Aku menatap ke luar melalui jendela untuk mengabaikan pria yang mengintimidasi di sampingku. Pikiranku tertuju pada segala sesuatu yang menantiku di negara tempat aku dilahirkan. Ketika aku meninggalkan segalanya dan semua orang yang aku kenal, aku pikir aku tidak akan pernah kembali.Aku tidak malu untuk mengatakan bahwa aku tidak berencana memberi tahu Gabriel bahwa dia memiliki anak. Jangan lihat aku seperti itu, aku punya alasanku, dan aku tahu kamu sudah menebak beberapa di antaranya.Lilly adalah rahasia yang aku rencanakan hingga aku mati. Selain bentuk mata tajamnya yang khas, dia terlihat seperti aku dan tidak mirip ayahnya. Hanya orang-orang yang mengenal Keluarga Wijaya yang akan menebak dari matanya bahwa dia adalah salah satu dari mereka ... Dan seberapa banyak peluang untuk bertemu dengan salah satu dari mereka ketika aku sudah tidak lagi menjadi bagian dari dunia sosialita ini?Meskipun banyak sinetron mencoba meromantisasi segalanya, kenyataannya adalah bahwa orang kaya
Sambil menghirup nafas dalam-dalam, aku berusaha menepis kenangan malam itu. Itu adalah malam terbaik dalam hidupku, tetapi apa yang terjadi setelahnya hampir menghancurkanku.“Aku bertanya padamu dengan siapa kamu minum. Kamu bilang kamu minum bersama Rowan. Kemudian, kamu bercerita tentang betapa sakitnya melihat kembaranmu begitu hancur dan terluka. Betapa itu menghancurkanmu karena kamu tidak bisa membantunya. Kamu tidak bisa memberinya apa yang diinginkan hatinya, yaitu Emma.”Aku mengusap wajahku kasar lalu berusaha menyelesaikan perkataanku. “Kita terus berbicara, tetapi kemudian kamu menciumku lagi. Kali ini, kamu tidak berhenti. Kamu bilang kamu ingin melupakan, meskipun hanya untuk malam itu. Kamu mengatakan bahwa kamu sudah menginginkanku selama ini, dan kamu tidak bisa lagi menjauh dariku. Kamu bahkan mengangkatku keluar dari dapur dan membawaku ke kamarmu. Tidak sekali pun kamu limbung, jadi itu meyakinkanku bahwa kamu tidak mabuk dan kamu benar-benar menginginkanku. Seha
Aku menggenggam erat sandaran kursi saat pesawat mendarat. Kepanikan mulai muncul dalam diriku saat memikirkan apa yang akan menungguku di sana nanti. Apa yang akan menungguku dan Lilly.Kepanikan itu makin membesar saat aku membayangkan mengenalkannya pada kehidupan yang kutinggalkan bertahun-tahun lalu. Kegelisahan menghimpitku saat aku membayangkan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan ia lontarkan. Bukan hanya tentang masa laluku, tapi juga tentang Gabriel. Aku hampir pingsan saat membayangkan bagaimana aku akan menjawab semua pertanyaannya.Aku tahu aku sudah menyembunyikan banyak hal darinya. Itulah yang membuatku cemas. Takut kalau dia tak akan memahami, atau malah marah ketika menyadari betapa banyak rahasia yang kusembunyikan darinya.“Bernafaslah, Hana, bernafaslah.” Aku mendengar suaranya berbisik perlahan di telingaku. Aku berusaha mengikutinya, mencoba menyingkirkan kabut dan kegelapan yang mulai menutupiku.“Apakah Ibu baik-baik saja?”Suara lembut putriku bertanya. Ada
Aku mengenyahkan semua pikiran itu dan masuk ke mobil, sementara Gabriel mengikutiku. Setelah sopirnya masuk dan menyalakan mobil, kami segera berangkat.“Pak? Anda ini kaya, ya?” Pertanyaan Lilly dengan nada yang tiba-tiba penuh hormat pada Gabriel memecah keheningan di antara kami. "Lilly,” tegurku pelan. “Kamu tidak seharusnya tanya hal-hal pribadi seperti itu.”Satu hal yang perlu kamu tahu tentang putriku adalah dia tidak mengendalikan perkataannya. Dia akan mengatakan apa yang ada di pikirannya, tanpa peduli dengan batasan-batasan sosial. Selama ia bisa mengungkapkan apa yang ada di hatinya, dia tidak peduli.Alih-alih marah atau kesal seperti seharusnya, Gabriel malah tertawa kecil dan bertanya, “Kenapa kamu bertanya seperti itu?”Dia mengangkat bahu. “Karena, pertama, kamu punya jet pribadi yang harganya bisa dari puluhan sampai ratusan miliar. Lalu ada mobil ini, yang harganya juga miliaran. Lalu, jangan lupa pakaian, jam tangan, dan sepatumu. Dari bahan saja, bisa kelihatan
Aku melajukan mobil dari gedung penthouseku tanpa tahu ke mana sebenarnya aku akan pergi. Aku cuma tahu aku butuh menjauh dari mereka. Aku butuh ruang sendiri. Aku butuh waktu untuk berpikir dan menenangkan diri. Aku tidak bisa melakukan itu kalau berada di sekitar mereka berdua.Benakku berkecamuk dan membuatku susah untuk berpikir jernih, dan itu sangat menggangguku sejak tadi.Ketika aku tahu tentang Lilly, aku awalnya tidak terlalu memikirkan bahwa dia adalah anakku. Dia hanyalah orang lain yang kebetulan terhubung denganku dan orang asing yang berhubungan denganku. Tapi setelah melihat dan berinteraksi dengannya, membuatku sadar betul kalau dia benar-benar anakku.Matanya adalah bukti nyata, tapi sikap dan caranya semakin mengejutkanku. Aku tidak pernah berpikir akan menemukan seseorang yang begitu mirip denganku atau adikku, tapi aku salah besar. Lilly begitu mengingatkanku pada diriku sendiri, rasanya seperti menatap cermin. Aku tidak bisa mempercayainya.Hana berkali-kali menco
Rowan.Aku terjatuh ke sofa, kepalaku terasa pusing. Saat Gabriel menelepon dan memintaku untuk bertemu, aku sama sekali tidak menyangka dia bakal mengungkapkan hal yang mengejutkan.Aku tadinya mengira dia mau mengeluhkan keputusan para petinggi, tapi dia benar-benar mengejutkanku dengan mengungkapkan kalau dia punya anak. Seorang anak perempuan yang tidak seorang pun tahu.Aku menghela napas dan menatapnya. Apa yang harus aku katakan? Apa yang bisa aku katakan? Tidak setiap hari kamu tahu bahwa kamu punya anak yang tak seorang pun tahu.“Jadi, Hana ini hanya cinta satu malam yang tidak sengaja terjadi atau bagaimana?” tanyaku mencoba menghubungkan semua potongan cerita ini.Aku tahu sifat adikku. Dia seorang pemain wanita, jadi aku tidak kaget. Sebenarnya, yang bikin aku kaget adalah dia tidak punya lebih banyak anak dari hubungan sebelumnya.“Bukan, kami bukan menghabiskan cinta satu malam,” jawabnya. “Kamu tahu dia. Dia itu dari Keluarga Susanto.”Awalnya, nama itu tidak begitu kui
Untuk pertama kalinya sejak aku mengangkat teleponnya, aku tersenyum, sebab senang karena dia mulai berpikir untuk mengenal putrinya.“Kalau begitu, aku akan mendukungmu.”“Tapi gimana caranya? Aku paham dunia finansial seperti mengenal diriku sendiri. Tapi soal menjadi Ayah? Aku tidak tahu apa-apa soal itu,” ujarnya sambil mendesah frustrasi, dan itu membuatku tertawa kecil.“Kamu harus sadar kalau tidak ada buku panduan yang bisa memandumu jadi Ayah yang baik. Bahkan setelah bertahun-tahun jadi seorang Ayah, aku masih belajar hal baru setiap hari. Jadi orang tua itu ya begitu, kamu harus percaya akan intuisimu. Hadirlah untuk mereka dan lakukan apa yang menurutmu benar.”“Ya, mungkin kamu benar.”“Apa yang kamu rencanakan dengan Hana, dan apakah kamu merasakan suatu perasaan padanya?” tanyaku dengan penasaran.Dia langsung menyambar pertanyaanku. “Tidak, sama sekali tidak! Aku tidak merasakan apa-apa untuknya, dan kalau bukan karena aku butuh dia, aku tidak bakal repot-repot.”Aku me
HanaSudah hampir seminggu sejak Gabriel meninggalkan kami dengan sopirnya dan pergi. Aku tidak mendengar kabar darinya, apalagi melihat wajahnya. Dia juga tidak datang ke sini, yang membuatku yakin dia tinggal di salah satu dari banyak properti lain yang dia miliki.Sulit rasanya untuk mulai terbiasa, terutama bagi Lilly. Dia tipe anak yang sulit tidur di tempat tidur asing. Tentu, kasurnya bagus, dan lebih nyaman dibandingkan yang dia punya di rumah, tapi masalahnya adalah ini bukan tempat tidurnya.Saat ini, aku mulai tergoda untuk meminta Gabriel mengirim tempat tidurnya ke sini kalau situasinya terus seperti ini. Dia hampir tidak tidur, dan ketika dia berhasil tidur beberapa jam, aku harus ada di sampingnya supaya dia merasa nyaman.Aku juga tidak tenang. Aku terus bertanya-tanya apakah aku membuat keputusan yang tepat dengan setuju untuk menikah lagi. Hidup bersama Gabriel dulu adalah neraka ... Seharusnya aku mencoba berjuang untuk hak asuh Lilly, ‘kan? Aku mencintai putriku den
Hai pembaca terkasih, aku baru saja membaca komentar kalian dan kalian benar-benar memberi tahuku perasaan kalian. Setiap orang berhak atas pendapatnya masing-masing, dan aku menghormati itu. Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah pandangan mereka, dan itu benar-benar tidak masalah.Aku telah menerima beberapa kritik yang sangat baik, dan aku ingin berterima kasih kepada mereka yang telah menunjukkan kesalahanku. Aku selalu kesulitan menulis bagian akhir cerita, dan itulah mengapa kadang-kadang terasa terburu-buru. Jangan khawatir, aku akan bekerja keras untuk memperbaikinya di buku berikutnya.Tentang Emma dan Calvin, aku ingin kalian semua mengerti bahwa ini memang selalu menjadi akhir yang direncanakan, setidaknya di buku ini.Emma tidak mencintai Calvin. Dia menyesal atas apa yang dia lakukan, tetapi dia tidak pernah mencintainya dengan kedalaman yang sama seperti Calvin mencintainya. Dengan kata lain, dia mencintai Calvin, tetapi dia tidak jatuh cinta padanya. Calvin pan
Hana. Aku seolah sedang melayang dalam langit ketujuh. Aku merasa hangat, damai, dan dicintai. Perlahan, aku terbangun. Gabriel di belakangku dengan tangannya yang merengkuhku. Dia selalu melakukan ini setiap kali kami tidur. Dia terus memegangiku, seolah takut kalau aku akan menghilang kalau dia tidak melakukannya. Aku menggeliat sedikit untuk lepas dari tangannya. Alih-alih melepasku, dia mengeratkan tangannya, yang mendorongku mendekat ke badannya. Aku berhenti ketika merasakannya. Ketika kurasakan kejantanannya yang mengeras, libidoku naik, dan aku segera menginginkannya. Aku ingin merasakannya memasukiku. Kehidupan ranjang kami sehat, tapi selalu ada waktu di mana aku menginginkan lebih. Dengan memiliki tiga anak, kadang sulit untuk mendapat waktu untuk berduaan. “Hmm,” geram Gabriel ketika aku menggesekkan pantatku di kejantanannya. Suaranya menggetarkan klitorisku. Aku melakukannya lagi, dan mengundang desahan seksi darinya. Gabriel mulai membubuhi punggung, pundak, dan
“Tentu,” dia membalas senyumku tepat saat Henry berjalan mendekati kami.“Aku di sini untuk mencuri istriku yang cantik.” Suaranya serak, dan aku tak bisa menahan diri untuk tidak meleleh mendengar nadanya. Suaranya benar-benar seksi.“Dia milikmu.” Calvin melepaskanku dan menyingkir sebelum pergi.Henry menarikku ke dalam pelukannya, memastikan tidak ada jarak di antara kami. “Apakah kamu baik-baik saja? Punggungmu sakit? Kaki-kakimu bagaimana?”Lihat apa yang aku bilang? Dia mendominasi di dunia hukum, tapi perhatian dan penuh cinta sebagai pasangan. Aku bahkan tidak tahu bahwa aku punya tipe pria seperti ini sampai aku bertemu dengannya.“Aku baik-baik saja, cintaku, berhentilah khawatir,” ujarku sambil terkekeh dan menyeret diriku lebih dekat padanya.“Sudahkah aku memberitahumu bahwa aku mencintaimu?” tanyanya.Aku tidak bisa menahan senyum saat aku berdiri di ujung jari kakiku dan berbisik di bibirnya. “Sudah kamu katakan seribu kali hari ini, tapi aku tidak mengeluh.”“Kamu adal
Merrisa adalah salah satu pengiring pengantin perempuanku, begitu juga Ava, Calista, Ruby, Hana, dan Anjani. Mereka telah menjadi sahabatku selama empat tahun terakhir sejak kecelakaan itu. Tentu saja, aku tidak pernah bisa menggantikan Merrisa, dia sahabat terbaikku, tapi aku bersyukur memiliki mereka.Ditambah lagi, kemarin Merrisa memberitahuku bahwa dia berpikir untuk pindah ke sini. Aku sangat bersemangat. Aku menyayanginya, tapi kami mengakui bahwa menjalani persahabatan jarak jauh itu sulit. Aku benar-benar merasa di atas awan karena dia akan berada di dekatku.Musiknya melambat, dan Guntur mendekat, memecah semua percakapan lain.“Bolehkah aku berdansa denganmu, Ibu?”Seruan riuh para tamu terdengar, dan aku bersumpah hatiku langsung meleleh.“Tentu saja, putra tampanku,” jawabku sebelum menggenggam tangannya.Guntur sekarang sudah empat belas tahun, sudah jadi remaja. Bisa kalian percaya itu? Tingginya sudah sama denganku, dan aku yakin dalam beberapa tahun dia akan lebih ting
Emma. Aku menari dengan Merrisa, membiarkan musik menenggelamkanku. Aku merasakan sedikit rasa sakit di punggungku, tapi masa bodoh, sebab aku merasa sangat bahagia. Gaunku berayun mengikuti irama tubuhku sembari kami meneriakkan lirik lagu Cruel Summer milik Taylor Swift sekuat tenaga. Ava, yang hamil besar bergabung dengan kami. Aku tertawa sebab dia berpikir bahwa dia sedang menari, tapi tidak. Aku bahkan tidak tahu apa yang dilakukannya. Aku bisa menghitung saat-saat terbahagiaku dengan jari. Satu adalah ketika aku lolos ujian pengacara. Kedua, ketika Guntur memanggilku Ibu untuk pertama kali setelah bertahun-tahun lamanya, dan yang ketiga adalah hari ini, di hari pernikahanku.Kalian tidak salah dengar. Aku baru saja menikah, dan aku tidak pernah sebahagia ini. Ingat pengacara tampan yang kuberi tahu Ava saat ulang tahun James? Ya, dia tidak mau menyerah, tidak peduli berapa kali aku menolaknya. Dia terus bertanya hampir setiap hari. Aku lelah ditanyai hal yang sama setiap har
Jadi, kalian sudah sampai pada akhir dari Penyesalan Mantan Suami dan cerita sampingannya. Aku hanya mau berterima kasih pada kalian semua atas cinta dan dukungan kalian akan buku ini. Ini adalah buku terpanjang yang pernah kutulis, dan sejauh ini adalah yang paling sukses. Buku ini tidak akan sesukses ini kalau bukan karena dukungan kalian. Maka dari itu, terima kasih banyak. Terima kasih sudah menjadi bagian dari perjalanan buku ini dari awal sampai akhir. Hal ini sungguh berarti bagiku. Sekarang, aku mau mengumumkan bahwa buku Noah akan diunggah selanjutnya. Judulnya ‘Perjuangan Sang Milyuner untuk Pengampunan’. Aku masih mengerjakan plotnya, tapi akan kuunggah pada pertengahan Oktober, nantikan saja! Kita akan ada cerita sampingan soal Guntur dan mungkin satu lagi soal Lilly. Inilah sedikit intipan dari Perjuangan Sang Milyuner untuk Pengampunan. Di bawah ini hanyalah cuplikan kasarnya. ***Shella. Aku berjalan ke arah altar. Jantungku berdegup, dan langkahku lambat. Bunga mawa
Tiga tahun kemudian.Emma.“Serius, Emma, kapan kamu akan mulai berkencan?” tanya Ava sambil duduk di sampingku.Aku memandang ke arah halaman belakang, dan aku tak bisa menahan senyum yang muncul di bibirku. Hari ini adalah ulang tahun anak laki-laki Travis dan Ruby. James, dinamai dari ayah kami, yang berusia satu tahun hari ini.Ruby dan Travis menikah sekitar dua tahun yang lalu. Travis langsung melamarnya setelah aku sadar dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawaku. Kalian mungkin bertanya-tanya apa yang terjadi pada pengemudi itu. Dia saat ini sedang menjalani hukuman lima tahun penjara karena mengemudi sembarangan. Aku berharap dia belajar dari kesalahannya.Kembali ke Travis dan Ruby. Kurasa melihatku di rumah sakit membuatnya menyadari betapa singkatnya hidup manusia. Dia melamarnya, dan Ruby setuju. Mereka menikah saat musim semi. Sebagai hasil dari perbaikan hubunganku dengan Ava, aku dibawa masuk ke pertemanan mereka. Calista dan Reaper menikah dalam sebuah pernikahan k
“Tidak! Aku harus mengejan!” seruku sambil menggenggam baju Gabriel. Aku merasa seperti sudah gila. Seolah aku sudah kehilangan akal sehatku. Rasa sakit ini sungguh sudah membuatku gila. Untungnya, kami sampai di kamar sebelum aku melahirkan di koridor rumah sakit sialan ini. Aku menghela nafas lega saat memasuki ruangan, dan mereka mulai mempersiapkanku. Ava sudah di dalam. Aku bersyukur memiliki seseorang yang mengerti rasanya kemaluan terbelah dua agar manusia cilik itu bisa terlahir ke dunia. “Aku tidak bisa menahannya lagi,” ujarku sebelum mengejan sekuat tenaga. Aku bersumpah bisa merasakan belahan pantatku seolah terbelah, yang menambah rasa sakitku.“Ini semua salahmu!” seruku pada Gabriel sambil mencengkeram erat tangannya. Aku menatap tajam padanya dengan nafas yang menderu. Batang hidungku kembang-kempis untuk berusaha meraup sebanyak-banyaknya oksigen ke paru-paruku. “Ayo, Hana, ejanlah!” ujar Ava sambil menyeka keringat dari dahiku. “Jangan pedulikan Gabriel.”“Jaha
“Tidak apa-apa, sayangku. Ibu hanya akan melahirkan. Ingatkah yang Ibu katakan padamu apa yang akan terjadi ketika sudah waktunya?”Dia menganggukkan kepalanya. “Iya. Ibu bilang akan merasa kesakitan, tapi aku tidak seharusnya takut, sebab itu bagian dari melahirkan bayi ke dunia.”“Bagus,” ujarku sambil meringis saat sakit kontraksi kembali menghampiri. “Itulah yang terjadi sekarang, jadi janganlah takut.”Gabriel menggenggam tanganku dan membantuku keluar dari kamar. Aku bernafas melalui hidung dan mulutku, tapi jujur saja. Ini sama sekali tidak membantu, ‘kan?“Aku hanya tidak paham. Kenapa Ibu harus kesakitan? Kenapa bayinya tidak langsung lahir saja tanpa menyakiti Ibu?”Hal terakhir yang kuinginkan adalah menorehkan trauma pada putriku dengan menjelaskan padanya bahwa rasa sakit memang lumrah untuk mengeluarkan bayi dari diriku. Dia pasti akan ingin tahu mengapa bayi harus dikeluarkan dengan mengejan, dan aku harus menjelaskan bahwa bayi itu besar, dan jalan keluarnya lebih kecil