Share

Bab 50

Aku termangu dalam kamar temaram. Sejak tadi kami masih belum saling bicara. Mungkin Rafan enggan meminta maaf atau aku yang terlalu sakit sehingga sering abai padanya. Sebenarnya lelaki itu sering mencoba untuk berbicara, tetapi mata pura-pura tidak melihat.

Ia masih di luar, mungkin sedang mencuci piring karena makan pun rasanya tidak enak. Namun, harus dipaksa karena ada yang hidup dalam rahim. Entah bagaimana kehidupannya nanti setelah menatap indahnya dunia.

Daun pintu terbuka lebar, Rafan muncul di baliknya lalu melangkah pelan setelah mengunci pintu bernuansa putih itu. 

“Raline.” Rafan duduk di depanku. “Aku mengaku salah, terlalu cemburu hingga berimbas padamu. Seharusnya aku tidak berubah, tetapi mau bagaimana lagi ini kali pertamanya aku cemburu karenamu.”

Aku diam.

“Raline, maafkan aku. Kenapa juga harus cemburu pada Ahmad yang paham soal agama. Ia tidak akan merebut kamu dariku. Lagian kamu sedang men

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status