Bagi Selena, tidak ada yang lebih menyenangkan ketika sedang bersama dengan Raymond. Mereka bisa ngobrol dan bercanda setiap saat, setiap waktu. Tetapi, dalam minggu ini, Selena sibuk mengurus kegiatan kampanyenya untuk memenangkan Penghargaan Pertelevisian Indonesia. Dimitri tidak membiarkan jadwal Selena kosong sedikit saja. Rangkaian acara talk show, wawancara eklusif, bahkan acara off air ke kampus-kampus yang sungguh melelahkan harus dijalankan Selena. Pada akhirnya Raymond juga harus bersabar, setidaknya sampai rangkaian acara ini selesai. Walaupun hal yang membuatnya sedikit kesal adalah ketika Dimitri selalu menemani Selena di setiap rangkaian acara-acara tersebut. "Mon, lo pergi ke PPI?" tanya Arya. "Tahun ini, kayanya gue pergi," jawab Raymond sambil tersipu. "Hah? Ga salah? Dari dulu, lo ga pernah pergi acara gituan, kenapa tahun ini lo semangat banget?" "Kenapa emang? Gue kan juga bagian dari pertelevisian indonesia, di undang pula, ga ada salahnya kan?" tanya Raymond
Malam puncak PPI memang meriah. Semua insan pertelevisian akan hadir dengan penampilan yang luar biasa. Dari pagi hingga sore, hampir semua stasiun televisi menampilkan liputan dari acara Penghargan Pertelevisian Indonesia tahun ini, mulai dari dekorasi, nominasi, perkiraan pemenang, dan seluruh rangkaian acara hingga artis-artis yang siap memeriahkan acara ini. Para kru bersiap dan mulai memastikan semua peralatan sudah terpasang sempurna, dan beberapa selebriti sudah mulai melakukan gladi bersih untuk acara malam ini.Demikian pula dengan Selena, sejak siang hari, team make up yang dikirim Dimitri sudah memenuhi seluruh apartemennya. Walaupun Selena merasa ini sangat berlebihan, tetapi ia juga tidak berniat untuk membuat Dimitri kesal. Tetapi, pada akhirnya, Selena harus mengakui kalau tanpa kehadiran team itu, ia tidak akan tampil sesempurna ini.Selena memandangi jam dindingnya. Raymond sudah berjanji akan menjemputnya pukul 5 sore ini, dan seperti yang sudah-sudah, Raymond tidak p
"Dimitri, sakit!" teriak Selena sambil menarik tangannya dari genggaman Dimitri.Dimitri tidak menghiraukan perkataan Selena, ia terus menarik Selena ke ruang yang lebih sepi. Setelah masuk ke dalam salah satur ruangan, Dimitri menutup pintu, melemparkan tangan Selena dan mulai meluapkak emosinya."Kamu nih kenapa sih? WHAT'S WRONG WITH YOU?"teriak Dimitri."What did I do wrong?" tanya Selena bingung."DIAM....., Jangan.....jangan...," suara Dimitri penuh emosi hingga akhirnya dia mengambil nafas panjang sambil mengepalkan kedua tangannya."Apa sih yang kamu cari dari dia? Dari pekerja rendahan seperti dia? Sadar, Selena, kita bukan dari dari dunia mereka, demikian pula sebaliknya. Mereka tidak akan pernah bisa berada di dunia kita," lanjut DimitriMendengar ucapan Dimitri, Selena hanya menggelengkan kepalanya dan berusaha untuk pergi meninggalkan ruangan. Tetapi Dimitri menarik kembali tangan Selena hingga menimbulkan ruam kemarahan di tangannya."Dengar, kamu boleh bermain-main denga
Perjalanan malam itu cukup jauh dan pada akhirnya mereka sampai pada sebuah Café kecil di pinggir jalan. Raymond membantu Selena turun dari mobil, dan mereka berdua mulai masuk ke dalam. Bau kopi yang menyengat dari dalam café terasa sedikit menyegarkan hati, setidaknya membuat perasaan Selena lebih tenang."Tunggu sebentar, biar kupesankan sesuatu," kata Raymond sambil menarik kursi dan mempersilahkan Selena untuk duduk di meja dekat jendela. Lalu ia segera memesan 2 minuman hangat dan membayarnya di kasir. Setelah semua urusannya selesai, Raymond segera menarik kursi dan duduk di samping Selena.Malam semakin larut dan dengan kejadian yang baru saja terjadi, membuat hubungan keduanya menjadi canggung. Tidak ada yang memulai pembicaraan, hingga pada akhirnya Raymond memberanikan diri untuk membuka mulutnya."Selena, kamu lihat bangunan tua di depan itu," kata Raymond sambil menunjuk sebuah bangunan tua di seberang café.Bangunan itu sudah tampak lapuk. Atapnya hampir hancur dan pekar
Sudah tiga hari berlalu dari malam yang menguras emosi. Dan Selena masih tidak punya jawaban dari semua permasalahannya. Di saat hatinya memilih Raymond, tetapi otaknya selalu mengarahkan pada Dimitri. Bagaimana mungkin seorang Selena Audrey dapat mengkhianati keinginan ayahnya? Jantungnya berdetak kencang, ketika memikirkan setiap masalah percintaannya. Dan yang cukup mengganggu adalah ketika masalah-masalah itu membuat Selena tidak bisa tidur selama tiga hari. Dan yang lebih parah lagi, susu coklat penyelamatnya di malam hari, kini juga membuat kenangan baru yang membuatnya merasa lebih galau.Raymond shooting sekitar 1 minggu di hutan Kalimantan dan kira-kira 4 hari lagi, lelaki itu akan meminta jawaban tentang nasibnya. Apa yang harus dikatakannya? Bisakah dia meminta waktu, waktu untuk berpikir lebih lama lagi? O, Tuhan, jawaban apa yang harus aku berikan?Pikiran Selena melayang pada kejadian-kejadian yang dilaluinya bersama Raymond. Awal pertemuannya, kejadian di pulau, hingga p
Udara pagi di Bandung sangat menyegarkan, sekiranya kota ini sedikit lebih santai dari pada hiruk pikuk Jakarta. Sudah pukul 9 pagi, dan Selena segera menuju rumah ibunya. Rumah yang didatanginya 10 tahun lalu. Hanya saja kali ini Selena sudah konfirmasi kalau dia akan datang pagi ini."Selena!" panggil mama sambil melambaikan tangan, ketika Selena sampai di halaman rumahnya.Selena segera berlari dan memeluk ibunya."Mama senang kamu kemari, tapi kamu baik-baik saja kan?" kata Mama."Baik, Ma, cuma butuh refreshing," jawab Selena."Ayo, masuk!"Rumah mama tidak seperti rumah papa dahulu. Rumahnya tidak terlalu besar, tetapi nyaman dan bersih. Banyak pepohonan di pekarangan, menjadikan rumah mungil itu begitu asri dan segar."Kamu masuk saja dulu, Mama sudah siapkan kamar, jadi masukkan koper kamu ke dalam," kata mama sambil membuka pintu rumah"Terima kasih, Ma. Tapi, aku sudah pesan hotel di dekat sini, lagipula Selena tidak mau mengganggu kehidupan Mama.""Hah? Ganggu apa? Hotelnya
Setelah suasananya tenang, maka Mama dan Selena dapat bercanda layaknya ibu dan anak. Teh yang disiapkan mama pun sudah habis diminum akibat dari banyaknya pembicaraan yang hilang selama bertahun-tahun. Selena menceritakan bagaimana hari pertamanya bersekolah di Amerika, semua teman-teman hingga pengalamannya pacaran dengan beberapa orang. Mama pun bercerita tantang masa mudanya yang sedikit tomboi, berkalahi dengan beberapa pria, hingga cerita ketika Mama membantu papanya mencari pencuri uang pabrik layaknya seorang detektif. Pada akhirnya Mama mulai menanyakan alasan Selena ke Bandung hari ini." Jadi, sesungguhnya kamu ke Bandung mau bicara tentang apa?""Hah? Ga kok ma, Selena cuma...cuma mau ngobrol biasa saja sama mama," jawab Selena pura-pura tidak tahu.Tiba-tiba wajah Selena menjadi merah, dan Mama mulai menangkap apa yang kira-kira akan dibicarakan anak perempuan satu-satunya itu."Sepertinya mama bisa nebak nih, masalah Raymond, ya?" tanya Mama.Selena pun terdiam, dia tidak
Ini adalah saat yang paling ditunggu sekaligus ditakuti oleh Raymond. Pesawat yang akan membawanya ke Jakarta ini, juga akan membawanya menuju kenyataan kehidupan percintaanya. Raymond sangat berharap Selena dapat menerimanya, tetapi pikirannya cukup ragu untuk mengamini kejadian itu akan terjadi. Apakah Selena akan memilihnya? Atau..., Raymond tidak dapat membayangkan seperti apakah dirinya jika Selena menolaknya.Pesawat akan terbang dari Banjarmasin menuju Jakarta dalam 1 jam 45 menit, tetapi sepertinya Raymond sedikit mengharapkan kalau pesawat itu terbang lebih lama lagi."Bro, lo kenapa sih? Kaya orang yang baru pertama kali naik pesawat?" tanya Arya."Ga apa-apa, perasaan lo aja kali?""Itu tangan kenceng banget megangin sandaran kursi, Ya elah, biasa aja kali."Raymond segera melepas genggaman tangannya. Raymond tidak ingin terlihat seperti ada masalah."Udah, ga usah pura-pura, lo bengong melulu seminggu ini, shooting ga konsen, dialog lupa melulu, bahkan lo sampe jatoh kecemp