ketus dan berkata yang membuat hati ini tidak enak.Hari itu, aku melihatnya bersama teman-teman. Dasar perempuan aneh! Aku hendak memberinya tempat yang spesial duduk di kursi tamu undangan yang terhormat, ia malah memilih berkerumun dengan kawan-kawannya. Mengurusi orang-orang yang pingsan. Banyak teman yang bertanya dimana istriku, kenapa tidak ikut? Aku jawab saja, Isna harus bertugas dengan kawan-kawannya dan tidak bisa ditinggalkan. Sekaligus agar mereka tahu, jika istriku adalah seorang bidan PNS. Agar aku terlihat keren. Namun sayang, Isna yang berkali-kali kupandang dengan harapan akan mendekat—untuk memperkenalkannya dengan teman-teman—justru terlihat semakin asyik bercanda dengan para pria. Istri macam apa itu? Pikirku.Gagal sudah rencana hari itu. Kupikir, aku akan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   Part 41

    “Jalani saja, tidak usah banyak tanya!”“Kenapa kamu tidak pindah ke desaku? Bukankah seharusnya setelah menikah, kamu pindah ikut aku? Aku seorang kepala desa, Isna. Tidak seharusnya pulang ke sini setiap hari. Warga terkadang juga membutuhkanku saat malam hari. Dan kamu, kamu dibutuhkan mereka juga sebagai seorang ibu desa ….” Ku berucap dengan nada yang aku buat memelas. Berharap Isna akan luluh hatinya.“Lebih tepatnya, aku dibutuhkan oleh Restu untuk mempertahankan posisinya sebagai kepala desa. Itu yang betul. Aku akan pindah ke sana jika ….” Mulutku membuka sempurna. Antara malu dengan bahasanya yang terlalu jujur, juga penasaran dengan syarat yang akan diajukannya.“Jika apa?” refleks aku bertanya.Isna tersenyum, sangat cantik. Mata ini sempat terpana, menyadari jika ia begitu manis. Kedua alisnya dimainkan, membuat sebuah desiran aneh hadir dalam dada ini. Namun, aku berusaha menepis. Karena sebuah janji yang diminta Marwah agar cintaku hanya untuknya.“Jika … jika kamu bisa

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   Part 42

    Tenggorokanku mendadak tercekat mendengar apa yang disampaikan oleh Bu Marini. Oh tidak! Aku menemui dia untuk memintanya menikah dengan orang lain? Tentu hal yang sangat menyakitkan. Dan, apa tadi? Marwah disukai anak kyainya? Itu tidak boleh terjadi. Aku saja saat ini masih menjaga kesucianku demi dia. Mengapa dia malah akan didekati orang lain? Batinku menolak tegas.“Mas Restu, apa Mas Restu akan tinggal di desa istrinya untuk selamanya? Itu artinya, kami tidak bisa meminta bantuan Mas Restu lagi. Apalagi jika ….” Bu Marini berhenti berucap. Terlihat ragu.“Jika apa, Bu?” Aku penasaran terus.“Jika Marwah sakit dan kami butuh mobil untuk menjemputnya,” jawab Bu Marini lirih. “Kami seolah tidak punya siapa-siapa lagi di sini. Keluarga menjauh, seolah cinta Marwah kepada Mas Restu adalah sebuah hal yang dosa besar. Mereka selalu memarahi dan berkata kasar pada kami. Katanya, kami ini tidak tahu diri, kami ini orang miskin yang tidak tahu malu. Bahkan kini, beberapa orang enggan untu

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   Part 43

    Suatu hari, aku akan menemui Marwah. Aku akan memastikan, apakah hatinya telah berpaling dari aku, atau tidak. Namun, rasanya aku akan malu bila meminta alamat pondok pesantrennya pada Bu Marini. Satu-satunya cara adalah dengan aku tetap di sini, dan berharap Bu Marini sendiri yang akan datang meminta bantuanku. Aku harus pulang dan membujuk Isna agar mau pindah. Gegas, kurapikan semua berkas yang sedari pagi hanya kugelar saja tanpa disentuh. Melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul hampir dua belas siang membuatku berharap Isna sudah ada di rumahnya. Di perjalanan, hatiku terus menimbang-nimbang, apakah aku akan menjenguk Marwah atau tidak. Jika iya, apa alasanku? Atau, aku akan mengajak serta ibu serta adiknya? Dadaku berdebar tidak karuan. Rasa rindu, cemas dan dorongan keinginan untuk ke sana berbaur menjadi satu. Bidadariku sakit ternyata. Tanpa dia tahu, aku pun merasakan sakit luar biasa dalam hati ini. Bedanya, aku bisa bertahan sehingga fisikku masih kuat. Ah, lupa.

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   Part 44

    “Aku ditakdirkan menikah dengan pria yang tidak mencintai dan tidak menginginkanku. Jadi, aku tidak perlu menuruti apa yang menjadi perintahmu. Tidak usah berbicara beberapa tahun ke depan. Karena saat ini, aku dan kamu belum menjadi kita.” Tidak ada lagi senyum di bibir Isna. Sorot matanya terlihat sedih.“Lalu, kamu ingin kita bagaimana? Bagaimana agar aku dan kamu menjadi kita.”“Restu, kamu bodoh atau pura-pura bodoh? Diantara kita masih ada Marwah. Dan jangan harap, aku akan menuruti keinginan kamu. Kamu ingin meninggalkan aku? Silakan! Aku tidak masalah. Justru aku akan bahagia jika kamu melakukan itu. Karena itu artinya, aku tidak perlu membuat sebuah alasan mengapa kita berpisah. Bila kamu berbicara kewajibanku sebagai istri, maka kamu belum melakukan kewajiban kamu sebagai suami. Memberikan nafkah lahir maupun batin. Hampir satu bulan kita menikah, pernahkah kamu memberi uang sama aku?”“Oh, jadi kamu uang? Baiklah. Sebentar,” ucapku geram. Aku membuka ranselku dan mengeluark

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04

Bab terbaru

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   EKSTRA PART TERAKHIR

    EKSTRA PART 5 Restu menatap sebuah cincin indah yang dibeli dari gajinya. Ia sudah berniat pulang dan akan melamar Isna kembali. Entah mengapa, hati menuntunnya ke rumah dinas Isna. Rumah kecil yang selalu ia tuju beberapa bulan sebelumnya. Ia kaget saat melihat dua sandal di rak yang ada di teras. Namun, tangannya segera mengetuk pintu perlahan. Yakin bahwa perempuan yang sedang dicarinya ada di dalam. “Cari siapa, Mas?” tanya Fahri yang membukakan pintu. Restu mendadak cemas. Jantungnya berdegup kencang. Mencoba menolak persepsi yang masuk dalam pikiran tentang hubungan lelaki di hadapannya dengan mantan istri. “Cari Isna. Anda siapa di sini?” tanya Restu. Menunggu jawaban keluar dari mulut Fahri, Restu merasa takut. “Saya suami Isna.” Dugaannya benar. Tidak lama, Isna keluar dengan memakai jilbab. Sorot tidak suka langsung terpancar kala menatapnya. Rahang Restu mengeras menahan emosi. Ingin rasanya menghajar lelaki yang mengaku sebagai suami Isna itu karena ia terbakar ce

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   EKSTRA PART 4 BAG 2

    Fahri menatap perempuan yang memakai kebaya putih dengan mahkota di atas kepala, khas pengantin Sunda. Meski mereka orang Jawa, Isna memilih adat lain untuk hari spesialnya, karena tidak ingin mengingat busana yang dikenakan saat menikah dengan Restu. segala hal yang dia pilih dari dekorasi, busana, riasan dan pernak-pernik pernikahan dipilih yang berbeda dari pernikahan pertamanya. Mereka memilih ijab qabul dengan cara islami. Isna berada di kamar saat Fahri mengikat janji suci dengan mahar uang sejumlah tanggal, bulan serta tahun pernikahan mereka. Kini ia dipertemukan setelah benar-benar resmi menjadi istri dari lelaki yang berprofesi sebagai tentara itu. Fahri tersenyum bahagia saat Isna berhadap dengannya. Ia lalu mengulurkan tangan untuk dicium takzim oleh perempuan yang sudah sah menjadi miliknya. Sentuhan pertama keduanya, mengawali sebuah hubungan yang halal di mata Allah. Isna ingin menangis, tapi ia tahan. Setiap titik air mata yang jatuh ketika menjadi istri Restu, kini

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   EKSTRA PART 4 BAG 1

    EKSTRA PART 4“Kenapa lama? Aku sudah setengah jam menunggu di sini,” ucap Isna kesal.“Jangan marah-marah. Kamu hanya menungguku setengah jam. Sementara aku, aku sudah bertahun-tahun menunggumu. Saat datang, kamu sudah menjadi milik orang. Bukankah itu lebih mengesalkan?” tanya Fahri sambil tersenyum menggoda. “Jangan marah. Kita impas. Aku mengalah jika waktuku bertahun-tahun hanya kubalas dengan setengah jam saja ….”Isna memasang muka masam.“Aku merindukan kamu,” kata Fahri saat baru saja duduk sambil menyerahkan buket bunga.Isna masih enggan menanggapi.“Kalau kamu ngambek, kita seperti sudah berpacaran.”Isna melirik sekilas saja lalu meletakkan tangan di dagu dan memindahkan bola mata menuju objek lain.“Aku tadi mencari bunga berwarna merah ini. Kamu tahu kenapa lama?”Isna melirik Fahri. Kali ini tatapannya berhenti seperti penasaran.“Karena aku mengecat bunga ini sendiri.”Isna hendak tertawa tapi ditahan.“Kamu mau terima bunga ini atau tidak? Kalau tidak, aku mau mengem

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   EKSTRA pART 3 BAG 2

    “Kamu mencium harumnya bunga melati?” tanya Fahri. Isna celingukan. “Enggak,” jawabnya. Ia lalu berpikir jika melati berhubungan dengan hal yang mistis. “Kamu tidak menciumnya karena melati itu ada di lama hatiku.” Dengan wajah datar, fahri menggoda Isna. “Aku pulang, lho!” “Mau pulang sama siapa? Hamam sudah aku suruh pulang lebih dulu.” Isna membelalak. “Terus? Aku nanti pulang sama siapa?” “Aku sudah bilang mau antar kamu pulang, ‘kan?” “Tapi ….” “Jangan takut! Aku bawa sopir. Kita nanti bertiga.” “Kalian laki-laki semua, aku wanita sendirian?” Fahri tersenyum. “Hamam menunggu di luar. Tapi, nanti aku akan mengantarmu pakai mobil.” Isna meneguk es jeruk yang ada di meja. Panas dingin dirasa dalam tubuhnya. “Aku akan berangkat besok. Tunggu aku pulang. Dan aku akan menagih jawaban sama kamu,” Hati yang hangat mendadak sunyi kembali saat mendengar Fahri akan berangkat. “Kapan pulang?” Pertanyaan yang meluncur dari mulut Isna tanpa ia sadar. “Kamu mau ikut?” canda Fahri.

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   EKSTRA PART 3 BAG 1

    EKSTRA PART 3 Isna tidak tahu harus berbuat dan berkata apa. Semuanya terasa tiba-tiba terjadi. Ia sama sekali tidak menyangka jika yang melakukan semua itu adalah Fahri. Pria yang selama beberapa bulan ini tidak ada kabar sama sekali. Seketika hatinya merasa lega. Bayangan Tomi yang menari-nari di pikiran lenyap seketika. Namun, kelegaan itu berganti dengan rasa bimbang dan bingung. Ia tentu tidak bisa memutuskan dalam sekali itu juga. Jika lamaran itu dilakukan oleh seorang pacar, tentu akan sangat membahagiakan. Namun, Fahri hanyalah teman yang tidak pernah menghubunginya selama ini. Meski Isna tahu, lelaki itu memiliki perasaan. Akan tetapi, tetap saja baginya Fahri belum dekat di hati. “Aku bukan lelaki egois yang akan menuntut kamu menjawab saat ini juga. Aku melamar kamu karena memang aku ingin mengutarakan isi hati ini. Aku hanya pulang dalam waktu seminggu saja. Dan ini khusus aku lakukan untuk melamarmu. Kelak, jika aku pulang tiga bulan lagi, aku harap kamu sudah memiliki

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   EKSTRA PART 2 BAG 2

    Tidak lama kemudian lampu menyala. Seorang pria yang memakai kemeja warna abu-abu dipadukan celana jeans hitam. Penampilannya terlihat menawan. Berjalan mendekati Isna dengan satu tangan memegang mic sambil bernyanyi. Sementara tangan lainnya memegang buket bunga. Selesai menyanyikan lagu satu bait, musik kembali berganti dengan alunan biola.Isna menoleh dan menyadari Hamam sudah tidak ada di sana. Sedari tadi ia terpana hingga tidak sadar adik laki-lakinya telah meninggalkannya seorang diri.Isna merasa bingung dengan apa yang akan dilakukannya. Pria itu mendekat menatapnya dengan tatapan kerinduan dan penuh cinta.Ia berlutut di hadapan Isna dan mengulurkan buket seraya berkata, “will you marry me?”Mata Isna berkaca-kaca. Alih-alih menjawab, ia malah menangis dengan posisi tangan menutup wajah.***“Siapa nama kamu?” tanya Hasyim saat kedatangan lelaki muda tampan dan mengatakan ingin meminang Isna dan mengajaknya menikah.“Saya Fahri, Pak. Kakak kelas Isna saat masih SMA. Saya su

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   EKSTRA PART 2 BAG 1

    EKSTRA PART 2Dalam sujud panjang, Isna memohon petunjuk. Tiba-tiba dalam hati memiliki sebuah keyakinan, jika itu bukan Tomi atau Restu, jika orang itu adalah lelaki baik yang pernah ia kenal, maka ia akan membuka hati.Isna yang diliputi rasa kebimbangan menceritakan apa yang terjadi terhadap keluarganya. Di luar dugaan, sang ibu justru mendorongnya untuk berangkat. “Nanti diantar sama adikmu,” ujar Rahayu tanpa memiliki rasa kekhawatiran.“Tapi, kalau orang itu Tomi?” Isna terlihat ragu.“Kamu lari, Hamam yang akan menghadapi.” Rahayu memberi support untuk sang putri.Akhirnya Isna memutuskan berangkat meskipun ragu.“Hati-hati! Bapak selalu merestui setiap jalan yang kamu pilih. Bapak hanya ingin bahagia dengan siapapun nantinya lelaki yang kamu pilih. Bapak tidak mau mengulangi kesalahan yang dulu. Oleh karenanya, kamu harus mencari sendiri calon suami untukku kamu. Cari dan pilihlah dia yang mencintai kamu, Nduk,” ucap Hasyim saat Isna hendak berangkat. Suaranya bergetar. Sepert

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   ESKTRA PART 1 BAG 2

    Ada yang kirim paket, sudah Ibu taruh di atas kasur,” ucap Rahayu saat melihat Isna pulang kerja kelelahan.Isna diam dan langsung masuk kamar. Sebuah paket berbungkus plastik hitam dibukanya. Tanpa ada nama pengirim membuat jantungnya berdegup kencang. Takut bila didalamnya ada sesuatu yang membahayakan. Sejenak ia ragu untuk membuka.“Bismillah ….”Kotak berbentuk kado. Saat membuka tutupnya, ada kotak lagi. Begitu sampai kotak ketiga. Lalu Isna menemukan beberapa batang coklat dan sebuah kartu ucapan.Semoga kamu bahagia selalu.“Siapa yang mengirimnya?” tanya Isna seorang diri.Meski penasaran, ia tidak mengatakan hal itu pada sang ibu.Tiga hari kemudian, Isna mendapatkan lagi paket misterius. Kali ini di dalam kotak ada setangkai bunga mawar plastik. Dengan sebuah kartu ucapan pula.Semoga harimu menyenangkan.Isna mengumpulkan paket yang ia terima dalam satu kardus. Ia tidak mau memakan coklat karena takut ada racunnya.“Apa ini dari Tomi? Hanya Tomi yang gencar mendekatiku. Na

  • PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU   EKSTRA PART 1

    EKSTRA PART 1Restu mengemasi barang-barang miliknya dari kantor kepala desa. Enam bulan sudah ia bercerai, dan perilakunya tidak terkendali. Hobi bermabuk-mabukan menggunakan uang desa. Lama-lama, pegawainya merasa tidak suka dengannya. Dan demo besar-besaran terjadi yang ujungnya adalah pemecatan ia sebagai kepala desa.Dahlan sudah tidak mau ikut campur dengan keadaannya sehingga memilih untuk diam.“Pergilah merantau! Untuk mengembalikan nama baikmu. Hutangmu pada desa akan kami lunasi. Tapi, kamu harus pergi dari sini. Karena aku tidak mau lagi menuntun langkahmu. Kamu sudah dewasa. Kamu harus belajar mencari hidupmu sendiri. Mulai sekarang, kamu mau menikah dengan siapa saja kami benar-benar tidak peduli!” ujar Dahlan dengan muka masam.Restu yang memang sudah kepalang malu, hanya bisa meratapi nasib dengan pergi dari rumah Dahlan dengan tanpa membawa harta benda apapun. Hanya motor butut yang selalu setia menemani sejak kehancuran hidup.Tanpa kekayaan dan kejayaan orang tuanya

DMCA.com Protection Status